6. TROUBLE

51 3 0
                                    

Menit demi menit pun berlalu, kini Amyra sudah berada di jalan menuju rumahnya. Setelah subway mengantarkannya dengan aman sampai ke halte dekat perumahannya, Amyra pun lantas melangkahkan kakinya kembali untuk sampai kerumahnya.

Benar apa yang diceritakan Kevin kepada Irtiza waktu itu, kalau disaat Amyra berada diluar pada malam hari, ia pasti akan berjalan di tempat yang memiliki penerangan baik saja.

Bahkan sekalipun ia menemukan jalan yang gelap, Amyra sudah menyiapkan sebuah senter kecil didalam tasnya. Ya... Walaupun rasa takutnya tetap saja melanda, tapi Amyra selalu berusaha untuk mempercayai penerangan dari senternya itu.

Setelah sampai ia di teras rumahnya, lucunya Amyra yang seketika saja menghelakan nafas leganya. Ya... Ia selalu saja merasa lega, jika setiap kali di malam hari ia berhasil sampai kerumahnya dengan selamat. Berjalan di malam hari adalah tantangan terbesar bagi Amyra. Jika kalian berpikiran kalau Amyra berlebih... Silahkan saja, Amyra akan selalu tersenyum menanggapinya.

Amyra pun lantas memasuki rumah sederhananya itu, yang baru saja di tempatinya selama dua tahun terakhir ini. Jangan ditanyakan seberapa mewahnya? Karena rumah yang Amyra beli dengan mencicil ini, hanyalah rumah sederhana yang untung-untungnya masih memiliki ruangan tamu walau tampak kecil.

"Aku harus berhemat, siapa yang lagi yang akan membantuku membiayai hidup, kalau bukan aku sendiri?" Ya... Seperti itulah celoteh Amyra didalam kehidupannya.

**********

"Bagaimana kerja kamu di hotel Irtiza?" Tanya GM Danial saat Irtiza menyempatkan diri untuk menikmati makan malam bersama Ayahnya itu di rumah mewah mereka.

"Baik Pa" Jawab Irtiza tampak tenang seraya meneguk minumannya dari gelas.

"Iya-iya" Ujar Ayah Irtiza berlalu menyunggingkan senyumnya yang masih menawan itu, walau keriput sudah mulai terlihat diraut wajah tegasnya.

"Mmm... Lalu bagaimana kinerja Sekretaris Amyra?" Tanya GM Danial, membuat Irtiza seketika saja melirik diam Ayahnya itu. "Apa kamu sudah mendengar pembicaraan aneh diantara para pegawai kantor?" Tanya Ayah Irtiza lanjut, membuat Irtiza mengerutkan dahinya

"Pembicaraan apa, Pa?"

"Tentang Papa dan Sekretaris Amyra. Haha... Ada-ada saja"

GM Danial yang sejenak meneguk air dari gelasnya, lantas melanjutkan, "Para pegawai hotel bilang, Amyra adalah wanita simpanan Papa, maka dari itu ia bisa terpilih menjadi Sekretaris Papa. Ha... Padahal Papa memilihnya, karena Amyra memang memiliki kualitas untuk menjadi Sekretaris. Kasian Amyra"

Irtiza pun tampak termenung mendengar cerita Ayahnya itu, ingatannya pun seketika saja berputar kepada memori saat ia meminta Amyra untuk ikut mencicipi pula masakan kelima Chefnya itu. Ya... Irtiza akhirnya menyadari, sikap dingin kelima Chefnya itu saat menatap ketus Amyra. "Ternyata, gosip tidak benar itulah penyebabnya"

"Sekretaris Amyra itu perempuan yang sangat berkompeten, ia juga seorang perempuan yang baik. Itu menurut Papa, bagaimana menurut kamu?"

"Bagaimana apanya Pa?"

"Ya... Apa kamu setuju dengan perkataan Papa? Hems... Mungkin gosip itu beredar, karena Sekretaris Amyra juga memiliki paras yang cantik? Papa sangat menyayangi Sekretaris Amyra seperti anak Papa sendiri, jadi kamu juga jangan salah pengertian seperti para pegawai hotel lainnya" Akhir GM Danial seketika saja menciptakan keheningan.

Ayahnya Irtiza ini pun terlihat menampilkan senyumnya. Ia tahu jelas, bahwa anak semata wayangnya itu tidak akan menanggapi perkataan konyol yang dilontarkan olehnya.

"Kita lanjut makan Pa" Ujar Irtiza, sukses membuat Ayahnya geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Iya-Iya"

**********

Malam pun kian larut, malam ini tepatnya dimana kemewahan selalu saja menemaninya. Mau ini, mau itu, tinggal beli. Tanpa harus menunggu lama, seperdetik kemudian pasti akan terkabulkan. Disitulah Irtiza berada...

Irtiza memiliki rumahnya sendiri, yang ia beli saat menyelesaikan tugasnya diluar negeri. Jika kalian bertanya-tanya, kenapa Irtiza memiliki rumahnya sendiri? Kenapa ia tidak tinggal bersama Ayahnya saja? Jawabannya adalah, karena bagi Irtiza lebih baik tinggal sendiri, daripada harus tinggal bersama Ayahnya yang membuatnya selalu saja ingin bertemu mendiang Ibunya.

Hems... Irtiza adalah seorang pria yang terlihat kuat, padahal hatinya sungguh ingin memiliki kasih sayang seorang Ibu. Ia bertindak begitu dingin, hanya untuk menjaga perasaan Ayahnya yang ia yakini pasti lebih menderita lagi karena kehilangan istrinya.

Irtiza sangat menyukai buku, seluruh orang yang mengenalnya pasti tahu akan hal itu. Bagi Irtiza, buku bukan hanya sebagai wadah untuknya meningkatkan wawasan dan pengetahuan saja, tapi pula sebagai akses yang membantunya bisa memiliki sesuatu yang belum pernah ia alami dikehidupannya. Contohnya saja, rasa kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya. Ya... Irtiza bisa mendapatkan rasa itu hanya dari membaca bukunya, walau ia tahu itu tiadalah cukup.

"Selamat malam Pak Irtiza" Sapa seseorang dari seberang teleponnya.

Entah apa yang orang itu katakan? Tapi sontak saja membuat kedua mata Irtiza membulat sempurna. Irtiza pun lantas berlari cepat menuju mobilnya. Entah kemana tujuannya? Apa mungkin ke Gardenia Hotel's?

**********

Ya... Sepertinya masalah besar memang sedang terjadi di Gardenia Hotel's semua pegawai yang sudah memiliki mata kantuknya tampak sudah berdiri cemas di kantor kembali malam itu, begitu pula Amyra.

Sebenarnya, sesuatu hal apa yang genting saat itu? Yang membuat mereka tak memikirkan lagi untuk mengganti pakaian santai mereka dengan pakaian kerja mereka.

"Di kamar 303, seorang pria bunuh diri dengan meneguk racun Pak" Ujar Kevin menyampaikan beritanya kepada Irtiza yang saat itu baru sampai di kantor.

Irtiza seketika saja menghela nafasnya, entahlah... Langkah apa yang akan diperbuat Irtiza sekarang?

BABY BREATH FLOWERSWhere stories live. Discover now