Bagian 7

185 10 0
                                    

Sekali lagi hujan gerimis menghiasi ibu kota Jakarta malam itu. Langit gelap beriring mendung ikut mewarnai suasana meredupkan kemeriahan kota Bandung di tengah kilauan cahaya lampu kota. Raka dan Rani baru saja tiba di Rainbow Café, sebuah café mewah di kawasan Bandung Utara. Suasana malam dengan gemerlap lampu dan alunan lagu dari band pengiring menyambut kedatangan Raka dan Rani gadis belia berusia 14 tahun itu. Lantai dua menjadi tujuan mereka dan seorang pelayan café mengantarkan mereka ke sebuah ruangan di dekat balkon lantai dua. Sebuah ruangan karaoke dengan meja besar berisi aneka hidangan tampak menyabut keduanya. Para asisten dan beberapa staf terlihat mengobrol sambil sesekali menikmati hidangan di hadapan mereka, tapi anehnya orang yang mengadakan makan malam ini belum juga muncul.

"Kenapa baru datang?" tanya Adit setibanya Raka di ruangan besar itu.

"Maaf, membuat kalian menunggu," kata Raka sembari berjalan mendekat ke arah Adit dan para asisten yang sedang menikmati hidangan mereka. Rani yang berjalan bersama Raka hanya diam sambil memandangi orang-orang di ruangan yang tak satu pun dikenalnya, kecuali Adit.

"Wah, kau cantik sekali malam ini," puji Adit saat melihat gaun merah muda yang dikenakan Rani.

"Makasih, Kak Adit," kata Rani tersipu malu dan seketika senyumnya terhenti sejenak saat melihat wanita cantik berjalan mendekat ke arahnya bersama seorang pemuda tampan yang juga sering muncul di TV. Namun, bukan pemuda itu yang menarik perhatiannya, melainkan wanita berambut panjang yang kini berdiri bersebelahan dengan Adit. Rani sangat menyukai apa pun yang terkait fashion hingga ia pun tahu soal berita-berita seputar fashion, termasuk para desainer. Maka tak heran jika Rani mengenali Tiara hanya dengan sekali pandang. Seketika Rani dibuat takjub oleh sosok cantik yang selama ini hanya bisa dilihatnya di majalah atau TV.

"Wah, makanannya sudah sampai," kata wanita itu.

"Ternyata Kakak lebih cantik aslinya daripada di foto atau TV," kata Rani blak-blakan dan mendengarnya wanita itu seketika menoleh. Matanya melebar menatap Rani sebelum akhirnya kembali mengarah pada Raka. "Kenalin, Rani, adiknya Kak Raka," kata Rani dengan penuh percaya diri mengulurkan tangannya, bahkan sebelum Raka berani memperkenalkan adiknya. Sifat Rani memang sangat berbeda dengan Raka karena dia sangat pemberani dan periang tidak seperti Raka yang jika tidak terjun ke dunia modeling sudah pasti ia akan menjadi pria penakut yang super kuper. Dulu saja kalau bukan Adit yang menyeretnya paksa masuk ke dunia model ia sudah bisa dipastikan hanya menghabiskan waktu menjadi kutu buku di sekolahnya dan berkat Adit yang telah merusak sifat pemalunya sekarang Raka menjadi sosok yang cukup dikenal meskipun itu tak mengubahnya menjadi sosok periang layaknya Rani.

"Oh, kau adiknya Raka. Tidak kusangka adikmu juga punya daya tarik."

"Terima kasih dan maaf kalau dia sedikit lancang," kata Raka yang sungguh tak bisa menghentikan adiknya untuk langsung menyerocos pada Tiara padahal ia bahkan belum sempat memperkenalkan Rani. Sebenarnya saat berangkat tadi ia sudah mengatakan Rani untuk menjaga sikap karena makan malam ini juga dihadiri atasannya, tapi sepertinya peringatan Raka sama sekali tak berguna. Bertemu dengan idolanya sudah pasti akan membuat Rani lupa dengan semua peringatannya.

"Berapa usiamu?" tanya Tiara sembari duduk di sofa dan mulai berbincang santai, tapi kali ini bukan Raka yang menjadi perhatiannya, tapi Rani.

"Empat belas tahun."

"Gadis remaja rupanya," kata Tiara antusias sembari memandang Adit yang langsung menggeleng menangkap sinyal dari ekspresi wajah sepupunya. Ia sangat mengenal Tiara, saat menemukan seseorang yang dianggapnya punya pontensi sepupunya itu tak akan ragu akan merayunya masuk agensi, tapi Rani lain, dia bahkan tak berani menyarankannya mengingat Rani adalah adik Raka dan ia tak tahu apakah Raka akan menyetujuinya.

GerimisNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ