Kris melangkah menuju pintu dan memegang kenop pintunya. Mendorongnya terbuka dan melangkah meninggalkan ruangan kantornya itu.
“Sajangnim”
“Ya?”
“Ada telfon dari rumah Sajangnim”
Kris menerima telfon diruangan sekretarisnya itu. “Babychan?”
“.......................”
Alisnya mengerut, kemudian nafasnya menghembus panjang.
“Baiklah, aku kesana sekarang”
🍁
🍁
🍁
“Pe-permisi... apa anda- K-Kris wu?”
Kris menatap seorang wanita berambut panjang itu lalu mengangguk. “Ya, dengan Nyonya Park?”
“Ah, iya.. maaf merepotkanmu, tapi aku benar benar butuh bantuanmu”
“Secara sistematis, bantuan Kim Seokjin.. kan?”
“Ya, tapi Kim Seokjin bilang dia sedang ada pekerjaan dan membiarkan putraku berada dalam pengawasanmu”
Kris menghembuskan nafasnya panjang lalu mengangguk. “Baiklah, dimana dia?”
Sang wanita menatap sekelilingnya itu. taman yang memang sedang ramai itu membuatnya tanpa sadar memijat pelipisnya lelah.
“Dimana putramu-
“PAAAAARRRKKK JIIIMMIIINNNNNN!!!!!”
Kris menutup telinganya ketika suara yang dikategorikannya cempreng itu terdengar menyakiti gendang telinganya.
Lalu tak lama mata tajamnya menatap sosok bocah laki laki yang pendek dan gendut berlarian dengan membawa beberapa tangkai bunga liar ditangan kanannya.
“Ummaaaaaa kenapa teliak?!”
“Umma menyuruhmu diam disamping umma ketika umma sedang bicara dengan Kris samchon!!!”
“Camchon Tuhan?”
Kris mengerjapkan matanya dan menatap bocah kecil bernama Jimin yang selalu menjadi akar dari ributnya Taehyung dan Jungkook itu dengan tanya.
“Tuhan? Siapa yang tuh-
“Iya! Appanya jimin celalu bawa jimin ke geleja dan beldoa pada tuhan Klis!”
“Christ! Bukan Kris!”
“Memangnya beda? O.o?”
Kris ingin menoyol kepala anak itu, tapi harus ditahan.. karna ada ummanya disana.
“A-aku permisi sekarang, Nyonya Park”
“Terima kasih atas bantuannya Kris Wu"
Kris mengangguk saja, kemudian membungkuk sopan.
“Jimin! Sana ikut samchon!!”
“Jimin tidak mau mati!”
“Apa maksudmu?!”
“KALAU IKUT TUHAN KAN BELALTI MATI UMMAAA!!”
“DIA BUKAN TUHAN! ASTAGA!! NAMANYA YIFAN SAMCHON!!”
