3. INSIDEN

70 5 0
                                    

Masih dalam ketakutan Amyra dan kecemasan Irtiza malam itu, tak berapa lama pun lampu di ruang kerja Irtiza kembali menyala.

"Amyra" Seru Kevin yang tiba-tiba saja menerobos masuk kedalam ruang kerja Irtiza. Kevin pun lantas menghampiri Amyra dan menepuk pundak Amyra sejenak, membuat Irtiza kembali terpaku membeku melihatnya.

Irtiza pun kembali menatap lekat wajah manis Amyra, yang tampak pucat itu sembari diguyuri oleh keringat dinginnya. Ada apa dengan Amyra? Pertanyaan itulah yang kini bergejolak dihati dan pikiran Irtiza.

"Maaf Pak, saya permisi" Ujar Kevin berlalu memapah tubuh lemas Amyra dan berlalu mengantarkannya keluar dari ruang kerja Irtiza. Irtiza yang kian tidak mengerti, hanya bisa berdiam diri melepas kepergian kedua pegawainya itu.

Hingga akhirnya Kevin kembali lagi memasuki ruang kerja Irtiza itu, "Maaf Pak, sudah mengganggu kenyamanan anda" Ucap Kevin seraya menundukkan kepalanya kepada Irtiza yang sudah tampak berdiri dari jongkoknya.

"Ada apa dengan Sekretaris Amyra?" Tanya Irtiza tampak penuh tanya.

Sejenak menghela nafasnya, Kevin pun lantas bercerita. "Dulu saya bertetangga dengan Amyra. Dua tahun yang lalu perumahan kami tiba-tiba saja mengalami pemadaman listrik. Amyra yang tinggal dengan kedua orang tuanya saat itu tengah menyalakan lilin, tapi mereka tidak menyadari kalau lilinnya telah menyambar kabel listrik televisi. Hingga beberapa menit kemudian, kebakaran hebat pun terjadi. Semua tetangga keluar untuk menyelamatkan Amyra beserta Ayah dan Ibunya. Tapi malangnya, hanya Amyra lah yang terselamatkan, sedangkan Ibu dan Ayahnya tewas didalam kebakaran itu. Semenjak saat itulah Amyra menjadi phobia terhadap ruangan tanpa cahaya. Jika diluar saat malam tiba, Amyra selalu saja mencari jalan yang ada penerangnya disana. Kasihan sekali Amyra, ia pernah sekali pingsan karena phobia atas traumanya ini" Terang Kevin panjang, membuat Irtiza akhirnya mengetahui semuanya.

"Maaf sekali lagi Pak" Ujar Kevin kembali.

"Sudah, sudah, tidak apa. Kembalilah bekerja" Tanggap Irtiza. Kevin pun kemudian berlalu pergi, meninggalkan Irtiza yang tampak kembali terpaku.

**********

"Amyra, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Kevin penuh kekhawatiran kepada Amyra yang sudah terduduk membisu di kursi kerjanya.

"Akan ku ambilkan minum. Tunggu sebentar" Ujar Kevin melanjutkan. Kevin pun berlalu menuju dapur kantin, dan beberapa saat kemudian ia sudah tampak melangkahkan kembali kakinya seraya membawakan segelas air putih untuk Amyra.

"Minumlah dan tenangkan dirimu"

Amyra pun berlalu meminum air putih pemberian Kevin itu, ia pun kemudian tampak menghelakan tenang nafasnya, berusaha mengatur debaran jantungnya yang sejak tadi bergemuruh dengan cepatnya.

Amyra berusaha mengatur sendiri ketakutannya. Amyra sungguh-sungguh tersiksa dengan trauma dan phobianya ini. Sudah berapa kali ia mengobati phobianya, tapi nyatanya itu tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Duka atas kepergian kedua orang tuanya dengan cara yang mengenaskan sungguh membuat hati Amyra benar-benar terluka karenanya.

"Terima kasih Kevin" Ucap Amyra.

"Iya Amyra, sama-sama. Apa kamu sudah merasa baikan sekarang?"

"Sudah... Terima kasih sekali lagi, maaf karena selalu merepotkan kamu, Vin"

"Aku ini keluarga kamu Ra, jangan sungkan begitu"

"Iya-Iya. Ya udah, kamu kembali kerja gih sana"

"Eh... Aku benaran tinggal ngga kenapa-kenapa nih?"

"Iya ngga pa-pa. Makasih ya sekali lagi"

"Hems... Iya. Ya udah, aku tinggal ya" Akhir Kevin, Amyra hanya tampak menganggukkan kepalanya seraya memamerkan senyum manisnya, membuat Kevin lagi-lagi hanya bisa menghelakan berat nafasnya.

"Selalu begini, Amyra selalu berpura-pura menjadi wanita yang kuat dihadapan orang lain"

**********

"Halo sayang" Sapa Kevin kepada seseorang melalui saluran ponselnya malam itu.

"Malam sayang" Sahut seorang wanita yang tampak cantik dengan kucir kudanya. Ya... Ia Alesha Seraphina, kekasih Kevin, sahabat akrabnya Amyra.

Amyra dan Alesha terpaut usia satu tahun, begitu juga Amyra dan Kevin. Tapi lucunya Kevin tidak ingin jika Amyra memanggilnya Kakak, terdengar tua katanya. Hahaha...

Alesha adalah seorang pembisnis muda, ia memiliki toko bunga di kota berlabelkan Aldelion, yang merupakan singkatan dari Alseha dan Dandelion, ya... Alesha sangat menyukai bunga dandelion.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Alesha kepada Kevin, membuat Kevin tertegun mendengarnya.

"Bagaimana kamu bisa tahu, kalau ada sesuatu hal yang terjadi tadi?" Tanya balik Kevin heran.

"Sudah berapa tahun aku mengenal mu? Lebih dari lima tahun kan? Ya... Walaupun baru 4 tahun kita berpacaran, tapi aku sudah sangat memahamimu. Kamu akan selalu bersuara serak, disaat ada kejadian yang tidak menyenangkan, aku benarkan?"

Mendengar perkataan kekasihnya itu, lantas membuat Kevin tersenyum tenang seraya menghelakan damai nafasnya. Kevin merasa, menjadikan Alesha sebagai kekasihnya adalah pilihan yang tepat, karena sosok perhatian seperti Alesha lah yang selama ini Kevin harapkan dari seorang pendampingnya kelak.

"Lampu ruang kerja Pak Irtiza padam tadi, disaat Amyra berada disana. Amyra berteriak ketakutan" Jelas Kevin sukses membuat kedua bola mata Alesha membulat sempurna.

"Astaga, Amyranya gimana sekarang?" tanya Alesha penuh dengan kekhawatiran.

"Seperti yang kamu tahu, Amyra pastilah masih sangat shock sampai sekarang. Tapi ia sudah sedikit terlihat baik, saat aku berusaha menenangkannya"

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kantor"

"Jangan!!!"

"Loh, kenapa Vin?" Tanya Alesha setelah menghentikan langkahnya.

"Apa kamu ingat pesan Amyra sebelum kedatangan Irtiza? Kamu adalah Kakak senior Irtiza dan Amyra. Amyra kan sudah bilang, ia tidak ingin membuat Irtiza mengingat masa sekolah menengahnya. Amyra takut Irtiza akan tersakiti, disaat mengingat penyekapan antara dirinya, kamu dan Irtiza dulu" Terang Kevin, membuat Alesha terdiam seketika mendengarnya.

Ya... Penyekapan masa sekolah yang menimpah Irtiza, Amyra dan Alesha jujur saja masih terekam jelas dipikiran dan hati Amyra dan Alesha. Disaat mereka disiksa dan hampir saja dijual oleh seorang pria keji dengan rambut dan baju kucelnya.

Hems... Mengetahui Amyra ternyata masih mengingat jelas kejadian itu saja membuat Alesha sakit hatinya, apalagi membuat Irtiza juga ikut-ikutan terkurung dimasa lalunya.

"Ini kesalahan ku, seharusnya sebagai seorang senior, sebagai seorang yang dituakan, seharusnya aku bisa melindungi mereka kala itu. Tapi kenapa disaat sepert itu, aku malah tidak sadarkan diri?" Gerutuk Alesha meraung didalam hatinya.

"Hei... Jangan lagi terdiam untuk menyalahkan dirimu sayang. Kamu juga korban dihari itu, mengerti" Tegur Kevin masih melalui saluran teleponnya, membuat Alesha kembali tersadar dari lamunannya.

"Amyra akan baik-baik saja, jangan khawatir. Aku akan menjemputmu di toko sebentar lagi. Tunggu aku ya" Tungkas Kevin mengakhiri dan berlalu memutuskan teleponnya.

Alesha yang mendengarnya pun hanya tampak menghelakan nafasnya. Ya... Inilah kisah pertemuan antara Amyra dan Alesha. Pertemuan yang mengenaskan, tapi berakhir bahagia karena rasa persahabatan. Semoga Amyra baik-baik saja, hanya itu harapan Alesha sekarang.

BABY BREATH FLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang