BAB XIV - BERHENTI MARAH

889 100 20
                                    



Hellowwww, Aduhhh nggak nyangka banget gue yang baca udah banyak. Makasih banyak guys untuk Apresiasinya, gue sampe bingung harus ngomong apa sama kalian semua. So, I just wanna say THANK YOU SO SO MUCH yaaaa.


Sebelum lanjut, jangan lupa Votenya. Tolong kasih kritik dan saran di kotak komentar, and don't forget to Share my story ke temen-temen kalian yang lain ya.. 

###

Deika berbaring di atas sofa ruang TV, di atas perutnya sekarang terdapat satu buah toples besar berisi kue kering. Yang ia lakukan sejak tadi adalah mengganti chenel Tv sambil melahap kue-kue itu.

"Kakinya masih sakit Dey?" Tanya Bibinya.

Deika menggerak-gerakan kakinya. Sengatan rasa sakit muncul saat Deika menggoyang-goyangkannya dengan kuat. "Masih, sedikit Bibi." Ujarnya.

"Kalo masih sakit besok di urut lagi aja."

"Nggak usah, besok Deika kan sekolah." Deika menolak dengan halus.

"Kenapa sih kak Deika, kakinya kok bisa sakit?" itu suara Sheyla, sepupunya yang duduk di bangku kelas dua SD yang sekarang sedang duduk di atas karpet sambil mengerjakan PR-nya.

"Kakinya Kak Deika di injek-injek tadi pas kakak ikutan main futsal di sekolah." Deika menjelaskan.

"Terus yang ngobatin siapa? Itu kok plesternya gambarnya lucu gitu?"

Deika menegakkan tubuhnya, kemudian membungkuk, ia melihat ada plester bergambar karakter kartun tertempel di lututnya. Sebelumnya ia tidak memperhatikan gambar apa yang ada di plester itu. Benar kata Sheyla, kalau di pikir-pikir, gambarnya memang lucu. Deika sampai tersenyum memperhatikannya. Tapi sesaat kemudian senyumnya menghilang saat ia mengingat sikap Altha kepadanya.

"Yang ngobatin orang nyebelin!"

"Nyebelin kenapa Kak?"

Deika mencomot kue kering dari dalam toples, kemudian memakannya. "Pokoknya nyebelin aja."

"Kak Deika, lagi marahan ya?" Sheyla melirik Deika yang masih cemberut di tempatnya, "Nggak boleh tau kak marahan sama orang lama-lama." Sheyla mengingatkan.

"Abisan orangnya ngeselin gitu." Deika berusaha membela diri.

"Ya mau orangnya ngeselin, nyebelin, atau jahat sama kita. Kalo kata bu guru, kita nggak boleh jahatin dia balik." Sheyla menjelaskan dengan tingkahnya yang sok Dewasa.

"Ibu Guru kamu bilang gitu?" Tanya Deika.

"Iya kak. Kata bu guru, kalo kita gantian jahatin orang itu, itu namanya kita juga jadi orang jahat."

Deika tertawa kecil mendengarnya. "Yaudah, dua hari lagi Kak Deika baikan kalo gitu."

Sheyla memberengut. "Kok dua hari sih, sekarang dong."

Deika menggeleng, "Kak Deika masih kesel kalo sekarang." Ujarnya.

Sheyla menggelengkan kepalanya, kemudian kembali beralih untuk fokus mengerjakan PR-nya.

"Malem semuanya."

Mereka semua serentak beralih ke arah pintu. Melihat Arif, Paman Deika berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Ayah." Teriak Sheyla, sambil melembaikan tangannya.

"Malem Paman." Deika bangkit, kemudian ikut melambaikan tangannya ke arah Pamannya. "Kok udah pulang jam segini?"

THREAD OF DESTINYOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz