4. INSPECTION

66 4 0
                                    

Aku tidak mengerti keikhlasan, bisa kamu ajarkan aku tentang kerelaan?

**********

Malam pun kian larut, terlihat Amyra yang sudah tampak tenang tengah termenung dalam langkahnya menuju rumah sederhananya, yang tepat sekali berada disebuah gang yang mungkin hanya satu mobil saja yang bisa melintasinya.

Ia menenteng tasnya, segera menyusul bulan yang sudah melangkah duluan menerangi jalanan malam. Tapi langkah kaki Amyra sejenak terhenti, tepat disaat terdengar klakson mobil yang tiba-tiba saja berbunyi mengagetkannya.

Amyra kian terpaku saja, saat menyadari Irtiza lah yang turun dari mobil SUV hitam mewah itu.

"Selamat malam Pak" Sapa Amyra seraya menundukkan kepalanya.

Terlihat Irtiza tampak menatap lekat Amyra, membuat Amyra yang sedang menampilkan raut bingungnya membeku seketika. "Ehng... Bapak ada tugas ya kemari?" Tanya Amyra lanjut, karena setahu Amyra rumah Irtiza bukanlah disekitar dekat perumahannya.

"Tidak, saya sedang menuju jalan pulang" Jawab Irtiza tenang dan dingin seperti biasanya.

"Loh... Bukannya rumah Bapak di..."

"Saya membeli rumah sendiri" Potong Irtiza cepat, membuat Amyra mengangguk paham. "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Irtiza, masih menatap lekat Amyra.

"Ehng... Iya Pak, saya baik-baik saja. Mmm... Maaf, atas sikap saya tadi. Anda pasti sangat terganggu. Maaf sekali lagi" Iba Amyra merasa bersalah.

"Sudahlah lupakan" Tegas Irtiza. "Apa rumah kamu berada disekitar sini?"

"Ehng... Iya Pak" Jawab Amyra Cepat.

"Ya sudah, saya duluan" Akhir Irtiza, lantas kembali melangkah menuju pintu kemudinya. Amyra hanya tengah berpikir sekarang, apa ia harus merasa senang atau tidak? Karena seorang Irtiza, pria yang dicintainya dulu, kini memiliki tempat tinggal yang tidak berjauhan pula dari rumahnya.

"Hems... Jangan mulai lagi deh Amyra" Gerutuk Amyra, lalu melangkahkan kembali kakinya.

**********

Keesokan harinya. Walau hujan dan rasa dingin masih mencekam bumi, terlihat Irtiza sudah mulai sibuk melangkahkan kakinya mengelilingi hotel. Tentu saja diikuti oleh Amyra, Sekretarisnya dari belakang.

Langkahnya sungguh cepat, secepat laju kereta api yang siap mengantarkannya kemana saja. Semua pegawai Gardenia Hotel's pun tak luput memberikan salam hormatnya kepada Irtiza.

Irtiza sejenak terhenti saat ia memperhatikan para penginap di hotelnya, tampak tengah melakukan aktivitas mereka masing-masing di lobby hotel.

Kembali Irtiza lanjutkan langkah kakinya lagi, dan berlalu menuju salah satu kamar hotel yang tepat sekali terletak di lantai 4.

"Waktunya untuk inspeksi kamar" Ya... Itulah bunyi teriakan lantang dari Executive Housekeeper kepada Laundry Supervisor dan menyambung ke Roomboy Supervisor, hingga ke bawahan lainnya.

Irtiza dan Amyra tampak memasuki Deluxe Room. Deluxe Room yang tampak mewah dengan lebar 35 meter persegi, dilengkapi dengan coffee maker, kulkas dan fasilitas mewah lainnya. Kamar ini sepertinya cukup luas apabila hendak melakukan aktivitas pertemuan.

"Sesuai saran Bapak, kami telah mengganti sprai dan juga selimutnya dengan motif yang lebih modern. Kami juga telah mengubah gorden kamar, dengan gorden yang tebal, sehingga cahaya tidak mudah tembus kedalam dan mengganggu kenyamanan tidur para penginap Gardenia Hotel's" Jelas seorang pria yang usianya mungkin berkisaran 40an kepada Irtiza. Irtiza yang mendengarnya dengan saksama, hanya tampak menampilkan ketenangannya.

BABY BREATH FLOWERSWhere stories live. Discover now