Chapter 7

1.6K 135 33
                                    

"Suho-ya"

Terdengar suara yang asing diseberang telpon sana. Setelahnya sambungan telpon pun terputus. Suho pun menatap bingung ponselnya.

"Siapa?"

"Entahlah hyung, dia langsung memutus telponnya setelah memanggil namaku"

"Ya sudah sana pergi ke kamarmu dan istirahatlah. Kita akan bicarakan besok lagi, ku mohon kau jangan menghindar Joon!". Suho pun tersenyum pahit mendengar perkataan hyungnya dan pergi menuju kamarnya.

Lain halnya dengan Xiumin, ia masih termenung di sofa. Diambilnya sebotol wine untuk menemaninya malam ini. Pikirannya berkelana liar. Sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk menelpon 'orang itu'.

"Halo, Yifan ini aku"

***

Obsidian tajam itu menjelajah sekelilingnya. Ia duduk sendiri di bangku taman menunggu salah satu mantan membernya. Ini sudah tengah malam tapi temannya itu terlalu nekat hingga memaksanya untuk meninggalkan kasur kesayangannya. Diteguknya kopi instan tersebut untuk menghilangkan rasa kantuk yang berlebih. Mata tajam itu pun menangkap sesosok pria dengan pakaian tertutup yang mendekat ke arahnya.

"Lama tak berjumpa hyung" sapa Yifan saat pria itu duduk disebelahnya.

"Berhenti memanggil ku hyung" jawabnya ketus sambil membuka masker yang menutupi wajahnya. Yifan hanya tersenyum getir mendengarnya. "Baiklah langsung ke inti saja. Apa akhir-akhir ini kau menemui Joon Myeon?"

"Ya" jawab Yifan singkat. Setelah itu suasana kembali hening. Xiumin terlihat sedikit menahan amarahnya. Apa ia sungguh tak tahu malu sampai menemui anak itu lagi. Monolognya dalam hati dengan tangan yang menggenggam lututnya kuat.

"Untuk apa kau menemuinya? Apa kau masih memiliki muka untuk bertemu kami?"

"Aku hanya ingin minta maaf pada kalian"

"Maaf? Kau pikir semudah itu. Apa kau tahu apa yang kami alami setelah kau pergi?!" Xiumin menaikan nada bicara. Menekankan kalau ia sedikit tersulut emosi.

"Aku tahu hyung. Aku sangat paham kalau kami salah"

"Kami? Kau mengajak dua temanmu itu juga?"

"Ya, kami tahu kalau kami salah. Jadi kami ingin meminta maaf pada kalian"

"Kalau hanya meminta maaf kenapa tidak kau sampaikan lewat media saja. Tak usah menemui kami lagi!". Lagi-lagi Yifan tersenyum getir. Apapun pembelaan yang ia lontarkan tetap saja ia tersangka utamanya bukan. "Kau tidak merencanakan sesuatu kan?"

Yifan hanya terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Rencana? Apa kami terlihat seperti dalang dari kehancuran. Ah iya aku lupa, kami adalah tersangka utamanya.

Xiumin pun bangkit dan memunggungi Yifan. "Aku harap kau tidak menemui kami lagi. Mungkin ini terdengar kasar tapi kalian membawa dampak buruk bagi kami" Setelahnya ia meninggalkan Yifan sendiri di taman.

Yifan termenung di bangku taman. Kali ini kantuknya sempurna menghilang. Serumit ini hanya untuk minta maaf. Kalau tak bisa dengan cara halus dengan terpaksa aku akan menggunakan cara yang lebih.

***


Dering telpon memenuhi ruangan, mengusik ketenangan di pagi hari. Diraihnya ponsel tersebut dan diterimanya panggilan tersebut dengan setengah sadar.

I. When your smile has goneWo Geschichten leben. Entdecke jetzt