Chapter 74

9.6K 576 166
                                    

Sesuai janji, tembus 200 komentar bonus 1 chapter.

Masih semangat vommentnya?

Happy reading😊

Ilham dan Rafael kalang kabut mencari keberadaan Hanna.
Mereka berpencar mengelilingi bandara, tak peduli begitu banyak orang di sana dan hanya ada sedikit kemungkinan mereka bisa menemukan Hanna.

Tiba-tiba Ilham menghentikan langkahnya. Otaknya berputar cepat.
Berbagai pikiran kini sedang melayang di otaknya.

Ilham mencoba menarik satu kesimpulan yang paling mungkin setelah berpikir cukup lama.
Ilham berpikir, Hanna memang sengaja pergi dari Rafael karena masih mencintai Bisma. Hanna tak ingin menyakiti Rafael lebih jauh lagi karena masih mencintai pria lain kemudian memutuskan pergi dari Rafael tanpa memberitahu siapa pun.

"terkadang Anna memang bodoh, tapi kenapa sekarang otaknya dangkal sekali" umpat Ilham benar-benar jengkel.

Ilham mengambil ponselnya untuk menghubungi Rafael sembari berlari keluar dari bandara "aku akan ke suatu tempat. mungkin Hanna di sana. Jangan terlalu khawatir. Kembalilah ke apartemenmu dulu"
"kau akan kemana? aku ikut denganmu"

"tidak perlu, aku sudah di luar sekarang" Rafael mendengar Ilham menutup pintu mobilnya "aku akan segera memberimu kabar"
"baiklah, hati-hati"
"hm"

"Ilham"
"apa?"
"bagaimana jika Hanna diculik?"
Ilham menghentikan aktifitasnya dan termenung sejenak. Kembali berpikir cepat karena ucapan Rafael baru saja.
Membuat orang lain khawatir bukan gaya Hanna.
Masuk akal. Siapa lagi kalau bukan Bisma?

"kau ke kantornya saja dan aku akan ke rumahnya" ucap Ilham buru-buru.
"oke" Rafael menutup telephone dengan Ilham. Rafael tahu siapa yang Ilham maksud walau mereka tak menyebutkan namanya.

Ilhampun segera melajukan mobilnya. Tak ingin membuang waktu sedikit pun.
*
*
*
Diam-diam, Hanna mengusap perutnya yang mulai membuncit di usia 3 bulan ini. Apa pun yang terjadi nanti, Hanna akan berusaha menyembunyikan kehamilannya dari Bisma.

Beruntung saat ini ia mengenakan blouse biru yang longgar jadi lekuk tubuhnya tak terbentuk. Untuk selanjutnya, Hanna akan memikirkannya lagi. Hanna akan menggunakan segala cara agar Bisma tak menyadari kehamilannya.

3 bulan pertama Hanna memang tak mengalami mual berlebih seperti wanita hamil pada umumnya. Tapi Hanna takut jalan bulan ke empat ini Hanna akan mengalaminya.
Semoga tidak, doa Hanna dalam hati.

Hanna tak ingin Bisma tahu bahwa ia hamil. Hanna yakin itu akan lebih mempersulitnya.
"nona, anda ingin sesuatu?" seorang pramugari menghampiri kursi mereka dan melihat Hanna melamun.

Hanna menoleh sedikit terkejut "tolong air putih saja" pintanya dengan senyum tipis.
Pramugari itu mengangguk kemudian berlalu.

Hanna tak sengaja menatap wajah damai Bisma. Ada seulas senyum kecil di wajah pria itu. Raut penuh kelegaan terpancar jelas di wajahnya.
Hanna tak habis pikir pada pria ini.
Di saat dirinya begitu sedih di sampingnya, kenapa pria ini tampak bahagia?

Hanna ingin kembali membuka hatinya sepenuhnya untuk Bisma tapi semua itu tidak mungkin. Luka demi luka yang pernah Bisma goreskan telah membekas sempurna dalam hati Hanna. Sulit sekali menyembuhkannya.

Atau Hanna ingin menutup hatinya serapat mungkin pada pria ini agar tak akan ada celah lagi bagi Bisma untuk lebih melukai perasaannya.
Tapi untuk sekarang, Hanna belum bisa. Rasa cintanya sebanding dengan rasa bencinya. Membuat Hanna kembali terluka dengan keputusan apapun.

Hanna tersadar dari lamunannya ketika pramugari tadi memberikan sebotol air mineral padanya.
"terima kasih" ucap Hanna tersenyum kecil.

Hanna menghembuskan napasnya perlahan dan kembali membuang pandangannya keluar jendela.
Hanna mencoba membuka tutup botol itu tapi sangat sulit terbuka sampai tangannya terasa perih. Hanna mengibaskan tangannya dan mendengus kesal.

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now