Bagian 15

148 5 0
                                    

"Raka!" Seorang wanita paruh baya menyambut Raka setibanya ia di ruang ganti dan melihat wanita itu raut wajah Raka seketika berubah, senyum di wajahnya juga lenyap.

"Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Raka pada Endang tanpa menghiraukan sapaan wanita paruh baya itu. Raka benar-benar tidak berharap bertemu dengannya, sang ibunda yang bukan saja menghancurkan hati ayahnya, tapi juga perasaannya dan Rani. Kini, di saat ia mulai bisa menata hidupnya kembali wanita itu muncul dengan ekspresi wajah tak berdosa. Raka benci melihat ekspresi dan tatapan matanya yang bagai tak merasakan beban apa pun setelah apa yang dia perbuat pada sang ayah, juga dirinya.

"Dia sudah menunggumu sejak tadi," bisik Endang.

"Jadi, maksud Mbak selama aku pemotretan dia menunggu di sini dan Mbak membiarkannya?" kata Raka menatap Endang dengan perasaan jengkel karena tak habis pikir kenapa manajernya itu membiarkan sang ibunda menunggunya, sementara dia tahu bagaimana wanita itu pernah membuat kariernya nyaris hancur.

"Bagaimana pun dia ibumu, aku tak bisa melarangnya."

"Aku tidak ingin berdebat, suruh dia keluar!" tegas Raka sekali lagi dan ia sudah hampir benar-benar meledak karena kehadiran ibunya yang sama sekali tak ia harapkan. Apalagi di sini, di tempat kerjanya ketika orang-orang mulai bisa menerimanya dan sekarang tiba-tiba sang ibunda muncul di tempat yang paling tidak ia harapkan. Raka benar-benar kesal dan ia khawatir jika sampai asisten Tiara atau para crew melihatnya. Bisa jadi ini akan menjadi perbincangan mereka, Tiara pasti tak akan senang jika masalah pribadinya menjadi perbincangan heboh bawahannya. Bagaimana pun Tiara sudah bersikap baik padanya dengan menjadikannya salah satu modelnya tanpa menghiraukan masalah pribadinya yang selama ini menjadi alasan beberapa perusahaan menolak menggunakannya sebagai model mereka. Tapi bukan berarti Raka akan diam saja kalau ibunya membuat atasannya mendapat masalah dan sebelum apa yang menjadi kekhawatirannya itu terjadi Raka ingin ibundanya pergi secepat mungkin. Terlebih Raka juga tak ingin bertemu dengannya hingga tak ada lasan baginya untuk membiarkan sang ibunda tetap berada di ruang ganti, sementara ia bahkan tak ingin melihat wajahnya.

"Ibu tahu kau sangat kecewa, tapi Ibu mohon jangan bersikap seperti ini pada Ibu."

"Apa lagi yang Mbak tunggu? Suruh dia keluar!" kata Raka dengan nada suaranya yang semakin kencang, membuat sang ibundanya terkejut mendengarnya. Bagaimana pun bicara dengan suara sekencang itu buka gaya Raka. Ini kali pertama Sinta mendengar putranya berbicara sekencang itu dan tanpa sekali pun tersenyum padanya. Sebagai ibu ia benar-benar terluka, tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain mencoba menenangkan buah hatinya itu karena bagaimana pun sikap Raka yang seperti ini juga akibat perbuatannya sendiri. Jika ia tidak mengkhianati suaminya dan membuat skandal menghebohkan yang membuat karier putranya hancur mungkin Raka tak akan pernah bersikap demikian. Tapi kini ia sudah menyesalinya dan ingin memperbaiki apa yang sudah ia hancurkan, termasuk hati Raka.

"Raka, biarkan Ibu bicara sebentar." Tiba-tiba tangan lembut sang ibunda menyentuh Raka dan bukannya luluh oleh sentuhan itu Raka malah menepisnya dengan sangat kasar.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Keluarlah sebelum aku menyeretmu!" kata Raka dan ia tak lagi menyebut wanita di hadapannya dengan sebutan "Ibu" dan mendengarnya Endang hanya bisa terdiam. Ia memang tahu hubungan Raka dan ibunya sangat buruk sejak skandal yang nyaris menghancurkan kariernya. Adit sudah mengatakan semuanya sebelum ia menunjuknya sebagai manajer Raka. Hanya saja saat melihat wanita paruh baya berwajah melas itu hatinya menjadi luluh dan tak tega untuk mengusirnya. Apalagi dia sempat menangis di hadapannya agar mengizinkannya bertemu Raka, terlebih seorang pegawai juga ikut membantunya agar bisa bertemu Raka. Namun, melihat sikap Raka yang terlihat begitu marah ia agak menyesal karena sudah mengacaukan suasana hati modelnya yang bisa-bisa akan berimbas pada pekerjaannya.

GerimisWhere stories live. Discover now