09: Mau Muntah?!

6 5 0
                                    

Lihat mataku, jatuhlah lebih dalam dan kamu 'kan temukan.

❄️❄️❄️


Tadi. Cuman. Alibi.

Snow memandang Nazri tak percaya. "Maksud kamu apa?"

"Gue cuman bantuin lo dari cowok tadi. Lo nggak suka ditempelin orang kayak dia, kan?" Nazri berkata enteng. "Lagian gue juga nggak punya nomor Kakak lo."

"Kamu ... bohong?"

"Gue cuman nyari alesan. Lo bisa pulang."

"Kak Dala nggak nyari aku?"

Nazri menggeleng. Hati Snow langsung mencelos. Raut kekecewaan tergambar di wajahnya yang kini mulai muram. Nazri turun dari motornya tapi tidak dengan Snow.

"Emang lo seantusias itu gara-gara Kakak lo nyariin?"

Snow mengangguk. Dia selalu jujur. "Makasih udah bantu aku pergi dari Davin. Aku nggak tau harus apa kalo tetep sama dia." Turun dari motor, dia merapikan rok abunya.

"Dia suka sama lo, ya?" tebak Nazri.

Snow melihat ke arah lain. "Mungkin. Nggak tau."

"Atau dia udah jadi pacar lo?"

"NGGAK!" Snow ngegas. Menggeleng-geleng kepala dengan tegas yang malah terlihat lucu di mata Nazri. Poni sealisnya bergoyang-goyang. "Nggak."

"Kenapa?" Cowok itu jadi tertarik bertanya lebih jauh.

"Nggak suka Davin."

"Terus suka siapa?"

"Nazri."

Snow secepat kilat menutup mulutnya dengan kedua tangan. Berbalik badan dan berjongkok. Malu sekali. Wajahnya panas dan jantungnya tak beraturan. Ini sudah kedua kalinya dia jujur tentang perasaannya pada Nazri. Jujur itu penting, tapi jika membuat perasaan lebih tak karuan lagi Snow mendadak ingin jadi katak dan langsung bersembunyi di selokan terdekat.

Nazri juga cukup terkejut dengan kejujuran Snow. Perlu diacungi jempol.

"Lo jangan jongkok gitu. Ini pinggir jalan. Jangan malu-maluin diri lo sendiri." Dia menepuk-nepuk pundak Snow, namun cewek itu malah menggumamkan entah apa. Mukanya ia tutupi dengan tangan.

"Abang ngapain?" Seorang cewek mengenakan seragam SMP berdiri di depan mereka berdua. Memeluk buku-buku di tangannya, cewek itu terlihat bingung. "Itu siapa? Mau muntah?!"

Seketika anak itu menjatuhkan semua bukunya, mengobrak-abrik isi tasnya dan mengambil kantung kresek hitam. Dia memberikannya pada Snow. "Muntahnya di sini aja!" Dia berseru panik.

Snow melepaskan tangannya. "Muntah?"

"Iya, muntah. Yang hoek-hoek gitu!"

"Muntah apaan sih, elah." Nazri merebut kresek. "Lo ngapain tiba-tiba nongol di sini?"

"Aku mau nyari buku." Cewek itu memandang Snow dengan alis berkerut yang tak ditutup-tutupi. "Kayak kenal tapi siapa, ya? Eh, aduh. Hm.. OH! AKU TAU! AKU TAU! KAKAK PRINCESS!"

Cewek berseragam putih biru itu menerjang Snow yang masih jongkok. Memeluknya dengan antusias yang begitu hebat. Keduanya jatuh terlentang di atas trotoar. Nazri melotot.

"KAK PRINCESS! ASTAGA AKU KANGEN!"

"Tolong-berat."

"KAKAK KE MANA AJA, ASTAGA."

"Eh, kupret! Lepasin dia."

Nazri menarik cewek itu agar melepaskan Snow. Masih dengan suara cempreng dan volume tinggi, dia tersenyum lebar. "Makin cantik aja! Cocok deh jadi Princess Snow White."

Snow White Queen Where stories live. Discover now