Chapter 24 : Siam Mall (2)

5.1K 456 52
                                    

Eeennnjjjoooyyyyy........

💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠

"Tidak usah. Terima kasih," potong Can dan langsung berlalu dari toko itu.

"Can.... Can..... Tunggu.... Kenapa kau malah pergi. Pegawai toko akan mencarikan ukuranmu dulu," ujar Tin saat dia berhasil mengejar Can.

Can tak mempedulikan ucapan Tin. Dia sangat marah pada Tin. Tapi Can cukup tahu diri untuk tidak membuat keributan di tempat ini. Can berjalan ke arah toilet di ujung yang cukup sepi, tahu bahwa Tin pasti akan mengikutinya.

Tin terus membujuk Can untuk kembali ke toko tadi, tanpa sadar bahwa monyet albino yang sedang bersamanya itu sudah berubah menjadi monyet berwajah merah.

Sesampainya di toilet, Can memastikan bahwa toilet itu benar - benar kosong. Setelah pasti, dia berdiri tegap di hadapan Tin, masih dengan wajah marahnya. Tin yang baru menyadari perubahan wajah Can, terdiam seketika. Dia berusaha berpikir keras apa yang membuat kekasihnya semarah ini, tapi gagal.

"Can, kau kenapa?," tanya Tin cemas.

"Kenapa? Kenapa kau bilang???? Kau masih tak tahu kesalahanmu??!!!," hardik Can.

Tin yang bingung dan terkejut jadi semakin bingung. Seingat Tin, Can hanya 2x marah seperti ini. Saat dia memukulnya di lapangan dan saat......... (Tin ingat kejadian saat dia memberikan hadiah untuk Mama & adik Can).

"Astaga!!!! Can...... maaf. Aku tidak bermaksud memandang rendah dirimu. Aku hanya....."

"Tin Methanan, jelas - jelas aku bilang kalau aku ingin beli sepatu, bukan minta di belikan sepatu. Aku sudah menabung selama 3 bulan demi membeli sepatu. Iya, aku akui, aku lebih menyukai sepatu yang merah. Tapi uang yang ku tabung tidak cukup. Tapi ku pikir tidak masalah, toh sepatu hijau itu juga bagus. Yang penting sama - sama nyaman di pakai saat di lapangan. Lalu kau dengan entengnya ingin membelikan sepatu merah yang lebih mahal. Aku tahu, bagimu uang segitu tak ada artinya. Tapi aku juga punya harga diri, Tin. Kau tak bisa seenaknya melakukan itu padaku."

"Can.... Aku benar - benar minta maaf. Aku sungguh tak bermaksud seperti itu. Aku benar - benar lupa kejadian yang dulu, hingga aku mengulangi kesalahan yang sama. Yang ada di pikiranku tadi hanya ingin menyenangkanmu. Aku tahu kau menyukai yang merah, jadi aku ingin membelikanmu, agar kau senang. Aku minta maaf, Can. Sungguh, aku benar - benar tak bermaksud begitu."

Tin benar - benar ketakutan karena kali ini Can terlihat jauh lebih marah daripada saat itu. Baru saja hubungan mereka membaik, sekarang malah kacau lagi karena kebodohannya.

Can tak menjawab apapun. Dia benar - benar marah. Baru beberapa hari lalu mereka bicara tentang kegalauan Can, tentang perbedaan mereka dan sekarang Tin seakan menunjukkan jurang yang tadinya sudah hampir menghilang. Sekali lagi Can merasa tak pantas untuk Tin. Apa yang Tin lakukan tadi telah melukai hati dan harga dirinya. Can tak menjawab apapun. Dia langsung berlalu dan meninggalkan Tin.

Tin mematung melihat punggung kecil itu yang semakin menjauh. Dia ingin berlari dan memeluk Can, tapi dia tahu kalau itu hanya akan membuat Can lebih marah. Tin berlari mengejar Can dan berjalan tepat di belakangnya, memberi sedikit jarak.

Can pikir, Tin pasti sudah pulang. Tapi dia terkejut saat keluar dari sebuah toko sepatu, Tin berdiri tepat di depan pintu toko, menunggunya. Melihat wajahTin, sepertinya dia masih merasa bersalah pada Can.

Can masih marah, tapi melihat sikap Tin, dia jadi tidak tega. Dia tahu, tadi Tin tidak bermaksud menyakitinya, tapi Can juga tidak bisa berbohong bahwa dia terluka.

Kau Milikku - TinCan KlaNo Story (COMPLETED)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ