Not Yet

2.9K 352 6
                                    

Jumpa Lagi 🤗
Makasih buat yg udah vote dan menyempatkan waktu untuk membaca😊

Next chapter di publish setelah chapter ini ada minimal 12 viewer dan 9 vote

.
.
.
.
.
Selamat Membaca😊
.
.
.
.
.

Perasaan Hoseok tidak nyaman. Ada sesuatu dalam dirinya yang menyuruhnya berbalik dan menemukan Jimin.

"Dia mungkin di studio tari," katanya pada dirinya sendiri. "Itu yang dia inginkan."

Kau seharusnya tidak kasar padanya.

Dia lebih muda darimu.

Apa yang akan kau lakukan jika berada di posisinya?

Hoseok menghentikan langkahnya. Apa yang akan dia lakukan jika dia berada di posisi Jimin? Dia juga seorang penari. Jika dia sekarat dan ingin menari untuk yang terakhir kalinya ... Sedangkan orang-orang terus berkata tidak ...

Hoseok berbalik dan berlari secepat yang dia bisa. Kegelisahan yang dia rasakan tumbuh saat dia mendekat ke studio. Dia melewati tangga dan membuka pintu.

"JIMIN !!!"

Suara petir menggelegar di luar. Tidak ada seorang pun. Hoseok mundur dan berbelok ke kiri, arah yang mungkin Jimin lewati. Tapi itu adalah arah berlawanan dari asrama mereka!

Hoseok mempercepat langkahnya kemudian berhenti saat netranya menangkap sebuah payung yang tergeletak, ditiup oleh angin kencang. Itu adalah payungnya.

Itu dia.

"JIMIN !!!" Hoseok berteriak berulang kali ketika dia berlari di trotoar, menyipitkan mata di bawah hujan yang sangat dingin. "Jiminnie !!!"

Kemudian, dia melihat sosok yang tergeletak di tanah ... tidak bergerak.

Tak yakin dengan apa yang ia lihat, akhirnya Hoseok memutuskan berlari dan membalik tubuh seseorang yang berbaring menghadap trotoar itu.

Dia menemukan Jimin, matanya tertutup, bibirnya membiru. Hoseok menepuk pipinya tetapi tidak ada jawaban.

Badannya panas. Mungkin demam, tapi itu berarti dia masih hidup.

"Jimin !!!" Hoseok berteriak lagi dan lagi saat dia mengguncang bocah yang tidak sadarkan diri itu. Menyerah, Hoseok menarik tubuh Jimin ke punggungnya dan berlari ke rumah sakit terdekat.

"Bertahanlah Jimin-ah, kau akan baik-baik saja, jangan tinggalkan aku, jangan sekarang !!!" Hoseok terus bergumam sembari berlari melintasi genangan air.

Petir seakan bertepuk tangan dan hujan semakin deras. Hoseok ketakutan. Jimin tidak boleh mati ... Tidak.

"Sedikit lagi," Hoseok menggertakkan giginya saat melihat rumah sakit mulai dekat. Adrenalin terpompa di pembuluh darahnya saat dia mengingat bahwa Jimin sedang sekarat.

Ketika dia tiba di rumah sakit, dia menerima perhatian yang dia butuhkan dengan segera.

Sebuah brankar bergulir ke arahnya dan Jimin ditarik lembut dari punggungnya. Masker oksigen segera dipasangkan pada wajah Jimin.

Layaknya adegan film. Dia ada di sana, menggenggam tangan Jimin ketika para dokter dan perawat mendorong brankar Jimin di sepanjang lorong, sedangkan dirinya ikut berlari disisinya.

Perawat mencegah Hoseok memasuki ruang gawat darurat, "Maaf, anda tidak boleh masuk".

Hoseok langsung memanggil Jin saat dia duduk di kursi tunggu. Dia tidak tahu apa yang ada difikirannya. Yang ia tahu hanyalalah, itu semua salahnya.

TBC

VOMENT PLEASE 😊

LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu