Chapter 10

16.2K 785 1
                                    


WARNING!!: typo(s), ucapan kasar dan perbuatan yang tidak patut dicontoh bertebaran

Happy reading 😊

Bisma membuka pintu kamar Hanna dengan kaki lalu membawa Hanna masuk.
Ia membaringkan tubuh mungil itu di ranjang dengan perlahan.

Saat ingin mengangkat tubuhnya, Bisma malah terpaku pada wajah damai Hanna. Ini pertama kalinya Bisma menatap Hanna sedekat ini dan dalam keadaan tenang. Biasanya Bisma hanya melihat ekspresi takut, canggung dan penurut gadis itu.
Lengannya yang masih ada di bawah tengkuk Hanna membuat jarak mereka sangat intim. Wajah tenang Hanna menyita habis perhatian Bisma.
Setiap detailnya Bisma amati.
Kening sempit dengan kelopak mata tertutup yang berhias bulu mata lentik. Hidungnya yang tak terlalu mancung tapi pas dengan wajah oval Hanna menambah kesan polos pada gadis itu. Tatapan Bisma berakhir pada bibir mungil secerah cherry yang ditopang dagu runcing Hanna yang sangat memikat.

Bisma tanpa sadar mendekatkan wajahnya pada Hanna. Tatapannya terkunci pada bibir gadis itu.
Saat napas halus Hanna menerpa lembut wajahnya, Bisma memejamkan matanya siap mempertemukan dua benda lembut itu.
Bisma berhenti di 2 centi dengan wajah Hanna. Memikirkan lagi apa yang ia lakukan. Tangan Bisma yang bebas menangkup sebelah pipi tirus Hanna, memastikan gadis itu tak akan kabur saat ia menguasainya.

Tiba-tiba Bisma membuka matanya dan segera mengangkat tubuhnya, pria itu tampak gusar dengan mengusap wajahnya.
Bisma berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air berkali-kali.

"Apa yang kulakukan?" Bisma bertanya pada pantulan dirinya di depan cermin. "Aku ... aku hampir menghianati Calista. Astaga!" Bisma menggeleng cepat.
"Oh, brengsek! Wanita ini berbahaya untuk hubunganku dan Calista." Bisma bergumam kesal.

Lalu ponsel Hanna di saku kemejanya kembali berdering. Bisma mengambilnya dan melihat siapa yang menghubungi Hanna pagi-pagi begini.

Rafael

"Siapa dia? Empat kali dia menghubungi wanita ini dalam semalam." Bisma masih menatap layar ponsel Hanna dalam genggamannya.
"Bukan nomor Indonesia. Apa temannya di Australia? Teman? Atau ... kekasihnya? Ah, terserah! Aku tak peduli." Bisma siap menyimpan ponsel Hanna kembali tapi urung saat melihat ada beberapa pesan masuk ke ponsel Hanna dan belum dibaca.
Bisma membukanya.

Ibu Casma
Kamu sudah tidur?

Ibu Casma
Hubungi Ibu jika kamu sudah merasa lebih baik ya.

Ayah David
Katakan pada Bisma untuk segera menghubungi Ayah. Ponselnya mati, Hanna.

Rafael
Angkat teleponku atau aku akan segera ke Indonesia.

Rafael
Aku serius, Hanna.

Rafael
Kau baik-baik saja?

Rafael
Aku akan kembali ke Indonesia dalam tiga minggu.

Rafael
Hanna.

Rafael
Ya! Kau tak bisa mengabaikanku, Hanna!!

Bisma membuka beberapa pesan dari Rafael yang dibalas Hanna sebelumnya. Rasa penasaran membuatnya tak peduli lagi pada fisiknya yang sedang sangat lelah.

Ayahku belum mengizinkan ke Indonesia.

Aku sudah bilang, selesaikan pendidikanmu di sana, Raf. Aku akan segera kembali.

Aku tidak percaya. Seperti ada sesuatu di balik kepulanganmu ke Indonesia.

Memang ada. Tapi aku bisa mengatasinya.

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now