New Start

3K 376 23
                                    

Terimakasih buat para viewer dan voters 😁

Next chapter di publish setelah chapter ini ada minimal 20 viewer dan 16 vote

.
.
.
.
.
Selamat Membaca😊
.
.
.
.
.

Apakah hanya aku yang mendengar ada suara orang lain?

OH TUHAN!!! Anggota baru?

KENAPA Bighit? !! MENGAPA!!!

Aku merasakan bias wrecker disini!

Bisakah kalian menikmati musik dan berhenti berbicara tentang member baru? Bagaimanapun, suaranya terdengar sangat bagus !!!

.
.
.

Tujuh hari kemudian, Jin sibuk membaca komentar dengan hati-hati sebelum menyerahkan ponselnya pada Jimin. Jin melarang sang adik membuka youtube untuk membaca komentar sampai ia memastikan bahwa itu adalah komentar positif.

"Mereka semua menyukai suaramu, hyung!" Jungkook hampir menjerit.

"Teaser itu juga diposting dua malam yang lalu"

"MV TEASER?!!" Jimin tersedak dan Jin menepuk punggungnya.

"Sudah rilis? !!! Aku ... aku belum siap!"

"Terlambat" Yoongi menguap.

"Teasernya sudah keluar dan tak ada yang bisa kau lakukan tentang hal itu. Untunglah, sebagian besar adegan yang kau perankan sedikit kabur, jadi wajah aslimu tidak bisa dilihat"

"Tapi," kata Taehyung, mengunyah keripik sambil menggulirkan ponselnya.

"Banyak penggemar yang mengambil screenshoot dan membuatnya dalam versi fanart." Dia mengernyitkan hidungnya. "Ani, ani ... ada yang salah dengan mereka."

"Kalau begitu, kapan MV akan keluar?" Jimin berbisik, mengurungkan kepalanya di kemejanya.

"Uh ... malam ini."

(Kalian bisa membayangkan apa yang terjadi setelahnya)

.
.
.

Malam itu, Jimin duduk di tempat tidurnya, menyilangkan kaki, membaca buku. Taehyung dan Hoseok keluar membeli pizza untuk camilan larut malam dengan sebagian besar member.

Satu-satunya anggota yang ada di asrama bersamanya hanyalah Yoongi, dan dia telah tidur lebih awal setelah mengerjakan mixtape-nya.

Tiba-tiba, Jimin merasakan sesuatu yang berat di dadanya. Bukan rasa sakit yang biasa ia alami, tapi perasaan seolah seseorang menekan dadanya dengan kuat.

"Apa lagi sekarang?" Jimin berpikir saat penglihatannya menjadi buram.

"Perawatannya seharusnya sudah bekerja ... Tapi kenapa-?"

Jimin terbatuk sangat keras dan napasnya mulai tersengal-sengal. Dadanya mulai terasa terbakar. Lagi-lagi ia terbatuk, matanya terpejam erat saat gelombang rasa sakit lain menyiksa tubuhnya, membuat tubuhnya melengkung ke depan hingga dahinya menyentuh kasur.

"Ap ... Ada apa denganku ... apa yang terjadi?" Pikiran Jimin menjadi kacau, kebingungan menghantamnya saat dia terus terbatuk dengan nafas yang semakin tersengal.

"Di mana aku? Hyung ... dimana hyung?"

Dia mencoba menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa terlepas dari fakta bahwa dirinya jelas-jelas kesulitan bernapas. Dia tersedak ketika tiba-tiba dia merasakan keinginan untuk memuntahkan isi perutnya.

"HYUNG !!!" Dia berteriak, terisak. Tubuhnya jatuh ke samping tempat tidurnya hingga membentur lantai.

Kakinya menendang-nendang udara berusaha mengurangi rasa sakit. Tangannya mencengkeram kuat perutnya saat dia mencoba meringkukkan tubuhnya.

Jimin ingin bernapas, dia perlu bernapas. Kepalanya berdenyut dan seluruh tubuhnya menggigil padahal AC tidak menyala. Dia merasa panas, namun juga kedinginan, dan itu sangat membingungkan hingga membuatnya menangis.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan Jimin bisa mendengar suara langkah kaki terburu-buru. Sebuah lengan melingkari tubuhnya dan membantunya duduk. Orang itu meluruskan punggungnya dan dengan lembut menekankan jari-jarinya ke punggung Jimin lalu mendorongnya ke atas, membantu memudahkan udara keluar.

"Jimin, aku ingin kau bernapas perlahan." Yoongi berbisik di telinganya.

"Aku minta maaf, aku tahu ini menyakitkan, tetapi kau harus bernapas." Yoongi kembali mendorong punggung Jimin.

Di sela-sela batuknya, Jimin mengambil napas dengan tersendat sembari memegang dadanya. Perlahan-lahan, dia bisa merasakan oksigen akhirnya bisa mencapai paru-parunya. Rasa berdenyut di kepalanya mulai berkurang.

"Hyung ..." Jimin terbatuk, "Jangan bilang Jin-hyung"

Yoongi berhenti menekan punggungnya sejenak, terlalu kaget, sebelum melanjutkan. "Kenapa?"

"Dia ..." Jimin sedikit bergemetar.

"... terlalu peduli. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Dia tak harus tahu." Jimin mulai terisak.

"Tapi, Jimin ... dia tidak ingin kau pergi." Suara Yoongi lembut, wajahnya penuh perhatian. Jimin menolehkan kepala untuk melihat hyungnya. Matanya merah dan bibirnya gemetar.

Setelah Yoongi melihatnya lebih dekat, Jimin terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

"Apa kondisimu memburuk?" Yoongi berbisik.

Jimin mengangguk, bibirnya bergerak ke atas, seolah ingin tersenyum, tetapi tidak bisa.

"Aku sekarat, hyung. Perawatannya sudah tidak berfungsi lagi."

Yoongi memeluknya erat, dan Jimin mulai menangis.

"Kau akan baik-baik saja, kau akan baik-baik saja, percayalah padaku ..." dia menenangkan, sambil mengusap lembut punggung Jimin.

"Aku tak pernah baik-baik saja, hyung." Jimin berbisik di telinga Yoongi.

.
.
.
TBC
.
.
.

Aku sedih pas nulis chapter ini😣Gimana menurut para pembaca?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku sedih pas nulis chapter ini😣
Gimana menurut para pembaca?

Jangan lupa Vote and Comment😊

LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️Where stories live. Discover now