01: Snow White

32 5 6
                                    

Rambutnya sehitam gagak.

Bibirnya semerah mawar.

Kulitnya seputih salju.

Ciri fisiknya kurang lebih begitu. Lebih spesifiknya dia mempunyai tinggi badan standar dan berat badan yang cukup ideal. Seperti remaja seusianya.

Snow White namanya, nama asli. Bukan ilusi apalagi imitasi. Nama itu pemberian sang Bunda yang suka sekali dengan cerita Putri Salju.

Banyak yang bertanya mengapa namanya sama seperti salah satu karakter Disney, dan Snow selalu menjawab "Karena aku diharapkan akan menjadi seorang Putri yang menikah dengan sang Pangeran berkuda putih."

Jawabannya memang sedikit absurd dan kerap kali mendapat cacian. Huh, memangnya di jaman sekarang ada Pangeran berkuda putih? Kusir delman perempatan aja kali!

Tapi untungnya Snow selalu sabar. Karena seperti yang Bundanya katakan, seorang Snow White harus sabar dan kuat. Snow tersenyum mengingat Bundanya.

"Cepat, cepat, cepat, gerbangnya mau saya kunci! Cepat!"

Snow mempercepat langkahnya memasuki kawasan sekolah yang sudah tiga bulan menjadi rumah kedua baginya. Tiba-tiba seseorang berlari dari arah belakangnya dan menyenggol cewek berponi ini.

"Aw!"

Snow sedikit terhuyung dan kembali menyeimbangkan tubuh untuk melihat seseorang yang mengaduh tadi. Snow tak mampu berkata begitu melihat penampilan cewek yang menabraknya. Mulutnya sedikit menganga.

Rambut sebahu warna hijau, softlens biru ngejreng, wajah menor dengan blush on yang merah banget seperti habis ditonjok, baju seragam crop dan super duper ngepres. Ini cewek mau sekolah atau apa?

"Astaga."

"Biasa aja kali liatin gue," ucap cewek itu tak suka.

Tersadar, Snow tersenyum kikuk. "So-sorry, aku gak liatin kamu kok. Aku cuman liat badut tikus tadi lewat. Kayaknya dia buru-buru," tunjuk Snow pada selokan di belakang cewek menor itu.

"SAMPAH!" Bentak cewek itu lalu kembali berlari meninggalkan Snow. Mengelus dadanya, Snow rasa dia harus mengendalikan diri agar tidak kaget melihat penampilan orang-orang di sekitarnya yang Snow rasa belum cocok dan berlebihan.

Snow sendiri tak neko-neko. Seragamnya sesuai aturan. Rambut hitam alami dan wajah hanya dipoles pelembab wajah biasa agar tidak terbakar matahari. Bibirnya tak ia beri apa-apa karena sudah merah secara natural. Seperti kelopak mawar.

Tiba di kelas, suasana seperti biasa. Berkumpul sesuai geng masing-masing. Tapi begitu salah seorang menyadari kedatangan Snow, dia berteriak "Snow, gue liat PR dong!"

Begitu seterusnya hingga PR yang ia kerjakan hingga tengah malam menjadi santapan satu kelas. Rakus sekali.

***

"Bukan salah gue, si Reno tuh yang ngerebut!" Seorang cewek bersedekap.

"Apa lo nuduh-nuduh gue? Lo sendiri yang serakah!"

"Elo!"

Menghela nafas berat, Snow membolak-balik bukunya yang sudah robek di beberapa bagian. Padahal, dia sudah berbaik hati 'meminjamkan' buku tugasnya untuk disalin oleh teman sekelasnya. Teman? Teman macam apa yang hanya memanfaatkannya?

"Minta maaf sana sama Snow," titah cowok bernama Reno yang langsung melenggang pergi. Tak mau bertanggung jawab atas kerusakan buku milik Snow. Sedangkan cewek yang tadi berdebat dengannya berdecak kesal.

Mila menepuk bahu Snow, berniat meminta maaf tapi ekspresinya sangat menunjukan bahwa ia tidak rela atau mungkin tidak sudi. "Sorry, tapi bukan berarti gue salah di sini."

Snow White Queen Where stories live. Discover now