13. BE A PARENTS

91 6 0
                                    

Tanpa kau sadari waktu itu singkat, berjalan cepat saat kau menikmatinya dan akan berjalan lambat bila kau tidak menikmatinya.

**********

Malam pun menjelang, terlihat Alesha baru saja menutup rapat pintu toko bunganya. Tapi pelukan hangat Kevin, lucunya sontak saja mengagetkan Alesha yang lantas melebarkan senyum manisnya untuk kekasihnya itu.

"Kamu baru pulang dari kerja juga?" Tanya Alesha setelah Kevin melepas pelukan sayangnya itu.

"Sudah"

"Kenapa ngga langsung pulang ke rumah? Malah kesini"

"Tentu saja aku ingin melihat pacar cantik ku ini. Apa tidak boleh?"

"Tentu saja boleh. Tapi... Seharusnya kamu pulang saja ke rumah, kamu itu pasti capek banget"

"Iya, aku emang capek. Tapi kalau lihat kamu, capek aku jadi hilang"

"Bohong, ngga usah sok romantis gitu deh" Gemas Alesha, tersenyum geli.

"Haha... Ayo, aku antar pulang" Ajak Kevin, dan kemudian melangkahkan kaki mereka bersama menuju mobil sedan putihnya.

**********

"Tadi jadi, Amyra mengunjungi Ibu dan Ayah?" Tanya Kevin sesaat ia sudah menyetir mobilnya menembus jalanan malam yang masih terlihat ramai saat itu.

"Iya jadi"

"Oh... Mmm... Ibu gimana kabarnya? Udah sehat?"

"Belum sih, tapi ya... Gitu. Kamu tahu kan Ibu gimana? Selalu aja sok baik-baik saja" Gerutuk Alesha tampak kesal, membuat Kevin tersenyum manis melirik kekasihnya itu.

Sejenak mengelus lembut puncak kepala Alesha, Kevin pun lantas berkata, "Ibu dan Ayah sayang sama kamu. Mereka berkata seperti itu, karena ngga mau menambah beban kamu"

"Tapi, aku capek juga untuk Ayah dan Ibu"

"Iya sayang, aku tahu. Tapi seperti itulah orang tua. Nanti suatu saat nanti, kalau kamu jadi orang tua, pasti kamu bakalan melakukan hal yang sama juga ke anak-anak kamu" Ujar Kevin, membuat Alesha terdiam mendengarnya.

Ya... Alesha membenarkan perkataan kekasihnya itu. Orang tua mana yang ingin menjadi beban untuk anak yang dicintainya? Tentu jarang sekali.

"Jadilah anak yang baik, biar Ibu dan Ayah selalu bahagia, biar sakitnya hilang karena mereka merasa sudah berhasil mendidik kamu. Ngga harus bilang, 'Ibu, Ayah sakit, ayo kita ke Dokter' Tapi katakan, 'Jika Ibu dan Ayah ingin selalu bersama-sama dengan ku, ayo kita periksa ke Dokter' Ya... Mungkin Ibu dan Ayah akan tersenyum mendengarnya" Tuntas Kevin, membuat Alesha tersenyum seraya menatap lekat kekasihnya itu.

Tanpa permisi lagi, Alesha pun tiba-tiba saja mencium hangat pipi Kevin, membuat Kevin tertegun kaget karenanya.

"Jangan membuat kita pergi ke rumah sakit, karena aku gagal fokus saat nenyetir. Mengerti" Seru Kevin, lantas tertawa bersama.

Hems... Sesuatu hal inilah yang terkadang membuat Amyra iri ketika bersama-sama dengan Kevin dan Alesha. Mereka romantis, membuat hati siapa saja akan gunda melihatnya.

**********

Pagi menghampiri, ya... Pagi kembali menyapa bumi lagi. Kali ini hujan pun kembali bergeming. Matahari kini bersembunyi dibalik selimut kelamnya, angin yang berhembus pun layaknya hembusan angin di lautan.

"Selamat pagi Kevin" Sapa Amyra saat baru saja sampai di koridor ruang kerja hotel.

"Selamat pagi Amyra" Sahut Kevin hangat.

"Darimana? O... Apa Pak Irtiza sudah datang?"

"Sudah, barusan aja Ra"

"Loh... Aku terlambat ya?"

"Ngga Ra, tapi Pak Irtiza yang datang lebih pagi"

"Kenapa? Perasaan ngga ada pertemuan atau rapat pagi ini?"

"Ngga tahu juga. Tapi, tadi Pak Irtiza nanyain aku tentang rincian pengeluaran untuk penggunaan Ballroom minggu depan. Mmm... Ini berkasnya, kamu kasih langsung ke Pak Irtiza ya" Ujar Kevin berlalu memberikan dokumen bercover abu-abu kepada Amyra. "Ya udah, aku ke ruang kerja aku lagi Ra. Semangat kerjanya"

"Kamu juga, Kak. Haha..." Canda Amyra memanggil Kevin Kakak, Kevin pun hanya geleng-geleng dingin menanggapinya dan berlalu melangkahkan kakinya, meninggalkan Amyra yang tampak berlalu menghelakan pelan nafasnya.

**********

"Selamat pagi Pak. Ini rincian pengeluaran untuk penggunaan Ballroom minggu depan" Ujar Amyra seraya meletakkan dokumen yang diberikan Kevin tadi keatas meja kerja Irtiza.

Irtiza pun berlalu membukanya dan membacanya dengan teliti. "Kami sudah mencoba meminimalisir pengeluaran. Seperti, dengan menggantikan pemakaian bunga asli dengan bunga berbahan silk" Sambung Amyra menjelaskan.

"Apa klien tidak masalah, kalau kita menggunakan bunga berbahan silk?" Tanya Irtiza seraya mengerutkan dahinya.

"Tidak Pak. Karena pihak klien berkata, kalau dirinya alergi terhadap serbuk bunga. Maka dari itu, kami memilihkan alternative lain dengan menggunakan bunga berbahan silk"

"Kenapa tidak menggunakan bunga berbahan latex?" Tanya Irtiza kembali.

"Seperti yang Bapak tahu, bunga berbahan latex lebih mahal daripada bunga berbahan silk. Untuk meminimalisir pengeluaran yang terlalu banyak, jadi kami memilih bunga berbahan silk. Lagian sebenarnya, tidak penting pula bunga bahan apa yang akan digunakan? Yang terpenting adalah pihak kita sudah berusaha untuk tetap mempercantik Ballroom dengan dekorasi bunga, walau pihak klien mengatakan bahwa dirinya alergi bunga" Jawab Amyra seadanya, sejenak membuat Irtiza termenung mendengarnya.

"Apa pendapat kamu, mengenai para pekerja di hotel?"

"Saya sangat berterima kasih kepada mereka, karena telah berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan" Tutur Amyra.

Sejenak menghelakan nafasnya, Irtiza pun berlalu menandatangani dokumen tersebut, kemudian berlalu memberikan selembaran itu ke Amyra, dan membiarkan dokumen lainnya ia simpan untuk berkas kinerjanya sebagai Assistant Executive Manager Gardenia Hotel's.

"Apa ada yang Bapak butuhkan lagi?" Tanya Amyra sopan seraya menyunggingkan senyumnya. Irtiza pun sejenak terdiam seraya menatap lekat Amyra. Amyra termenung, ya... Ia hanya takut, Irtiza akan kembali mempertanyakan perihal pertemuan antara dirinya dan GM Danial kemarin.

"Tidak. Kamu bisa kembali bekerja sekarang" Akhir Irtiza, lucunya membuat Amyra menghela lega nafasnya.

Berlalu memberikan salam hormatnya, Amyra pun berlalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Irtiza, meninggalkan Irtiza yang tampak melemparkan tatapan lekatnya kembali untuk Amyra.

BABY BREATH FLOWERSWhere stories live. Discover now