Chapter 3

379 28 13
                                    


Tsuki.

Tsuki!

Tsuki membuka kedua matanya. Dia menoleh ke kiri dan melihat Kagura.

"Tsuki, aku pulang dulu," kata Kagura. "Sudah jam lima sore."

"Oh," Tsuki mengucek-ucek matanya dan bangun dari sofa. "Maaf, entah kenapa aku mengantuk."

"Tidak apa-apa, Tsuki," Kagura tersenyum lebar. "Aku mau menjemput Ichiro di rumah aneue. Besok, aku akan membawanya ke sini."

"Ah, iya," Tsuki tersneyum tipis. "Terima kasih, Kagura."

"Sampai besok, Tsuki!" Kagura memeluk Tsuki dan berjalan ke luar rumah Yorozuya.

Tsuki memperhatikan pintu depan yang baru saja ditutup Kagura. Dia terlelap sejak pukul 15.00. Entah kenapa, dia merasa mengantuk.

Hari ini, hari ke-7 Tsuki hidup tanpa kabar dari Gintoki. Dan sampai hari ini, dia belum terbiasa dengan absennya Gintoki di rumah Yorozuya.

Tsuki berdiri, meregangkan tubuhnya, dan berjalan ke dapur. Kompornya menyala, dan ada sebuah panci di atasnya. Tsuki membuka tutupnya. Ternyata, Kagura membuatkannya makan malam berupa sup tahu.

Selama seminggu, Kagura terus datang ke rumah Yorozuya untuk menemani Tsuki. Dua hari pertama, Kagura membawa Ichiro. Setelahnya, Ichiro dititipkan pada Mitsuba.

Tsuki cukup senang akan kehadiran Ichiro di rumahnya. Tsuki benar-benar mengurusnya. Bahkan, Kagura lebih banyak tidur saat berada di rumah Yorozuya. Namun, Tsuki tidak mempermasalahkannya karena dia tahu Kagura pasti lelah mengurus bayi dan suaminya.

Suaminya. Suami.

Tsuki mengambil mangkuk dan menuangkan sup tahu ke dalamnya. Dia membawa mangkuk tersebut ke ruang televisi, duduk di sofa, dan menyalakan televisi.

Layar televisi memperlihatkan Ketsuno Ana tengah membawakan program berita. Tsuki terdiam sebentar dan mengganti channel ke channel musik.

Ketsuno Ana adalah idola Gintoki.

Telepon rumah Yorozuya berdering. Tsuki menaruh mangkuk supnya di atas meja yang penyok karena dipukul Gintoki dan mengangkat telepon di dekat televisi.

"Yorozuya," sapa Tsuki.

"Tsuki-san, ini aku, Otae."

"Ah, Otae-san. Sebentar, aku kecilkan dulu volume televisi."

"Tidak apa-apa, aku bisa mendengarmu dengan jelas. Bagaimana harimu?"

"Yah, seperti biasa. Rasanya seperti tidak melakukan apa-apa. Oh, aku membersihkan gudang sejak pagi. Banyak sekali barang-barang yang tak terpakai. Aku berniat untuk menjual di tukang loak minggu depan setelah aku bersihkan."

"Barang-barang apa itu, Tsuki?"

"Banyak. Ada beberapa yukata, elektronik, sampai papan surfing. Aku tidak tahu dari mana benda itu berasal."

"Aneh, ya. Hei, Tsuki, bagaimana kalau besok malam, kita makan di luar?"

"Ah... Ano, terima kasih, Otae. Tapi aku ingin di rumah saja."

"Tsuki, ayolah. Kau sudah tidak keluar rumah selama tujuh hari."

"Besok, Kagura akan membawa Ichiro ke sini. Aku pikir, aku di rumah saja bersama Ichiro."

Otae terdiam sebentar. "Baiklah jika itu maumu. Kau tidak pergi ke Yoshiwara, Tsuki?"

"Tidak, Otae. Hinowa mempersilakan untuk bekerja dari rumah. Minggu depan aku baru akan ke sana."

Tsuki bisa mendengar Otae mendengus. "Baiklah. Jaga dirimu, ya, Tsuki. Kalau ada apa-apa, hubungi a..."

"Otae-san!!!"

"Oh, Kondou-san sudah pulang. Cepat sekali."

"Ah, ba-baiklah, Otae. Nanti kita bicara lagi."

"Tidak apa-apa, Tsu..."

"Buatkan Kondou-san makan malam, Otae. Dia pasti lapar. Sampai nanti," dan Tsuki menutup gagang telepon agar suaranya tak lagi terdengar.

"Tsu-Tsuki? Halo?"

Tsuki tidak menjawab.

"Oh, kau sedang teleponan dengan Tsuki-san, Otae?" terdengar suara Kondou secara samar-samar melalui telepon.

"Ah, iya. Aku rasa, Tsuki sudah menutup telepon," kata Otae. "Kondou-san, bagaimana ceritanya Gintoki bisa hil..."

Dan telepon terputus.

Tsuki terdiam. Matanya melotot dan tatapannya kosong.

Apa tadi? Apa yang ingin Otae katakan? Apakah, dia akan mengatakan bahwa Gintoki menghilang?

Tsuki menutup telepon. Dia masih memperhatikan gagang telepon dan berharap Otae kembali menelepon untuk memberinya kabar. Sesaat, Tsuki tidak peduli apakah itu kabar buruk atau kabar baik.

Sudah lima menit dan Otae tak juga menelepon. Tsuki mengigit bibir bawahnya dan memutuskan untuk kembali menyantap makan malamnya sambil menonton televisi.

***

"Tadaima," kata Sougo sambil berjalan masuk ke ruang televisi. Di sana, Kagura terlihat sedang bermain dengn Ichiro.

"Ichiro! Popi pulang!" kata Kagura sambil menciumi Ichiro.

Ichiro menatap Sougo sambil tersenyum. Sougo tersenyum tak kalah lebar.

"Anak Popi!" Sougo meraih Ichiro dan menggendongnya. "Kok, jagoan Popi belum tidur? Sudah 20.00 ini."

"Daritadi dia tertawa terus. Sebentar, aku siapkan makan malam," kata Kagura sambil berdiri.

Kagura menghilang ke dapur, meninggalkan Sougo dan Ichiro berdua di ruang televisi. Sougo menggendong bayinya dan terus menciuminya sambil mengajaknya bercanda.

Handphone Sougo berdering. Dia merogoh kantung celananya dan mengangkat telepon.

"Moshi moshi, kusare Fukucho," sapa Sougo.

"Damare konoyarou, kusogaki. Kamui belum mengirimkan footage lokasi ledakan," kata Hijikata.

"Cek emailmu, kusare Fukucho. Aku sudah mengirimkannya sebelum aku pulang dari markas."

"Tidak ada dan tidak masuk ke spam, bagero."

"Hai, hai, aku kirim ulang. Pastikan komunikasi ini aman."

"Sudah aman sejak kau masih berbentuk kecebong bening, bagero."

"Oh, Hijikata-san. Aku lupa. Foto footage ledakan yang di-print jangan ditaruh di atas meja kerja Kondou. Simpan di dalam lacinya dan masukkan ke dalam amplop cokelat."

"Sudah sejak kau masih suka menelan ingusmu sendiri. Sampai besok."

"Sampai kapan-kapan, kusare Fukucho," dan Sougo mematikan telepon.

"Ledakan?"

Sougo berbalik dan mendapati Kagura sedang meletakkan makan malamnya di atas meja.

"Ledakan apa?" tanya Kagura.

"Ada ledakan kecil di Blok Y tadi sore. Ternyata, hanya kompor gas yang meledak. Hijikata-san mengira itu bom. Dia memang tolol," jawab Sougo. "Ichiro-chan, mau makan malam sama Popi? Yuk, Yuk."

Die Another Day 3Donde viven las historias. Descúbrelo ahora