Chapter-71

9.8K 497 29
                                    

Terima kasih, terima kasih, terima banyak untuk semua yang udah ikutan pre order novel Hurt.🙏🙏

Aku gak nyangka buku yang terjual melampui targetku sendiri. Terima kasih banyak.🙏

Semoga kita semua selalu sehat dan diberkahi Tuhan Yang Maha Esa😄

Happy reading😊

Tatapan tajam itu kembali Hanna terima.
Kali ini Hanna memberanikan diri untuk masuk lebih dalam ke kamar Calista.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk!?" sentak Calista muak dengan suara lantangnya.

"Ca ...,
"Jangan menggunakan nada menjijikkan seperti itu di depanku!"

Hanna menghela napasnya sebentar lalu berbalik menuju pintu. Menutup pintu itu dari dalam dan kembali menatap Calista yang masih setia berdiri di sebelah jendela kamarnya.
"Maafkan aku Ca-

"Keluar!" bentak Calista lebih keras.
"Kita harus bicara."
"Aku tak sudi melihat wajahmu, Hanna!!" bentak Calista kesal.
"Aku-
"Aku sudah merelakan Bisma yang sudah kau rebut dariku, jadi bisakah kau tak menggangguku sekarang? Mengingat bahwa sampai sekarang Rangga masih mencintaimu membuatku sangat ingin marah padamu."

"Aku tidak akan bersama Bisma-
"Jadi apa kau juga menginginkan Rangga sekarang!?" potong Calista tajam.

Hanna menggeleng cepat "Tidak tidak,
"Munafik! Kau memang selalu merebut apapun yang ku punya!"
"Calista."
"Pertama Ilham, kedua mamaku, lalu Rangga. Dan sekarang Bisma. Jadi apa lagi yang kau mau dariku, Hanna!?"

Air mata Hanna menetes begitu saja. Ia tak menyangka bahwa selama ini Calista menyimpan perasaan itu semua. Perasaan iri padanya. Hanna pikir Calista baik-baik saja dengan sikap Ilham yang lebih hangat pada Hanna daripada Calista. Karena Calista sendiri dulu pernah bilang memang Ilham kelewat dingin sejak awal.
Hanna pikir Calista tak masalah jika Nadine juga mulai perhatian padanya karena Hanna juga rela berbagi kasih sayang Ayahnya.
Dan masalah Bisma, Hanna juga tak pernah mengharapkan pernikahan ini. Hanna tak tahu Calista pernah mengandung bayi Bisma. Ia hanya menuruti permintaan Ayahnya.
Dan sekarang Rangga, Hanna benar-benar tak tahu Rangga mencintainya dari dulu.

"Jadi sekarang kau ingin bersama Bisma atau Rangga!?"
Hanna menggeleng pelan "Tidak. Tidak keduanya. Maafkan aku."
Hanna mengusap air matanya pelan kemudian menunduk sendu, "Maafkan aku. Maafkan aku, Ca. Aku memang pantas kau benci."

Calista membuang pandangannya keluar jendela dan tak menjawab apapun. Hatinya terasa ngilu mendengar Hanna meminta maaf begitu. Ia tak tega.

"Aku memang saudara yang sangat buruk untukmu, Ca."
Hanna mendongak perlahan untuk menatap Calista, "Aku hanya ingin meminta maaf padamu sebelum aku kembali ke Australia. Maafkan aku."

Calista masih tetap diam. Berdiri dengan egonya.

"Sekali lagi aku minta maaf dengan setulusnya. Aku berharap maaf darimu dan semoga kamu bahagia."

Calista belum menjawab. Ia masih bertahan pada kebisuannya.

Hanna tersenyum miris. Maklum sekali dengan sikap Calista yang pasti sangat kecewa padanya. Ia akan menelan pil pahit itu dengan lapang dada. "Aku pergi." Hanna berbalik dan berjalan menuju pintu. Langkahnya terasa amat berat karena belum mendapat maaf dari Calista.

Calista menatap punggung Hanna yang sudah memegangi pintu. Ia segera berlari ke arah Hanna dan memeluknya dari belakang.
Tangisan dua wanita itu pecah begitu saja di ruangan ini.

Calista menangis hingga terisak hebat sedangkan Hanna mencoba meredakan tangisnya dengan membungkam mulutnya.

"Maafkan aku Hanna. Maafkan aku," rancau Calista tersedu.

HURT (Sudah Terbit)✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant