4 | Jean Bego

1.5K 114 18
                                    




"Gue suka semua mata pelajaran asalkan gurunya gak masuk ehe."

***



Pernah belajar tentang sistem ekskresi?
Tahu organ-organ yang berperan didalamnya?

Jika tidak, silahkan cari di internet karena sejujurnya Jean pun tidak tahu menahu akan hal itu.

Niat awal Jean berada disana sebenarnya hanya untuk menumpang tidur, namun siapa sangka ternyata guru yang dikabarkan tidak akan mengajar dikelas itu tiba-tiba datang membuat sebagian penghuni kelas 11 IPA 3 menghela napas kecewa. Begitupun dengan Jean yang notaben nya 'murid seludupan' disana.

Jean tidak mengerti, mendengarkan pun percuma rasanya. Ia sudah menguap berkali-kali, kelopak matanya pun sudah sangat berat. Jean menggerutu, jika begini jadinya lebih baik ia mengikuti pelajaran sosiologi tadi daripada harus membolos dan berakhir seperti orang bodoh disini.

Jean melirik Zade, teman satu eskul yang kini duduk disamping cowok berlesung pipi itu. Zade tidak tampak kelelahan, ia bahkan terlihat antusias. Terbukti ketika cowok yang Jean pastikan memiliki darah campuran itu menulis dan bahkan menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan oleh Mr. Ann.

"Stt.. Zade!" Jean menyenggol lengan Zade, namun tidak digubris sama sekali olehnya.

"Zade, woi!" Suara Jean mungkin terdengar pelan tetapi sikutan cowok itu semakin diperkuat, ia menumbukkan sikutannya di pinggang Zade membuat Zade meringis kesakitan.

"Sakit, anjing!" Geramnya.

"Bantuin gue keluar, babi!" Balas Jean tak kalah sengit yang ditanggapi putaran malas bola mata Zade. "Salah sendiri ngapain keluyuran disini? Mampus kan lo."

"Tai."

"Makan noh feses Hahaha.."

"Terserah lo anjir! Gue berasa diruqiyah disini."

Jean berdecak, mulai dari tangan, kaki, bahkan seluruh anggota tubuhnya sudah seperti cacing kepanasan. Tangan Jean sibuk membidik Roy—sang ketua kelas— dengan penghapus yang entah milik siapa. Kakinya pun ia gerakkan ke kanan dan ke kiri membuatnya berkali-kali bertubrukan dengan kaki milik Zade. Alhasil sebuah jitakan Jean dapatkan. "Diem, bego!"

Jean melengkungkan bibirnya. Ia sudah muak, kelas ini gak asik!

Jika tahu begini lebih baik Jean terdampar dikelas Gisel dan mencari gara-gara dengan Vena yang pastinya jauh dari kata membosankan. "Mister!" Mau tidak mau Jean mengangkat tangan, mengakhiri aksi penyeludupannya tsb.

"Ya?" Mr.Ann menyahut dan seperti yang sudah Jean bayangkan, mereka semua menatap kearah cowok berlesung pipi itu.

"What are you doing here, Jean?" Tanya Mr.Ann yang sepertinya baru menyadari keberadaan Jean disini.

"Kesleepingan mister." Jawab Jean asal.

Membuat kerutan didahi Mr.Ann muncul. "Bisa diulangi? I don't understand what you say, Jean." Ujar Mr. Ann. Logat pengucapannya sangat ketara sesuai dengan wajahnya yang beraksen Eropa itu.

Zade menyikut pinggang Jean pelan. "Yang bener, anjir." Bisik Zade.

"Maksud saya ketiduran, Mister." Jelas Jean. Ia tersenyum memamerkan deretan gigi putih berseri miliknya.

"Saya pamit keluar, takut dicariin Mrs.Rifa.. babaii mister!" Lanjut Jean seraya melambaikan tangan kemudian dengan cepat ia berlari keluar dari kelas itu. Membuat tanda tanya besar tercetak jelas disana.

"He's fine?"

"No! He's crazy."

Yasudahlah.
Mungkin Jean memang 'sedikit' gila.


🐾🐾🐾

"Anak Gatava ngajak tauran, Je." Adu cowok berponi disebelahnya. Jean hanya mengangguk acuh kemudian dia kembali memakan kacang kulit yang dibawa Ben.

"Bukannya urusan sama Gatava udah kelar?" Sahut Bondan. Sama seperti Jean, cowok dengan perawakan sedikit tambun itu berkali-kali mengambil kacang kulit milik Ben membuat Ben melotot marah kearahnya.

"Kacang gue, anying!" Pekik Ben sembari menjitak jidat Bondan kencang membuat Bondan memekik kesakitan. "Sakit, babi!"

"Ck!" Kini giliran decakkan Hugo yang terdengar. "Diem bego!" Seperti biasa, Hugo selalu menjadi penengah diantara mereka berdua.

"Gue rasa mereka gak mungkin ngajak tawuran gitu aja. Apalagi kita udah sepakat buat gencatan senjata." Liga mulai menimbrung. Cowok keturunan Sunda-British itu sudah mendudukkan bokongnya dibangku yang berada didepan Ben.

Andra yang mendengar pembahasan mereka berdecak malas. "Mending kalian tanya sama dia nohh.." Kata Andra sambil melirik kearah orang yang dimaksud. Dengan kompak mereka berlima mengarahkan sorot matanya kearah cowok itu.

"Jeannn?!!" Panggil mereka serempak.

Jean yang menjadi sasaran mereka hanya memasang cengiran andalannya kemudian mengeluarkan jari telunjuk serta jari tengah tanda perdamaian. "Dia yang nyari gara-gara duluan, wajarlah gue serang hehe.." Jawab Jean tetap dengan menampilkan gigi putih berserinya itu.

"Lo abisin tuh anak?"

Jean mengangguk, ia membenarkan letak duduknya. "Awalnya gue kira dia bukan anak Gatava tapi pas gue liat logo bajunya ternyata SMA tetangga." Jelas Jean, membuat cubitan maut khas Hugo mendarat sempurna di pinggangnya.

"Goblok banget sih.. gue mutilasi juga lo lama-lama." Kata Hugo kelewat kesal.

"Ya maap."

"Terus jadinya gimana?" Tanya Liga.

Mereka semua saling bertatapan seolah bertanya satu sama lain mengenai keputusan dari perkara yang mereka bahas kini. Dan ke-enam senyuman itu menjadi pertanda kesepakatan mereka.

Tentu.
Sore ini akan menjadi sore yang menyenangkan.




🐾 J E A N 🐾

JEAN [TAMAT]Where stories live. Discover now