25. YES

41 2 0
                                    

Terima kasih karena kamu selalu ada untuk ku, untuk kesedihan ku bahkan untuk kebahagiaan ku. Aku rela memberikan dunia ku, jika benar itu bisa membuatmu tersenyum.

**********

Keheningan, keheningan dan rasa bahagia masih saja membelenggu Amyra dan Irtiza yang tengah berdiri didepan rumah sederhana Amyra sekarang. Mereka hanya saling tatap seraya saling melemparkan keterpakuan masing-masing.

"Kenapa?" Tanya Amyra, membuat Irtiza mengerutkan dahinya. "Kenapa Bapak menyukai saya?" Tanya Amyra melanjutkan.

"Kamu mau tahu, apa yang membuat aku mencintaimu? Mmm... Karena semasa sekolah dulu, aku tanpa sengaja melihat mu membantu seorang Kakek tua menyebrangi jalan" Jawab Irtiza, kali ini Amyra lah yang terlihat mengerutkan dahinya.

"Memang, itu adalah hal yang sangat biasa. Tapi cara mu lah yang berbeda dari mereka. Aku melihatnya, kamu berpura-pura membaca buku seraya memperlambat langkah mu, agar tetap berdampingan dengan Kakek itu. Orang lain mungkin melihat kamu hanya sedang membaca buku sembari menyeberangi jalan, tapi yang mata kepala aku lihat adalah kamu tengah membantu Kakek itu menyeberangi jalan. Untuk pertama kalinya, aku tersenyum disaat itu, itu karena kamu"

"Kenapa? Apa Bapak tersenyum, karena kepolosan hati saya?"

"Bukan. Tapi... Karena kamu membaca terbalik buku itu" Ungkap Irtiza, seketika saja membuat Amyra tersenyum malu mendengarnya.

Haha... Amyra jadi teringat, ia juga sebenarnya sadar kalau membaca bukunya terbalik. Tapi Amyra masa bodoh, karena yang terpenting saat itu adalah mengantarkan Kakek itu sampai dengan selamat keseberang jalan.

"Jadi, ayo kita berkencan sekarang" Ajak Irtiza kembali, membuat Amyra termenung.

Banyak pikiran yang bergejolak dihati dan dipikiran Amyra. "Apa kata orang, kalau mereka tahu, aku dan Irtiza pacaran? Aku ngga mau, kalau sampe Irtiza ikut masuk kedalam gosip-gosip yang tidak jelas itu" Desit Amyra didalam hatinya.

"Jangan dengarkan kata orang lain, dengarkan saja apa kata hati kamu" Tungkas Irtiza.

Sejenak menatap lekat Irtiza, Amyra pun akhirnya menganggukkan kepalanya. Amyra tersenyum, membuat Irtiza ikut menarik senyumnya pula karenanya.

"Aku bahagia malam ini, karena dimata kamu, aku melihat ada cinta untuk aku" Jawab Irtiza masih saja terus menatap lekat Amyra, Irtiza pun berlalu memeluk hangat tubuh Amyra, yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu. "Maaf... Karena kedatangan ku yang terlambat" Ujar Irtiza dalam dekapan hangatnya, lalu melepaskan pelukannya kemudian.

Raut wajah Amyra menampakkan keteduhannya, ia pun lantas berkata, "Kenapa Bapak harus meminta maaf, saya sudah terbiasa menunggu Bapak"

"Terima kasih karena selalu menunggu ku"

"Iya Pak"

"Panggil aku Irtiza" Pinta Irtiza menyimpulkan senyum malu di wajah manis Amyra.

"Haha... Iya Irtiza" Sahut Amyra.

"Menikahlah dengan ku" Pinta Irtiza tiba-tiba, sontak membuat Amyra tertegun kembali mendengarnya.

"Ehng... Kita baru saja mulai, bagaimana bisa Bap, eh... Maksud aku, Kamu langsung melamar ku seperti itu?"

"Tentu saja bisa, karena kita saling mencintai"

"Irtiza, cinta tidak cukup untuk membahagiakan sebuah pernikahan. Tapi didalam pernikahan juga membutuhkan pemahaman satu sama lain. Yakinkan dulu aku, begitu pula aku akan meyakinimu" Ujar Amyra, Irtiza yang mendengarnya pun tersenyum.

"Mmm... Aku ada satu permintaan" Tutur Amyra.

"Apa? Katakan saja apa permintaan mu"

"Bisa kita profesional dalam bekerja? Aku tidak terlalu suka mengumbar kalau kita sedang bersama sekarang. Biarkan saja, biarkan saja orang-orang di kantor tahu sendiri nantinya. Kita tidak perlu menutupinya, tapi kita tidak perlu juga mengumbarnya. Bekerja adalah waktunya bekerja. Diluar kantor, aku adalah kekasih mu, dan kamu adalah kekasih ku. Bagaimana, apakah anda setuju Pak Irtiza?" Tungkas Amyra, Irtiza pun sejenak terdiam. Namun seperdetik kemudian ia kembali mengukir indah senyumnya.

"Hems... Tidak salah aku memilih Amyra sebagai wanita yang aku cintai sejak dulu. Ia tahu batasan, ia tahu mana yang salah dan yang benar? Mana yang harus dilakukan dan mana yang lebih baik harus diabaikan? Dia wanita yang baik, aku beruntung karena ia juga mencintaiku" Gumam Irtiza didalam hatinya.

"Pulanglah, besok anda harus bekerja Pak Irtiza" Ujar Amyra sontak membuat Irtiza tertawa mendengarnya.

Sejenak menghelakan nafasnya Irtiza pun berlalu mencium hangat kening Amyra. Tentu saja membuat Amyra tertegun karenanya, "Aku pulang, mimpilah yang indah Sekretaris Amyra"

"Hati-hati di jalan" Akhir Amyra mengantarkan langkah kaki Irtiza yang melaju tenang memasuki mobilnya.

Irtiza pun berlalu melajukan mobilnya dengan damai, meninggalkan Amyra yang tampak masih mengukir indah senyumya. Amyra benar-benar bahagia sekarang. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan sejak dulu. Rencana Tuhan memang indah...

BABY BREATH FLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang