Chapter 6

2.5K 95 1
                                    

Titik terberat dalam mencintai adalah mengetahui kalau orang yang kita cinta sedang mencintai orang lain

●●●





Lagu berjudul Puisi,milik Andien menggema disetiap sudut kamarku. Lagu favoritku itu aku jadikan sebagai ringtone handpone ku kalau ada panggilan masuk. Karena hari ini libur nasional,sebenarnya aku masih ogah-ogahan bangun. Kemarin itu hari Senin dan sekarang Selasa tapi tanggal merah. Males si memang, kenapa kemarin nggak libur sekalian.

Buru-buru aku mengangkatnya tanpa tau siapa yang menelpon. Aku takut jika ada hal penting yang ingin dibicarakan padaku.

Halo,

Suara orang diseberang sana menginggatkan ku dengan suara seseorang yang sangat familier bagiku.

Sandi,ya itu suara Sandi. Aku ingin menutup teleponnya kalau saja ia tak memaksaku untuk melanjutkan perbincangan.

Sandi : "Ta,jangan ditutup dulu
teleponnya. Gue mau ngomong
penting sama lo."

Gue : "Apa?"

Sandi : "Nanti sore ketemuan di Cafe
Natuna bisa nggak?"

Gue : "Kenapa emang? Mau bentak-
bentak lagi?"

Sandi : "Bukan gitu,Ta. Ada yang mau
gue omongin penting sama
lo,plis.

Gue : "Insyaallah,gue nggak janji."

Sandi : "Oke,gue tunggu jam 3 ya..Ya
udah kalau gitu,dahh."

Tut tut tut..

Telepon terputus.

Entah apa yang akan dibicarakan Sandi padaku. Tapi jujur saja,aku belum bisa move on sama Sandi walaupun ia telah membentak-bentakku kemarin.

Aku memutuskan untuk mengajak Yuta dan Nata ketemuan di Cafe tempat kami biasa nongkrong. Aku ingin meminta saran kepada kedua sahabatku itu. Apakan aku pantas datang menemui Sandi setelah kejadian kemarin atau malah mengabaikannya saja.
Masih ada 5 jam lagi sebelum janjian sama Sandi.

●●●

"Gue sih yes,siapa tau emang ada yang penting."ujar Yuta.

"Gue nggak setuju. Nanti bisa-bisa sahabat gue yang unyu ini dibentak lagi."sela Nata.

"Bingung ni gue."kataku bimbang.

"Mungkin dia mau minta maaf. Positif thinking aja."hibur Yuta.

Benar juga kata Yuta. Mungkin Sandi merasa bersalah karena telah membentakku kemarin.

"Gue curiga sama si Kupret itu. Gue takut kalau nanti dia bales kelakuan lo kemaren."ujar Nata curiga.

"Ih lo seudzon aja. Gini,gimana kalau kita berdua ikut,Ta."saran Yuta.

"Gimana sih lo,kan yang diundang Lista buka kita Yut."senggah Nata.

"Kita kan bisa mata-matain mereka. Jadi,kalau Sandi ngapa-ngapain Lista,kita kan bisa langsung sikat."jelas Yuta.

"Mantull."kataku setuju.

"Oke gue setuju."balas Nata.

"Eh,lo emang nggak ilfill apa sama si Sandi. Dia kan udah bentak lo kemarin."ujar Yuta.

"Lo kayak orang nggak pernah Falling in love aja deh."sahut Nata.

Aku hanya nyengir kuda setelah mendengar percakapan mereka.
Benar juga,
Semarah-marahnya aku,aku tak akan bisa meninggalkannya. Karena hanya ada satu alasan,CINTA.

Aku Yang Berjuang,aku Juga Yang Terbuang (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang