05: Sandaran

24 8 0
                                    

"Lo bisa anterin Snow pulang nggak?"

"Hah?" Alvino terkejut dan menyenggol lemari berisi bola. Membuat lemari itu bergerak dan menjatuhkan salah satu bolanya yang mendarat tepat di atas kepala Alvino.

Sena panik sendiri melihatnya. Alvino mengaduh kecil, "Kaget gue."

"Astaga, sorry!" Cewek itu mengambil bola berwarna hitam putih yang menggelinding tanpa dosa setelah mengenai kepala Alvino. "Lo nggak apa-apa?"

Alvino tersenyum, "Nggak lah. Lagian kepala gue kebal sama yang beginian." Cowok itu menepuk-nepuk kepalanya.

"Syukur, deh."

"Tadi lo bilang apa? Anterin Snow pulang?" Alvino menanyakan kembali tujuan utama Sena mencarinya hingga ke ruang olahraga.

"Iya. Tadi ada something gitu dan Snow nggak mau ngomong pas gue tanya di mana rumahnya. Gue juga buru-buru harus pergi." Sena menjelaskan.

"Biasanya Snow pulang sendiri, kan?"

"Itu, soalnya ... " Sena ragu mengatakan masalah sebenarnya. "Soalnya Snow lagi nggak enak badan, dia mendadak jadi patung bernyawa."

"Snow mati?!" Alvino melotot.

"Sembarangan!" Sena ikut melotot dan hampir melemparkan bola di tangannya. "Pokoknya Snow nggak bisa pulang sendiri. Please, anterin dia pulang, lo pasti tau rumahnya, kan?"

"Gue tau sih, tapi gue nggak bisa."

"Loh, kenapa?"

"Hari ini futsal SMA tetangga mau latihan bareng. Gue nggak bisa ninggalin gitu aja. Sorry, Sen," kata Alvino serius.

"Terus Snow gimana, dong?" Sena bingung harus berbuat apa lagi. Di sekolah ini hanya Snow dan Alvino yang dia kenal. Sena tak mungkin meminta pertolongan pada orang lain yang tak dia kenal.

"Woy, Al. Ditungguin juga malah mojok sama cewek." Suara seseorang menginterupsi keduanya. Cowok itu nyinyir, "Disuruh ngambil bola juga. Nggak bisa dipercaya lo sekarang."

"Mojok apaan, anjir!" Alvino membantah. "Dia ada perlu doang."

Nazri lalu bertanya pada Sena, "Lo ada perlu apa?"

"Gue butuh Alvino buat nganterin Snow pulang," kata Sena.

"Snow?" Alis kiri Nazri terangkat. "Kenapa harus dianterin?"

Sena menghela nafas, rasanya dia lelah mengulang kata-kata. Maka dari itu dia mengambil intinya. "Hari ini ada kejadian nggak mengenakan yang menimpa Snow dan mengakibatkan sang korban enggan untuk berbicara," kata Sena dengan gaya formal.

"Oh," saut Nazri singkat, membuat hati Sena berdenyut nyeri. Bisa-bisanya cowok itu. "Gue aja yang anterin," lanjut Nazri kemudian.

"Eh, seriusan?" Sena terkejut.

Nazri mengangguk kecil. Alvino yang sedari tadi diam mulai kembali bersuara. "Eh, Naz. Lo nggak bisa ninggalin latihan gitu aja."

"Bentar doang, kok. Buruan lo ambil bolanya, anak-anak yang lain udah pada nungguin," suruh Nazri pada Alvino yang belum satu pun mengambil bola. "Jadi, sekarang Snow di mana?"

"UKS," jawab Sena.

"Yaudah, ayo." Nazri dengan gaya lempengnya meninggalkan ruang olahraga dan berjalan menuju UKS. Sena yang linglung ditinggal Nazri pun memberikan bola di tangannya pada Alvino.

"Bye, Al!"

"Bola lagi, bola lagi. Ck!" Alvino berdecak sembari mengambil beberapa bola.

Snow White Queen Where stories live. Discover now