hari kelulusan

992 118 16
                                    

Gak kerasa, Jihoon sama temen-temennya hari ini udah lulus. Di saat temen-temennya bisa mesra-mesraan sama pacar mereka di hari kelulusan, Jihoon cuma bisa cemberut ngeliat suaminya yang tak lain dan tak bukan adalah Lai Guanlin, duduk di jajaran para guru. Dan parahnya lagi, Guanlin duduk di sebelah guru mandarin kelas 10 yang adalah Zhou Jieqiong.

Jihoon makin cemberut waktu liat Guanlin ngobrol sama Jieqiong.

"Cemberut aja sih." Hyungseob menyenggol pundak Jihoon pelan.

"Ya abisnya Alin tuh!" Jawab Jihoon yang membuat Hyungseob terkekeh pelan.

Jihoon gak tau aja kalo sebenernya Hyungseob punya maksud dan tujuan tertentu hari ini. Sama siapa lagi kalo bukan sama Guanlin.











































Setelah membacakan semua nama lulusan, sang kepala sekolah kembali melanjutkan pidatonya yang membuat para siswa semakin lemas karena hosan mendengarnya. Biasa, anak sekolah kan.

"Untuk itu, kami mengundang saudara Lai Guanlin untuk menyampaikan beberapa patah kata bagi para lulusan tahun ini."

Para siswa langsung bersorak heboh begitu melihat guru muda favorit mereka itu berjalan ke atas panggung.

"Test, test. Selamat siang semuanya!"

"Siang ssaem!!"

Guanlin tersenyum mendengar para siswanya begitu semangat.

"Hari ini kalian sudah bukan siswa high school lagi. Memasuki jenjang perguruan tinggi, kalian harus lebih dewasa lagi, jangan terlalu banyak bermain tapi juga jangan sampai tidak bermain sama sekali karena hidup yang sesungguhnya dimulai saat kalian mulai bekerja."

"Kenangan kalian saat sekolah, teman-teman yang kalian miliki sekarang, treasure it. Menambah teman boleh, tapi jangan melupakan teman lama, arrachi?"

"Ne!!"

"Ah, ssaem pasti merindukan kalian, terutama siswa manisku, Park Jihoon."

Para siswa bersorak riuh bahkan bertepuk tangan, sedangkan Jihoon yang disebutkan namanya hanya menundukkan wajahnya yang sudah semerah tomat.

"Karena kalian sudah dinyatakan lulus, maka saya ingin memberitahukan sesuatu. Dan dimohon jangan iri ya!"

Ucapan Guanlin mengundang tawa siswanya. Jihoon memberanikan diri menatap ke arah panggung dimana ada Guanlin di sana. Dan juga Hyungseob yang tadinya duduk di sebelah Jihoon, tiba-tiba sudah berada di atas panggung sambil membawa buket bunga mawar merah berukuran besar dan juga ada Woojin yang membawa boneka teddy bear coklat yang tingginya hampir menyamai tinggi Hyungseob.





 Dan juga Hyungseob yang tadinya duduk di sebelah Jihoon, tiba-tiba sudah berada di atas panggung sambil membawa buket bunga mawar merah berukuran besar dan juga ada Woojin yang membawa boneka teddy bear coklat yang tingginya hampir menyamai tingg...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





















"Sebelumnya saya ingin memberitahukan bahwa sebenarnya Park Jihoon bukan sekedar siswa saya tapi dia juga adalah Lai Jihoon, istri saya."

Aula itu kembali dipenuhi sorak riuh para siswa.

"Mohon maaf jika sebelumnya kami menyembunyikan hal ini dari kalian semua karena saya hanya ingin Jihoon menjalani kehidupan sekolahny dengan normal. Tapi sekarang saya tidak akan merahasiakannya lagi, jadi... Ji, bisa kamu kesini sayang?"

Para siswa kembali bersorak riuh, beberapa bersiul-siul dan menyoraki Jihoon untuk maju ke depan, sedangkan para guru hanya menggelengkan kepalanya.

Jihoon pun maju ke depan dengan wajah yang sudah memerah sempurna membuat Guanlin tersenyum gemas.

"Ji, jangan nunduk terus dong." Guanlin mengangkat wajah Jihoon agar bertatapan dengannya.

"Congratulation, kamu udah lulus sekarang." Guanlin mengusap lembut kepala Jihoon yang mengundang pekikan iri dari para siswanya.

"Alin ih!" Jihoon menghentakkan kakinya tapi kemudian langsung memeluk Guanlin dan menyembunyikan wajahnya di dada sang suami.

Guanlin membalas pelukan Jihoon dan mencium puncak kepala sang istri berulang kali.

"Aku pasti kangen ketemu kamu di sekolah Ji." Ucap Guanlin sambil menumpukan dagunya di puncak kepala Jihoon.

"Jihoon juga." Cicit Jihoon. "Apa Jihoon gak usah kuliah aja kali ya? Biar bisa nungguin Alin terus d rumah."

"Hush! Gak boleh gitu. Kalo cuma lulus SMA aja nanti kamu mau kerja jadi apa? Mamang jualan pisang goreng?"

"Alin ish!" Jihoon nyeruduk pelan dadanya Guanlin.

"Ssaem jangan mesraan disini dong! Kasian yang jomblo!!"

Teriakan salah satu siswa itu membuat Guanlin melepas pelukannya dan membawa Jihoon menghadap ke arah ratusan murid yang juga lulus hari itu. Tak hanya itu, Guanlin bahkan mengajak Jihoon untuk turun dari panggung dan berdiri di tengah-tengah barisan para murid.

"Aku bingung mau kasih hadiah apa buat kamu Ji. Yang kepikir cuma buket bunga sama boneka itu. Sama..."















































CHU!














































Jihoon membulatkan matanya ketika Guanlin saling menempelkan bibir mereka dan semakin terkejut ketika teman-temannya melempar kelopak bunga mawar merah ke arah mereka diiringi sorakan riuh serta tepuk tangan.

Jihoon tersenyum malu-malu ketika Guanlin melepas ciumannya dan mengusap pipi gembulnya dengan ibu jarinya.

"Aku cuma bisa kasih hati aku ke kamu Ji. Aku sayang banget sama kamu."

"Jihoon juga sayang banget sama Alin."

Jihoon kembali memeluk Guanlin dengan erat dan dibalas gak kalah erat juga sama Guanlin.

Jihoon seneng banget, akhirnya dia bisa bilang ke semua orang kalo Guanlin itu suami dia, punya dia. Akhirnya mereka gak perlu sembunyi-sembunyi lagi.

Guanlin ngecup pelipis Jihoon dan berbisik sesuatu yang bikin pipi Jihoon tambah merah macem kepiting rebus.










































































"Ji, ntar malem nginep hotel ya."

"Ng-ngapain?"

"Kan yang waktu itu gak jadi sayang."

"Yang mana?"

"Itu...



















































... bikin anak yuk! Hehehe."




















































END BENERAN END

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now