Kini hanya tersisa Bapak Anja dan Ejak yang duduk berhadapan. "Masih suka sama anak bapak, Maharaja?"

"Masih dong, Pak. Kalo boleh dilamar, Ejak lamar sekarang, deh, Pak."

"Status kamu apa nih, sok-sok-an mau ngelamar anak Bapak?" tanya Bapak Anja bercanda.

"Hey there! I'm Using WhatsApp."

Mendengar jawaban Ejak, Bapak Anja tergelak keras. "Ada-ada aja kamu. Kalo mau naksir anak bapak, gak papa bolos, tapi agak dikurangin. Tahu sendiri kan anak bapak itu gimana sifatnya." Bapak Anja bukannya mendukung tidak pula melarang karena bukan haknya. Tapi ia hanya menyarankan sesuatu yang baik agar Ejak lebih baik ke depannya.

"Siap, Pak! Diusahakan, tapi gak bisa janji hehe." Tak lama kemudian, Anja datang membawa segelas teh hangat untuk Ejak. Ejak pun langsung meminumnya sampai habis.

"Haus, Bung?" tanya Anja.

"Grogi gue ngobrol sama Bapak."

"Anja di sekolah gimana, Maharaja? Galak ya?" Bapak Anja mengulik tentang putrinya.

"Banget, Pak. Nakutin orang-orang kalo lagi marah."

"Kamu nggak takut?"

"Enggak, Pak, dia lucu kalo lagi marah. Kayak angry bird."

"Kemarin katanya kayak Kak Ros, bunglon banget sih, Bung," potong Anja.

"Gue jadi Bang Badrol dong kalo elo Kak Ros." Ejak membahas Bang Bandrol anaknya Atok Dalang alias Haji Senin bin Kamis bin jum'at bin weekend di serial upin-ipin.

" Ejak membahas Bang Bandrol anaknya Atok Dalang alias Haji Senin bin Kamis bin jum'at bin weekend di serial upin-ipin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sebelum sama Badrol, kak ros udah punya gebetan, namanya Abang Mu'is," papar Anja seperti paham sekali.

"Dih, Opa Siti bininya Tok Ghani tahu aja."

"Kalian ngomongin apa? Bapak gak ngerti cerita jaman now." Bapak Anja mengintrupsi obrolan absurd mereka. Kalau tak dihentikan, obrolan gaje itu bakal selesai tahun depan.

"Upin-ipin, Pak," jawab Anja dan Ejak serempak.

"Oh anak kecil yang gak besar-besar itu?"

"Iya, Pak." Mereka menjawab dengan kompak sekali lagi.

"Kompak amat."

Mereka bertiga lanjut mengobrol tentang apa saja yang bisa diobrolkan hingga hampir maghrib. Waktu begitu cepat berlalu dan sangat tak terasa, apalagi ketika hati sedang tersentuh kebahagiaan sederhana seperti ini.

Lihat saja, karena keasikan ngobrol, Anja lupa tugasnya masih ada yang belum selesai. Perasaan, tadi sudah Anja selesaikan semua. Namun pada waktu Anja berjalan ke dapur lagi, piring, kuali, panci, spatula, dan alat masak lainnya sudah menumpuk saja di cucian piring. Ejak pun pamit pulang sementara Anja lanjut mencuci piring.

SHELTER (Completed)Where stories live. Discover now