Bagian 10

185 6 0
                                    

Kabar kecelakaan Unggul Suroso memang cukup mengejutkan dan hal itu menarik perhatian banyak orang, termasuk kalangan wartawan hingga ketika Tiara tiba di rumah sakit sudah banyak wartawan berkumpul di depan rumah sakit. Namun, saat ini Tiara tidak bisa meladeni pertanyaan para wartawan karena pikirannya sedang dalam keadaan kalut, yang terlintas dalam benaknya hanya kondisi sang paman.

"Tiara!" panggil sang ibunda setibanya Tiara di depan UGD dan betapa terkejutnya ia melihat ibundanya sudah tiba padahal ia pikir sang ibunda bahkan mungkin masih dalam perjalanan.

"Di mana Paman?" tanya Tiara langsung.

"Tiara, tenang dulu, dokter sedang memeriksanya. Sebaiknya kita berdoa," kata sang ibunda mencoba menenangkannya, sementara tak jauh dari tempatnya berada tampak sang ayah berjalan mendekat. Tiara hanya menatap sekilas ayahnya dan kembali memandang ibundanya. Ia sedang tak ingin berdebat apa pun dengan ayahnya saat ini. Karena itu, meskipun melihat sang ayah ia tak mengatakan sepatah kata pun, bahkan meski sang ayah berbicara dengannya dengan sikap yang seolah berusaha menenangkannya.

"Tak akan ada hal buruk yang terjadi," kata sang ayah dan lagi-lagi Tiara hanya diam.

Dalam keadaan seperti ini Rahayu sangat berharap ucapan suaminya akan cukup menenangkan putrinya, tapi sayang hubungan mereka telah cukup lama menjadi demikian tegang hingga tak akan ada kata-kata sang suami yang mampu menenangkan kegelisahan putrinya.

"Bagaimana keadaannya?"

Tiara sontak menoleh mendengar suara tak asing itu. Seorang pria berbusana rapi dengan wajah yang sangat mirip ayahnya dengan rambut beruban tampak menatapnya. Pria itu, Harimukti Soroso, saudara kembar ayah Tiara yang sekalipun wajahnya sangat mirip sang ayah tapi melihatnya Tiara justru merasa jauh lebih tenang daripada melihat ayahnya sendiri. Kadang ia berharap jika saja ayahnya bisa memiliki tatapan mata dan raut wajah setenang itu betapa dirinya akan menjadi lebih tenang, tapi sayangnya tidak demikian. Setiap kali mereka bertatapan selalu saja wajah tegang, tatapan tajam yang selalu mengarah padanya.

"Paman baru datang?"

"Iya, setelah mendapat kabar dari ayahmu. Bagaimana kondisinya?" tanyanya menatap Tiara dan saudara kembarnya bergantian.

"Dokter sedang menanganinya. Sampai saat ini mereka belum keluar dari UGD," jawab Hariadi yang tampak sekali raut wajahnya demikian tegang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku juga tidak mengerti."

"Keluarga Bapak Unggul?" Seorang pria dengan seragam operasi dan masker tergantung di lehernya muncul dari balik pintu UGD dan mendengar nama sang paman disebut Tiara langsung menghampirinya.

"Saya adiknya," kata Hariadi pada pria itu. "Bagaimana keadaan kakak saya?"

"Pendarahannya berhasil kami hentikan, tapi kondisinya belum stabil, pasien banyak kehilangan darah akibat benturan keras di kepalanya."

"Lakukan sesuatu untuknya."

"Kami sudah berusaha, sekarang hanya tinggal menunggu pasien sadar."

"Boleh saya melihatnya?" sela Tiara.

"Setelah pasien dipindahkan," jawab dokter sembari berlalu dari UGD dan tak lama kemudian Unggul Suroso dipindahkan ke ruang rawat inap. Tidak lama berselang, Tiara datang mengunjungi sang paman yang tampak kritis dengan berbagar peralatam medis yang menancap di tubuhnya. Tiara shock menyaksikan kondisinya dan ia pun seketika jatuh pingsan.

"Tiara!"

***

Hari sudah hampir siang saat Raka terbangun dari tidurnya. Dengan setengah mengantuk ia menoleh ke arah jam dinding di sudut kamarnya yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

GerimisWhere stories live. Discover now