Chapter 27

2.1K 136 162
                                    

Sejak satu jam yang lalu Sehun sudah duduk manis dalam mobil. Sekaleng kopi instan menemani dalam hening. Kaca mobil yang berwarna gelap membuat ia leluasa untuk mengamati sekitar tanpa orang luar tahu.

Orang yang ditunggunya belum juga tampak. Ia sedikit bosan dengan hal menunggu, apalagi jika harus sendirian. Jemarinya diketuk-ketukan pada kemudi. Ia sedang mencoba mengusir rasa bosan.

Tak berselang lama, dari kejauhan tampak sebuah mobil audi hitam terparkir. Bisa ia tebak siapa orang yang didalamnya. Mobil itu, ya Sehun sangat hafal. Beberapa kali juga ia pernah menaiki kuda besi tersebut.

Sehun mulai menyalakan mesin mobil. Sebuah beanie hat hitam kesayangan ia kenakan. Malam ini ia ingin bermain peran sebagai seorang detektif. Ia ingin memata-matai targetnya, Suho dan Kris. Kedua nama itu membuat Sehun berdengus sebal. Bukan karena Suho, tapi karena Kris yang masih menghubungi Suholah yang membuat ia sebal. Sepertinya 'penyakit' brother complex -nya semakin parah.

Sehun kembali menyesap kopinya hingga setengah. Ia pun merapikan pakaian yang mulai berkerut. Tak lupa Sehun merapikan tatanan rambut dibalik beanie hat-nya.

Ia mencoba terlihat rapi. Padahal tak ada yang bisa melihatnya juga sekalipun ia hanya memakai kaos oblong dan celana pendek. Sekalipun tanpa riasan ia akan tetap terlihat tampan. Wajahnya memang sempurna tanpa celah sejak lahir. Sedikit sombong tentang wajah boleh bukan?

Setelah setengah jam, tampak Suho berjalan keluar dari dorm. Langkahnya sangat lambat, beberapa kali ia juga berhenti untuk sekedar menghirup udara lebih banyak. Dalam hati Sehun sangat ingin keluar dan membantu kakak kesayangannya itu. Tapi ia harus bisa menahan, untuk kali ini saja.

Setelah memastikan Suho sudah masuk kedalam mobil, ia mulai menginjak pedal gasnya. Mobil audi hitam itu pun mulai melaju dan menghilang dipersimpangan.

***

Keduanya diam.

Hening.

Kris masih fokus dengan kemudi, sedangkan Suho fokus menatap jendela disampingnya. Titik-titik hujan masih saja turun. Bahkan lebih deras dari sebelumnya.

"Ekhm!"

Kris mencoba menarik perhatiin Suho. Sayangnya tidak berhasil. Kris sedikit melirik ke arah Suho dan kembali menatap ke depan.

"Kau merasa dingin? Apa perlu aku nyalakan pemanas?"

Suho menggeleng pelan. Ia masih fokus pada titik-titik hujan yang menempel pada kaca. Jarinya digerakkan acak seolah ia sedang melukis.

Tanpa Kris menolehkan pandangan ia sudah tahu jawabannya. Ekor matanya masih dapat menangkap sosok Suho.

"Kau baik-baik saja? Apa perlu kita kembali ke dorm?"

"Tidak usah, jalan saja terus!"

Kris mengangguk paham. Sebenarnya ia juga tidak tahu kemana arah tujuan mereka. Ia hanya mengikuti suasana hati.

"Kalau kau merasa sakit bilang ya!"

Suho hanya tersenyum mendengar kalimat itu. Ia mengalihkan pandangannya menuju pemandangan depan.

"Kau perlu jaket? Di belakang ada jaketku..."

"Hentikan, hyung."

I. When your smile has goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang