22 - Jatuh Menujumu

Mulai dari awal
                                    

Menunda ucapan salam, Sena terlebih dahulu membalas permintaan Rohmah dengan sedikit kebingungan. “Temenin Kaka?” beonya.

Wanita sederhana di depan Sena hanya melengkungkan bibir. Diselipkannya anak-anak rambut Sena ke belakang telinga seolah khawatir suaranya akan terhalangi untuk sampai. “Pokoknya kamu harus lebih sering kesini.” Ulang Rohmah tanpa menambahi. Walaupun tak mengerti, Sena mengangguki. Tidak banyak berpikir lagi sebab sepertinya Rohmah pun sekedar sedang basa-basi. Atau, sedikit membantu putranya—Prandika Jawahari?

💧💧💧💧

“Santai sedikit dong, Na. Saya pakai sarung nih, jalannya susah...” keluh Dika ketika berhasil menggandeng tangan kiri Dila yang bebas--sementara tangan kanan adiknya itu sudah digenggam Sena.

“Kalau ingin santai-santai, jalan saja sendiri! Nggak usah bareng kami!” cara Sena menjawab bikin Dila menahan tawa. Gadis kecil itu merasa lucu sebab ini adalah kali pertama ia melihat seseorang bersikap ketus pada Mas Kakanya. 

Masa bodohnya Sena menuntut Dika ikut melangkah cepat. Tentu Dika lebih memilih tersandung sesekali daripada harus kehilangan kesempatan jalan bareng begini. Soalnya, Dika sangat yakin, lain kali, Sena pasti tidak akan mau repot-repot menghampirinya ke mushola seperti malam ini.

Ah, kamu, Na... padahal saya sudah jatuh cinta sendiri loh, masa jalan kaki masih disuruh sendiri juga? gumam laki-laki itu dalam hatinya. Tidak berani diucapkan karena terlalu bahaya. Belum pantas didengar Dila juga takut Sena akan marah-marah.

Dari arah belakang, Pram yang berjalan bak pengawal bersama Epeng tiba-tiba menyahut. “Sen, Epeng dan aku nggak jadi ikut ke Bandung.” infonya.

Kemudian, Pram mulai bicara panjang menceritakan jika siang tadi di sekolah, ia dengan Epeng sudah pergi menemui wali kelas dan meminta agar dicoret dari daftar peserta. Alasan sebenarnya cukup sepele. Mereka hanya berpikir, pasti tidak akan seru untuk camping tanpa formasi lengkap lima sahabat. Namun tentu saja saat dihadapan wali kelas dua laki-laki itu tak bilang demikian. Epeng mengarang alasan tentang sebuah hajatan keluarga yang sayangnya berbentrokan dengan tanggal camping sehingga wali kelas akhirnya mengizinkan permohonan batal ikut ke Bandung dari dua siswanya.

“Tapi jangan khawatir. Tiada rotan akar pun jadi. Bandung terlewatkan, maka kita berlima akan tetap camping di Yogyakarta sendiri.” Epeng berseru semangat. Menutup penjabaran Pram sekaligus memancing respon dari gadis yang tadinya setia menampilkan ekspresi tidak peduli yang seratus persen datar. “Kita berlima?” ulang Sena.

“Iya... Aku, Dika, Pram, Ratih dan kamu.” Si gembul menyebut satu per satu sambil menghitung jari sesuai postur. Jempol untuk Epeng sendiri. Dika diwakili telunjuk. Jari tengah menggambarkan Pram yang jangkung. Jari manis sebagai Ratih. Dan terakhir, kelingking mengibaratkan mungilnya Sena.

“Sebentar... Sebentar... Gimana ceritanya namaku bisa tercatat, sementara aku sama sekali nggak pernah mendaftar?” Sena langsung protes. Sebab tahu Dika juga terlibat, ia tidak pakai repot-repot menoleh kebelakang untuk menyasarkan sorot tajamnya.

“Tidak perlu daftar, Na. Kamu diundang. Sebagai undangan istimewa.” saat melihat Sena semakin melotot, Dika buru-buru menyambung kalimatnya supaya tidak lagi terdengar sebagai gombalan. “Istimewa karena Pram memang merencanakan acara camping itu buatmu.”

Leher Sena memutar refleks. Langsung beralih menatap orang yang baru Dika sebut. Menuntut Pram bicara langsung soal idenya.

“Begini, kebetulan tetanggaku minta bantuan buat jaga malam di ladang jagungnya yang sebentar lagi siap panen. Tanggalnya pas banget sama jadwal teman-teman berangkat ke Bandung. Jadi kupikir, kenapa nggak sekalian saja sewa tenda dan kita berlima camping disana? Nanti bakal ada nyanyi-nyanyi di depan api unggun, bakar jagung... Seru kan?” Pram berusaha sebaik mungkin sampai segala memakai nada bicara sok asyik hanya demi membuat Sena tertarik. Sayang itu masih tak cukup mengesankan bagi si gadis cantik.

LovakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang