10. SADNESS

39 3 0
                                    

Kapan kamu jatuh cinta? Ya... Disaat kamu mulai suka mencampuri urusan kehidupannya.

**********

Langit pun mulai menampakkan warna gelapnya. Tepat disebuah parkiran luas, Irtiza memarkirkan mobil mewahnya disana. Irtiza dilanda kebingungannya, saat dipikirannya penuh tanya, kenapa Ayahnya mengajaknya untuk bertemu di taman yang dipenuhi dengan bunga gardenia itu?

Irtiza pun melangkahkan kakinya menghampiri Ayahnya yang tengah berdiri menghadap sebuah taman kecil yang dipenuhi oleh bunga gardenia itu. "Apa Papa sudah pernah bercerita tentang taman ini kepada kamu, nak?" Tanya GM Danial tenang kepada anak tunggalnya itu.

"Belum pernah Pa" Jawab Irtiza cepat. Ayahnya pun lantas menyunggingkan senyumnya kepada anaknya itu.

"Perhatikan sisi kanan dari Ayunan itu, ada bunga gardenia disana. Bunga-bunga itu Mama kamulah yang menanamnya" Terang GM Danial membuat Irtiza seketika saja melirik teduh kumpulan indah bunga gardenia itu.

Irtiza benar-benar tidak tahu, karena Ibunya meninggal setelah melahirkannya. Ya... Irtiza adalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang Ibu.

"Mama kamu selalu disiplin merawat bunga gardenianya. Bahkan disaat Mama mu tidak memiliki waktu untuk merawat bunganya, ia meminta bantuan orang lain untuk melakukannya" Tutur GM Danial bercerita, ia pun lantas beralih menatap Irtiza yang masih terpaku menatap bunga gardenia milik Ibunya itu.

"Papa tahu kamu sangat menginginkan kasih sayang seorang Ibu. Maafkan Papa nak yang tidak bisa memberikannya, karena Papa begitu mencintai mendiang Mama mu hingga detik inu" Sambung Ayah Irtiza, membuat Irtiza berlalu menatapnya lirih.

"Ngga Pa. Papa ngga salah disini. Jangan meminta maaf seperti itu" Ungkap Irtiza, sukses mengukir senyum diraut wajah tua Ayahnya itu.

Hems... Tidak seharusnya kedua pria penyendiri ini saling menutupi lukanya.

**********

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tepat di lorong terangnya, terlihat Amyra tengah berjalan seraya menenteng kantung hitamnya. Sepertinya ia baru saja dari minimarket dekat rumah. Buktinya saja, pakaian yang ia kenakan tampak santai malam itu.

Lucunya Amyra yang terdengar bersenandung tenang, bernyanyi lagu ceria, sepertinya untuk menghibur kelelahannya hari ini. Tapi tanpa Amyra sadari, ia melewati begitu saja Irtiza yang saat itu tengah bersandar di kap mobilnya. Irtiza sejenak menatap lekat ekspresi bahagia Amyra itu, yang benar-benar tampak manis walau make up tidak menempel di wajahnya malam itu.

Irtiza sebenarnya juga bingung terhadap dirinya sendiri, entah kenapa hatinya yang gunda mengantarkan langkahnya kerumah sederhana Amyra? Ia membutuhkan teman, tapi kenapa ia memilih datang kesana?

"Lagu siapa itu?" Tanya Irtiza, sontak saja menghentikan langkah kaki Amyra. Amyra pun sontak menoleh ke belakang, betapa terkejutnya Amyra saat mendapati Irtiza lah yang bertanya kepadanya.

"Pak Irtiza?" Seru Amyra, kemudian berlalu cepat menghadap Irtiza. "Kenapa anda berada disini Pak?" Tanya Amyra, Irtiza pun sejenak menatap diam wajah Amyra, membuat Amyra akhirnya tersadar, "Ah... Saya sedang tidak bermake up sekarang? Apa anda tidak mengenali saya?" Tanya Amyra merasa malu.

"Tidak, saya bisa langsung mengenalimu, bahkan disaat kamu masih berada diujung gang ini" Jawab Irtiza, sukses membuat Amyra tertegun mendengarnya.

"Ehng... Ada apa Bapak kemari?" Tanya Amyra berlalu memecah sendiri ketertegunannya.

"Entahlah, aku juga tidak tahu, kenapa kaki ku mengantarkan aku kesini?" Ujar Irtiza. Tapi Amyra tampak terpaku saat mendapati sorot mata Irtiza yang terlihat muram.

"Maaf Pak, sepertinya sudah jam 10 malam. Kenapa anda tidak pulang saja dan beristirahat?" Tutur Amyra dengan pembahasan yang berbeda, Irtiza pun tampak kesal mendengarnya.

"Kamu sendiri, kenapa berjalan malam sendirian seperti ini? Bukannya kamu akan bekerja juga besok?"

"Maaf Pak, besok saya libur. Jadi silahkan Bapak pulang saja"

"Kamu mengusir saya?"

"Tidak Pak" Seru Amyra gaguk. "Saya hanya mengkhawatirkan Bapak saja. Besok kan Bapak kerja sendirian tanpa saya" Lanjut Amyra beralasan.

Irtiza yang tampak menghela nafasnya, hanya tampak menyoroti Amyra dengan sorot mata dinginnya. Sedingin karang es, yang mungkin kapal Amyra telah menabraknya tanpa sengaja. Benar, Amyra sudah memancing kekesalan dihati Irtiza, membuat Irtiza terlihat benar-benar kesal sekarang.

Amyra tak bisa berbuat apa-apa lagi, bagaimana pun juga Irtiza adalah atasannya, membuatnya kesal sama saja mengantarkan dirinya sendiri ke jurang yang sangat curam. "Ini" Seru Amyra tampak menyodorkan permen coklat kepada Irtiza. Irtiza yang menatapnya, terlihat berlalu mengerutkan dahinya.

"Disaat suasana hati saya tidak baik, saya selalu memakan permen coklat ini Pak. Saya tidak tahu, ini bekerja pada Bapak juga, atau tidak? Silahkan" Terang Amyra gaguk.

Dengan ragu pun Irtiza meraih permen coklat itu dan berlalu memakannya seraya menatap diam Amyra yang tersenyum manis kepadanya.

"Mungkin saya tidak berhak bertanya, sesuatu hal apa yang membuat hati Bapak bersedih? Tapi saya hanya bisa berdoa, Bapak akan selalu bahagia" Ungkap Amyra, entah mengapa kian membuat Irtiza terpaku saja menatap lekat Sekretarisnya itu.

"Saya pulang, terima kasih" Akhir Irtiza.

Irtiza pun lantas melangkahkan kakinya, memasuki pintu kemudi mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan perumahan Amyra, meninggalkan Amyra yang sendu menghelakan nafasnya.

"Apa yang membuatnya bersedih, kenapa?" Gerutuk Amyra ingin tahu.

BABY BREATH FLOWERSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora