Tujuh

100 8 1
                                    

Happy reading..
Hope you like it!

Mungkin dengan segala kesibukan, akan mampu mengalihkan sejenak pikiranku tentang dirimu.

- Rizna S. Shadi -

***

Setelah pertengkaran kecilnya dengan Rifky kemarin, Rizna banyak menghabiskan waktunya bersama Rifky sebelum cowok itu pergi kuliah ke luar kota. Seperti sekarang ini ia selalu diantar jemput saat sekolah, tak jarang mereka pergi sepulang sekolah untuk sekadar menghabiskan waktu sore. Bermain di time zone, karaoke, nongkrong di alun-alun berburu makanan di pinggir jalan, atau hanya mengelilingi jalanan di sore hari menggunakan motor.

"Nanti pulang sekolah jemput jam 4 aja ya, Mas," kata Rizna saat turun dari motor sesampainya di samping gerbang sekolah.

"Kok sore banget?" tanya Rifky sambil tangannya membantu membukakan helm yang dipakai Rizna.

"Kan hari Senin ada rapat OSIS," jawab Rizna sambil merapikan rambutnya yang tergerai.

"Oh iya lupa." Rifky menepuk dahinya.

"Ya udah pulangnya hati-hati, Mas."

"Iya, kamu juga belajar yang rajin biar pintar," kata Rifky menepuk puncak kepala Rizna dan sedikit mengacak rambut Rizna.

"Emang aku udah pintar kok." Rizna mendengus kesal karena rambutnya yang jadi berantakan, padahal baru saja ia rapikan.

Rifky tertawa gemas. "Udah sana masuk, aku pulang ya." Rifky pamit, kemudian menstarter motornya.

Rizna mengangguk. Setelah menatap kepergian Rifky barulah ia memasuki gerbang sekolah.

Rizna melewati selasar dekat aula, ia tak sengaja bertemu dengan Hisyam yang muncul dari arah parkiran belakang aula.

"Pagi kak Rizna," sapa Hisyam tersenyum ramah.

"Pagi juga Hisyam," balas Rizna dengan ramah pula.

"Kak, saya pengin ikut OSIS, gimana caranya kak?" tanya Hisyam.

"Kamu serius? Kalau nggak benar-benar serius lebih baik jangan," jawab Rizna.

"Iya kak, saya serius kok." Hisyam mengangguk yakin.

Mereka berjalan melewati selasar sambil mengobrol seputar OSIS, cara mendaftar, kegiatan yang harus diikuti untuk seleksi, dan lainnya. Hingga mereka berpisah di selasar depan perpustakaan.

"Ok kak, saya paham. Pasti saya ikut karena saya serius." Hisyam berkata seperti itu dengan semangat.

"Ok sampai ketemu di LPKS." Rizna mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum tulus.

Setelah itu Hisyam berjalan ke selasar yang berbeda menuju gedung kelas TKJ. Rizna menatap punggung Hisyam yang semakin menjauh. Dalam hatinya seperti tak asing ketika melihat senyuman Hisyam. Cowok itu mirip dengan seseorang yang dikenalnya.

***

"Anna, bagi lem kertas dong." Zahra mencolek bahu Anna yang duduk di depannya. Ia berbisik kepada Anna.
Anna menoleh sedikit dan memberikan yang diminta Zahra.

"Perhatiin pak Budi, Ra. Nanti ketahuan disuruh keluar kamu." Rizna memperingati Zahra yang duduk di sampingnya. Posisi Zahra yang di pojok pinggir jendela memang sangat pas untuk tidak memerhatikan guru yang sedang menjelaskan.

"Nggak bakal ketahuan kalau kamu nggak bilang, Na." Zahra terkekeh pelan.

Rizna memutar bola matanya jengah, ia melirik Zahra sekilas yang sedang fokus menggunting foto-foto oppa Korea yang entah Zahra dapat dari mana. Mungkin dari tabloid gaul atau hasil print di warnet.

Akhir Penantian Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum