SASARAN UTAMA

281K 14.9K 217
                                    

Setelah memasakkan mie instan untuk Salsa kemarin malam, Juna langsung pulang, dan kembali lagi di pagi harinya. Sekarang dia sedang menunggu Salsa di ruang tengah. Entahlah, mungkin kekasihnya itu kini sedang dandan. Tapi, selama ini, Juna tak melihat adanya tanda-tanda make up. Atau Salsa sengaja dandan setipis mungkin ya?

Sesaat kemudian, Juna mendengar langkah seseorang sedang menuruni anak tangga. Juna mengedarkan pandangannya, dan menemukan bidadari-eh Salsa maksudnya. Salsa semakin mendekat padanya.

"Lama ya? Maaf. Aku tadi--".

"Udah gak apa-apa. Kamu kenapa emang?", Juna bangkit dari tempat duduknya.

"Biasa, nyeri haid. Rasanya aku gak mau masuk sekolah", Salsa masih memegangi perutnya.

"Ya gak usah sekolah kalo gitu. Kamu istirahat aja di rumah".

"Aku ada ulangan harian. Ntar nilai aku dapet dari mana?".

"Ah ilah, ntar aku kasih. Minta berapa? Kamu minta seratus, aku kasih lima ratus deh. Penting kamu gak apa-apa".

"Gendeng kamu. Kamu pikir kamu siapa? Main kasih gopek'an. Udah ah, ayo ntar telat", Salsa berjalan melalui Juna.

___

Sepuluh menit lagi, bel masuk akan berteriak manjahhh. Juna sudah memasuki area parkiran sekolah. Setelah memberi helm pada Juna, Salsa berniat pergi. Namun Juna menahannya. "Apa?", Salsa mendongak.

"Bareng lah".

Salsa mengiyakan saja. Mau gimana pun, Juna pasti ikut bersamanya nanti. Seorang Arjuna Megantara itu pasti mempunyai seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang dia mau.

"Sal", panggil Juna saat mereka melewati koridor.

"Hmm".

"Kamu sayang gak sih sama aku?", Salsa merasakan kakinya sulit untuk berjalan lagi. Dia cukup terkejut dengan ucapan Juna barusan. Salsa bingung mau jawab apa.

Cukup lama Salsa terdiam, sampai akhirnya dia bersuara dengan susah payah. Dia juga bingung dengan perasaannya sendiri. "Aku gak tau", ucap Salsa.

"Kok bisa gitu?".

"Aku juga gak tau. Aku gak tau pasti, apa yang aku rasain saat ini. Tapi, aku pikir, presentase kejengkelan aku sama kamu itu sedikit berkurang. Yahh, itu karena kamu sendiri sebenernya. Kalo kamu gak berulah, aku juga gak bakal marah".

"Tapi, aku suka kalo kamu marah", ucap Juna.

"Terserah!".

"Oke, ganti pertanyaan. Kamu nyaman gak sih, sama aku?".

"Kadang-kadang".

"Kadang-kadang itu kapan?".

"Hm, kemarin malam contohnya".

"Saat kamu ketakutan itu? Hahahaha", goda Juna saat mengingat ekspresi wajah Salsa kemarin.

"Ishhh bukan! Aku tuh nyamannya saat... Kamu... Buatin aku mie. Aku pikir, kamu itu gak selamanya ngeselin. Kamu juga bisa bersikap normal--".

"Ya aku emang normal, sayang. Kamu pikir aku ada gangguan kejiwaan, gitu?".

"Hm, sering", Salsa segera melengos pergi, menghindari semburan Juna. Salsa tersenyum puas.

"Shit... Fuck!", umpat Juna sedikit geli dengan kata-kata Salsa tadi. Berarti, selama beberapa hari ini, dia nyaman dengan orang yang punya gangguan kejiwaan dong? Bangsul kamu sayang! Juna segera menyusul Salsa yang sudah beberapa meter di depannya.

ARJUNA [TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang