I Want That Too

3.3K 388 14
                                    

Seneng banget baru beberapa jam, target viewer udh terpenuhi😄

Makasih buat yg udah vote dan menyempatkan waktu untuk membaca😊

Next chapter di publish setelah ada minimal 7 viewer dan 5 vote

.
.
.
.
.
Selamat Membaca😊
.
.
.
.
.

Hari-hari berlalu dan Jimin tak bisa melakukan banyak hal di Bangtan Dorm kecuali bermain game atau membaca manga milik Taehyung. Tak beda jauh dengan kehidupan di rumahnya dulu, meskipun tampaknya lebih bisa memakan waktu karena rumahnya hanya ada TV sebagai hiburan.

Setidaknya, dari semua hal yang bisa dia lakukan, menonton Hoseok berlatih adalah hal yang paling dia suka.

"Seven and Eight and One!!" Hoseok menyelesaikan langkahnya, tetap berada di posisinya sejenak sebelum menatap Jimin. "Bagaimana menurutmu?"

"Lebih baik daripada yang terakhir kali, hyung!" Jimin menjawab sambil menyimpan rekaman ke-12 Hoseok di ponselnya.

"Sedikit tidak stabil setelah putaran, tapi itu masih fantastis."

Hoseok tertawa kecil. "Kau benar-benar memiliki sorot mata seorang penari, Jimin-ah. Bagaimana bisa kau sangat berbeda dari Jin hyung?"

Jimin mengangkat bahu. "Dia seharusnya menjadi aktor, kan? Akting dan Dancing adalah dua hal yang berbeda jauh"

"Tidak, jika kau akting sebagai dancer"

Hoseok duduk sambil menghela nafas lalu menenggak setengah botol air mineral. Hoseok berkeringat, dan Jimin bertanya-tanya kapan terakhir kali dia berkeringat seperti hyungnya itu. Mungkin sudah lama sekali.

"Hyung, tidak bisakah aku menari? Kurasa aku sudah menghafal koreografinya," Jimin bertanya dengan lembut, sudah tahu jawaban yang akan diberikan hyungnya.

"Tidak, Jim", Hoseok menjawab dengan lembut sambil mengencangkan tutup botol.

"Jin-hyung tidak akan membiarkanmu dan aku yang harus menangani segala kemungkinan jika kau terluka."

Menangani segala kemungkinan ...

Jimin berpikir sendiri dengan sedih.

Kukira aku hanya akan menjadi beban bagi orang lain. Jika saja aku mati lebih awal ... bukankah itu akan lebih mudah bagi semua orang?

"Jimin, kamu melamun"

Jimin berkedip dan bertemu mata hyung-nya yang menatapnya dengan cemas.

"Apakah kau baik-baik saja? Apa aku perlu mengambilkan obatmu atau sesuatu?" Hoseok bertanya dengan tergesa-gesa dan bergerak untuk menyentuh dahi Jimin, tetapi Jimin menggelengkan kepalanya, tersenyum.

"Aku baik-baik saja, hyung ... hanya sedikit sedih karena aku tidak bisa menari lagi ..."

Hoseok menatapnya bingung, sesaat sebelum kesadarannya kembali.

"Tidak, tidak ... Bukan seperti itu. Tentu saja kami akan membiarkanmu menari pada akhirnya. Maksudku ... Jin-hyung tidak ingin kau berada dalam bahaya agar kau bisa hidup lebih lama lagi ... oke, Jimin? "

Jimin mengangguk dan tersenyum, meskipun tiba-tiba dia merasakan suatu beban berat di dadanya seolah-olah kata-kata itu telah meresap ke dalam hatinya seperti batu.

Hidup lebih lama?

Hidup lebih lama?

Hidup lebih lama?

Awalnya dia tidak menyadarinya, tetapi tak lama kemudian Jimin sadar bahwa pikiran-pikiran negatif yang ada dalam benaknya mungkin merupakan tanda depresi. Apakah karena pubertas? Jimin telah menyerah dengan keinginan untuk hidup lebih lama, dan ia kini lebih bersyukur pada apa yang sudah ia dapatkan.

"Hyung ... kenapa hidup ketika kau tahu kau akan mati?" Jimin bertanya.

Hoseok terdiam sesaat, mulutnya bungkam. "Untuk orang yang mencintaimu, tentu saja. Kenapa lahir kalau kau akan mati?"

Agar bisa berguna bagi dunia, pikir Jimin. Tapi mengapa hidup ketika kau tak lagi berguna bagi orang lain?

"Kau baik-baik saja, Jiminnie?" Hoseok bertanya dengan tenang. "Maksudku ... apakah kau lelah atau-"

"Bukan apa-apa, hyung" Jimin menautkan senyuman di wajahnya sekali lagi. "Tidak perlu khawatir."

Berminggu-minggu berlalu dengan Hoseok yang terus berlatih lagi dan lagi, diikuti oleh pujian tulus dari Jimin. Jimin mulai memantapkan pikirannya, tujuannya. Butuh beberapa hari untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa tak apa-apa untuk menjadi egois sesekali. Dia memiliki impiannya sendiri yang ingin ia penuhi.

Jika mereka tidak mengizinkanku menari ... maka aku akan melakukannya sendiri

TBC

Baru tadi pagi publish chapter sebelumnya, eh skarang uda publish lagi 😁

Semoga kalian suka😊
See you next chapt🤗

VOMENT PLEASE

LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang