"Lo harus bisa bedain mana peduli, mana kasihan, Nja."

"Gue duluan." Anja mempercepat langkah kakinya menuju sekret paskibra, meninggalkan Ejak yang masih memikirkan dirinya.

"Nja!" Ejak sesegera mungkin menyusul Anja.

"Nja, maafin gue," ucap Ejak ketika langkahnya sudah menyamai langkah Anja.

"Apa sih, maaf-maaf. Udahlah lupain."

"Dimafin gak?" Ejak menyodorkan jari kelingkingnya.

"Gue mau ke sekret, elo mau terus ngikutin gue sampe ke dalem?"

"Maafan dulu, ntar gue gak ngikutin elo lagi." Anja pun menurut, menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking ejak.

Tak ada yang bisa para remaja itu lakukan di rumah besar yang biasa mereka sebut markas, selain main, tidur, makan tidak makan yang penting kumpul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak ada yang bisa para remaja itu lakukan di rumah besar yang biasa mereka sebut markas, selain main, tidur, makan tidak makan yang penting kumpul.

Beberapa teman sepermainan Ejak nampak sedang berkumpul seraya bergurau bersama. Beberapa temannya yang lain ada yang main catur, PS, tidur, dan berbagai macam kegiatan malas-malasan lainnya.

Tadi, Ejak sempat bergabung dengan beberapa teman-temannya. Namun, ia terpaksa menyingkir ketika salah satu temannya mengiriminya pesan untuk menemuinya di lantai atas. Lantai atas memang cukup sepi, paling dipakai untuk tidur karena ada beberapa kamar. Sebagian besar kegiatan, lebih sering dilakukan di lantai bawah.

"Mau ke mana lo, Put?" tanya Doni yang kepo.

"Ke toilet." Putri yang terlihat ingin tahu, berjalan menyusul Ejak. Ketika di muka tangga, ia bertemu dengan Jack yang tersenyum kepadanya. Ia hanya membalas sekenanya saja, lalu melanjutkan langkahnya menyusul Ejak.

Dan saat ini, Ejak sedang diceramahi habis-habisan sama Putri di lantai atas yang hanya ada mereka berdua. Pasalnya, sudah berulang kali Ejak diperingatkan oleh Putri untuk tidak meminjamkan Jack uang. Jack itu adalah salah satu personel mereka. Jarang berkumpul tapi cukup sering mampir.

Sudah berkali-kali Jack meminjam uang pada Ejak, namun tak pernah ia kembalikan. "Gue gak masalah kalo duit yang Jack pinjem itu beneran ia gunain buat nyokapnya yang katanya lagi cuci darah. Tapi, gue udah mulai curiga sama dia."

"Jangan asal curiga dulu. Selama gue punya duit buat dia pinjem, gue gak masalah."

"Lo tuh ya! Jangan terlalu percaya sama temen."

"Berarti sama elo juga gak boleh terlalu percaya dong," kilah Ejak.

"Ya, iya. Pokoknya jangan terlalu percaya sama temen. Jangan terlalu baik jadi orang."

"Iya, makasih ya, Put."

Putri lantas berbaring di atas sofa yang tak jauh dari posisi Ejak berdiri. "Malem ini gue mau nginep sini. Suntuk di rumah."

"Kenapa? Mau cerita?" Ejak menyusul Putri, duduk di sebelah cewek itu.

"Bosen, Jak. Tiap hari ada aja barang rumah yang dibanting. Sampe budek kuping gue." Putri sering sekali menceritakan keluarganya yang rusak pada Ejak. Dan seperti biasa, Ejak tak bisa memberikan wejangan untuk temannya itu. Karena kondisi keluarganya juga tak bisa dibilang dalam keadaan baik.

"Seru dong. Rumah elo rame terus." Paling, hanya penghiburan yang bisa Ejk berikan.

"Seru apaan? Kasian pembantu gue tuh bersihin beling-beling tiap hari."

"Gue punya saran."

"Apaan, Jak?"

"Piring sama gelas-gelas di rumah elo, elo simpen aja."

"Terus gue makan pakek apa?"

"Pakek rantang, kalo enggak, pakek piring sama gelas plastik. Aman tuh pasti."

"Oh iya, ntar gue makan sama minum pakek piring sama gelas sekali pakai aja. Habis dipake, langsung buang."

"Nah itu ide lebih bagus."

"Dasar orang gila!"

"Yes, I am. Ayo pulang, gue anter." Ejak berjalan duluan ke lantai bawah, diikuti oleh Putri yang entah mengapa seolah dihipnotis oleh ucapan Ejak dan langsung menurut tanpa menolak.

Ejak mengeluarkan motornya ke luar halaman rumah, sementara Putri sudah menunggu di depan pagar seraya mengenakan helm. Suasana malam ini juga tampak sangat bersahabat. Cerah. Bintang-bintang bertaburan seluas langit membentang.

Baru saja lima menit motor Ejak melaju, ia terpaksa menghentikan motornya ketika melihat seorang cewek yang berpapasan dengannya. Di boncengan belakang, Putri merasa tidak enak.

 Di boncengan belakang, Putri merasa tidak enak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


SHELTER (Completed)Where stories live. Discover now