Tiga

163 15 12
                                    

Happy reading..

Hope you like it!

Cinta datang karena terbiasa, begitu kata pepatah. Kau tebiasa denganku, tapi sepertinya pepatah itu tidak berlaku untukmu.

***

Suasana kelas sebelas AP-4 riuh karena bel panjang berbunyi, tepat pukul satu siang. Bukan karena jam pulang. Tapi karena jam pelajaran yang selesai lebih cepat satu jam. Kalian pasti mengerti bagaimana rasanya, jika ditanya pelajaran apa yang kalian sukai saat sekolah, pasti ada sebagian yang menjawab jam pelajaran kosong atau jam istirahat. Maklum, naluri anak sekolah. Seluruh siswa di kelas itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang keluar kelas menuju kantin, ada yang menuju sanggar ekskul, sedangkan yang tetap tinggal di kelas, beberapa ada yang bergerombol mengerubungi satu meja yang di atasnya terdapat laptop yang sedang menayangkan sebuah film, sedangkan yang lain hanya sekedar rumpi ataupun membaca buku.

"Uhuy, hari ini MOS terakhir ya, bakal ramai nih ada pensi," kata seorang gadis bernama Zahra dengan nada riangnya. Ia sedang ikut gerombolan teman-temannya yang sedang menonton film di laptop. Matanya tetap mengarah ke laptop, tapi mulutnya berbicara.

"Wah iya, pemilihan queen sama king of MOS juga nih," sambung Siva, temannya.

"Siapa yang jadi the next queen gantiin Rizna ya?" tanya Rahma, gadis yang duduk tepat di depan laptop miliknya.

"Aku tebak anak yang kemarin pas pembukaan jadi perwakilan yang dipasangin name tag sama kepsek. Kalau yang cowok pasti adik kelas yang namanya Hisyam." Jawab Zahra nyengir.

"Hisyam?" Siva mengernyit, matanya tetap tak lepas dari laptop.

"Iya, kata Rizna dia adik kelas cowok yang paling aktif," lanjut Zahra.

Zahra menjawabnya dengan semangat, sepertinya Zahra akan menjadi kakak kelas yang ngefans sama adik kelasnya. Saat sedang asyik menonton film tiba-tiba datang seorang gadis berkerudung berteriak memanggil Zahra. Tentu saja itu mengganggu keasyikan mereka.

"Zahra... katanya mau sholat," panggil Anna si gadis berkerudung dengan raut wajah kesal, pipinya menggembung. Setelah itu ia membalikkan badan keluar lagi dari kelas.

Zahra yang terkejut langsung mengalihkan pandangannya. "Eh iya An," sahutnya kemudian berdiri, sudah pasti dia terkena omelan Anna. Zahra langsung melangkah pergi menyusul Anna.

"Kamu itu kalau ada kesempatan buat sholat jangan ditunda-tunda, Ra," kata Anna setelah menyadari Zahra sudah menyamai langkahnya. Anna mendengus. "Udah jalan duluan ke Musholla pas nengok ke belakang kamunya nggak ada."

"Iya maaf Anna cantik," ucap Zahra sambil nyengir, memainkan ujung kerudung Anna, dililitkan di jemarinya. Anna tak berkata-kata lagi.

"Tuh kan emang susah punya teman yang alim," batin Zahra, terkekeh.

***

Jam kosong memang diadakan karena ini adalah hari terakhir MOS. Seluruh guru dan siswa diperbolehkan untuk melihat pentas seni yang kebanyakn diisi oleh adik kelas sepuluh. Ya walaupun ada beberapa penampilan juga dari kelas sebelas. Sedangkan kelas dua belas masih belum selesai menjalani praktik kerja di luar sekolah selama tiga bulan. Suasana ramai di gedung tengah, tepatnya di taman yang dijadikan pusat acara, terdiri panggung kecil di depan perpustakaan. Siswa kelas sepuluh dan sebelas mencari posisi yang nyaman untuk duduk lesehan di selasar maupun rerumputan taman. Sedangkan guru-guru menempati kursi yang sudah disedikan di samping panggung.

Sementara itu di ruang sekretariat OSIS suasana sedikit menegang seperti telah terjadi perdebatan. Tian dan Rizna, hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Tian adalah ketua OSIS, dia kebagian tempat praktik kerja di sekolah, jadi dia tetap bisa mengawasi juniornya di OSIS.

Akhir Penantian Where stories live. Discover now