Chapter 22

1.6K 129 85
                                    

Deru kendaraan terdengar sedikit berkurang. Hari semakin malam, tentunya angin berhembus semakin dingin. Suho dan Kris masih duduk berdampingan. Keduanya menatap kosong ke arah pandangnya masing-masing. Tak ada obrolan bahkan senyum, semuanya membisu.

"Hyung!" Kris hanya berdehem menanggapi panggilan itu. Pandangannya beralih menatap wajah Suho dari samping.

"Boleh aku bersandar padamu? hanya sebentar." Suara merdu itu terdengar lebih lirih. Matanya sayu menatap ujung kakinya. Deru nafasnya terdengar lebih cepat.

Kris pun menepuk pundaknya, memberi isyarat untuk bersandar. Suho pun bersandar pada bahu lebar itu. Keduanya kembali diam. Dapat Kris hirup aroma khas dari seorang Kim Joon Myeon. Ternyata ia tidak pernah berubah.

Suho kembali memejamkan matanya. Nafasnya terasa memberat, ujung-ujung jari tanganya mulai membeku. Ia kembali menyengit ketika merasakan pening pada kepalanya.

Disisi lain, Kris mendapatkan ketenangan yang sudah hampir empat tahun ini tidak ia rasakan. Bahkan ia merasa tenang hanya dengan bersandar pada tembok diatap gedung bersama sahabatnya ini. Seulas senyum muncul dari bibirnya.

Hampir dua puluh menit mereka berada diposisi itu. Kris mulai merasakan kejanggalan. Tubuh Suho terasa sedikit dingin. Deru nafasnya terdengar lebih berat bahkan seperti tersenggal-senggal. Kris pun mulai khawatir.

"Joon.."

"Joon, kau baik-baik saja?"

Hanya kebisuan yang Kris terima, tak ada respon dari temannya itu.

"Joon! Hei jawab aku!" Kris sedikit meninggikan suaranya. Tak lupa ia sedikit mengguncangkan pundak Suho. Namun tetap saja tak ada respon. Dengan panik Kris segera mencari ponselnya dan menelpon Luhan.

"Yak! Cepat kau ke atap, aku butuh bantuan. Joon..."
Belum Kris menyelesaikan kalimatnya tangan pucat Suho terulur, disentuhnya sebelah tangan Kris yang bebas membuat Kris berhentikan untuk bicara.

"Tetap seperti ini, hyung. Sebentar saja." Suaranya terdengar sangat lirih bahkan hampir hilang. Kris sedikit bernafas lega mendengarnya. Ia kembali mengelus lembut surai kecoklatan Suho.

Berbanding terbalik dengan diseberang telpon sana, Luhan berteriak memanggil Kris. Sedangkan yang diteriaki lebih memilih bungkam dan mematikan sambungannya.

***

Sehun memasuki gedung apartemen dengan langkah besar. Ia tak menghiraukan tatapan beberapa orang bahkan ada beberapa yang memotret dirinya. Pikirannya kalut, terlalu banyak pemikiran buruk dalam kepalanya. Dari belakang tampak Kyungsoo yang mengekor, berusaha mengejar langkah besar Sehun.

Tepat setelah lift membawa mereka ke lantai tujuan, Sehun segera mencari-cari nomor tujuannya. Ia menekan bel tersebut. Kyungsoo dan Sehun saling bertatapan sebentar. Keduanya seperti membuat kesepakan dalam kebisuan.

Tak lama pintu pun terbuka. Waktu terasa melambat bagi Sehun saat pemuda itu membukakan pintu untuknya.

Bugh

Sebuah pukulan telak mendarat di wajah Luhan. Tubuhnya terdorong dan jatuh terjelembab. Sehun dan Kyungsoo segera menerobos masuk dan menjelajahi seluruh ruangan.

"DIMANA KAU SEMBUNYIKAN JOON MYEON HYUNG!" Sehun berteriak keras. Luhan hanya mematung melihat adik kecilnya itu.

"Bisa kau pelankan suaramu! Ini bukan di hutan!" Tao muncul dari balik pintu masuk. Ia melempar seringaian ke arah Sehun.

"Selama kami masih berada dibatas kesabaran, katakan dimana Joon Myeon hyung!" Kyungsoo berucap tajam. Suara beratnya terdengar dua kali lebih menyeramkan dari biasanya. Jangan lupakan tatapan mata tajam khas dirinya.

I. When your smile has goneHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin