Empat

136 12 11
                                    

Happy reading..
Hope you like it!

***

Cinta pertama itu jarang ada yang berhasil. Kadang kita dipertemukan dulu dengan orang yang salah sebelum dipertemukan dengan orang yang tepat. Kadang kita juga dipertemukan dengan orang yang salah, dan ternyata orang yang salah itu juga adalah orang yang tepat. Tepat untuk memperbaiki kesalahan dan mengobati luka yang diperbuat.

***

Motor Rifky mamasuki komplek perumahan yang asri. Melewati taman dan kedai kopi di samping pangkalan ojek yang ramai saat malam hari. Taman itu memang tempat bermain anak-anak di komplek perumahan itu. Dulu saat masih kecil Rizna dan Rifky sering bermain di taman. Itu juga tempat dimana awal pertemuan mereka. Sesampainya di depan gerbang rumah berlantai dua Rifky menghentikan motornya. Kemudian ia membuka helm dan meletakkannya di spion. Rizna bergegas turun dari motor dan membuka helm, tapi ia kesulitan saat ingin membukan kancing helmnya. Padahal itu hal yang mudah.

"Buka kayak gini aja nggak bisa," cibir Rifky yang kemudian membantu Rizna membuka kancing helm itu.

"Susah ih, nggak kelihatan juga." Rizna memberengut.

"Udah," kata Rifky setelah selesai. "Nih belanjaannya, Non." Rifky memberikan kantong plastik dari gramedia yang berisi novel untuk Rizna.

"Makasih mas." Rizna tersenyum menerima itu. Setelah percakapan mereka di tempat makan itu Rifky memang menyogok Rizna dengan dua buah novel pilihan Rizna sendiri. Dan tentu saja itu sedikit berhasil membuat Rizna merasa lebih baik, tidak sedih lagi.

"Oh iya, besok aku antar jemput ya."

"Kamu mau kerja sampingan jadi tukang ojek, mas?" Rizna terkekeh.

"Enggak sih, cuma..." Rifky bingung, ia mengusap belakang kepalanya. "Bulan depan kan aku mulai kuliah, aku pengin ngabisin waktu aja sama kamu." Rifky nyengir.

"Kan di rumah bisa ketemu, lima langkah langsung sampai. Lagian uang jajan aku nggak cukup buat bayar ongkos kamu." Rizna tertawa geli.

"Iya sih, nggak perlu bayar ongkos juga kali. Kamu ketawa kayak gini aja udah cukup buat bayarannya." Rifky tersenyum tulus.

Rizna terdiam sejenak, menatap mata Rifky dalam. Ada sedikit pertanyaan yang terpatri di dalam hatinya. Kenapa bukan Rifky orangnya? kenapa harus orang lain yang mengisi hatinya? seandainya orang itu Rifky pasti akan lain lagi ceritanya, walaupun pada akhirnya semesta tetap tidak akan menakdirkan mereka bersama, mereka terlalu berbeda. Dan akan selamanya hubungan Rizna dan Rifky hanyalah sebatas sahabat. Entahlah semesta memang suka bermain-main dengan manusia.

Rifky yang gugup ditatap seperti itu oleh Rizna, melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rizna. Tidak mendapat respon, ia menoyor dahi Rizna dan membuat Rizna tersadar.

"Aduh, jangan noyor gitu, nanti aku jadi bodoh." Rizna memegang dahinya kesal.

"Habis kamu ngelamun sih, lagian mana ada digituin doang jadi bodoh, kalau nggak belajar baru tuh jadi bodoh." Rifky terkekeh.

Rizna mendengus. "Ya udah besok berangkat jam setengah tujuh, pulang jam tiga ya. Aku mau ikut pantau ekskul dulu bareng anak OSIS," jelas Rizna.

"Siap cantikku," jawab Rifky sambil memosisikan tangan kanannya hormat, dan tersenyum puas.

"Ok tukang ojek, aku masuk dulu." Rizna membuka gerbang rumahnya, melewati kolam ikan koi dan membuka pintu utama rumahnya, kemudian menghilang di balik pintu.

Rifky masih tersenyum memandang kepergian Rizna, setelah Rizna masuk ke dalam rumah barulah ia membelokkan motornya menuju rumah tepat di depan rumah Rizna. Ya, mereka memang tetangga dekat. Benar istilah yang digunakan Rizna, lima langkah langsung sampai.

Akhir Penantian Où les histoires vivent. Découvrez maintenant