10.

1.1K 144 12
                                    

Jihoon sedang berjongkok di dalam bak pasir yang ada di taman. Kepalanya menunduk dan telunjuknya ia gunakan untuk menggambar pola abstrak di atas pasir dengan bibir yang mengerucut. Matanya sudah berkaca-kaca namun ia tahan agar air matanya tidak jatuh.

Jihoon sedang kesal. Guanlin memang menepati janji untuk mengajak Jihoon jalan-jalan setelah sembuh. Tapi sekarang Guanlin malah mengabaikan Jihoon karena bertemu dengan seorang wanita blasteran yang tidak Jihoon kenal.

"Alin menyebalkan."

"Alin jahat... hiks..."

Jihoon mulai terisak, tangannya masih tetap bergerak menggambar pola-pola abstrak dan bibirnya mengerucut sambil menggerutu secara bersamaan.

"Ji?"

Jihoon mengangkat kepalanya dan mendapati Guanlin berjongkok di hadapannya.

"Hmph." Jihoon mendengus kesal kemudian memutar tubuhnya memunggungi Guanlin.

Guanlin tersenyum kecil kemudian menarik tubuh Jihoon ke dalam pelukannya-memeluknya dari belakang- hingga keduanya jatuh terduduk di atas pasir.

Jihoon yang masih dalam mode ngambek pun mencoba meronta untuk melepas pelukan Guanlin namun pelukan Guanlin malah semakin mengerat.

"Sayangnya Alin kenapa sih?"

Jihoon hanya terdiam dengan bibir yang setia mengerucut.

"Ngapain Alin kesini? Ngobrol aja sama cewe bule tadi!" Jawab Jihoon ketus tapi suaranya sedikit bergetar.

Guanlin yang gemas dengan tingkah istrinya itu memajukan kepalanya, mengintip wajah sang istri dari samping kemudian mengecup gemas pipi gembil Jihoon.

"Apaan sih cium-cium?!"

Guanlin terkekeh pelan. "Dih, ngambek."

"Jihoon tuh marah ya! Bukan ngambek! Alin cuekin Jihoon lagi... hiks. Jihoon gak suka!"

Guanlin tersenyum kemudian meletakkan dagunya di bahu Jihoon.

"Jangan marah dong sayang. Aku mau jelasin sama kasih tahu sesuatu ke kamu."

Jihoon terdiam tapi masih enggan menatap suaminya.

"Tapi janji setelah itu jangan marah lagi ya?"

Jihoon ragu tapi kepalanya mengangguk pelan membuat Guanlin mengeratkan pelukannya lagi hingga punggung Jihoon menempel sempurna di dada Guanlin.

"Tadi itu mantan aku. Namanya Jeon Somi."

"M-mantan nya Alin?" Guanlin mengangguk.

"Cantik gitu kenapa putus?" Pertanyaan polos Jihoon itu membuat Guanlin tertawa kecil.

"Soalnya hati aku udah berpindah ke orang lain. Dan lagi, waktu itu Somi harus balik ke negaranya dan dia gak mau LDR."

Jihoon sedih mendengar suami yang dicintainya mengatakan hal seperti itu. Jadi selama ini hatinya Guanlin sudah untuk orang lain?

Wajah Jihoon semakin memerah menahan tangisannya.

"J-jadi Alin gak sayang Jihoon?"

"Hmm? Kata siapa?"

"I-itu tadi Alin bilang h-hatinya Alin udah pindah ke orang lain."

Guanlin bukannya langsung menjawab malah mengusak gemas rambut Jihoon.

"Jihoon inget ya. Di dunia ini ada 5 orang yang paling Alin sayang. Itu papa mama nya Alin, trus mama papa nya Jihoon yang terakhir ya orang yang sekarang lagi Alin peluk ini."

"Huh?" Jihoon menatap bingung ke arah Guanlin.

"Orang yang udah megang hati aku sepenuhnya itu kamu, sayang. Jadi buang jauh-jauh pikiran buruk kamu itu karena aku itu sayang sama cinta mati ke kamu."

Jihoon bisa merasakan wajahnya memanas mendengar kalimat manis dari Guanlin itu.

Jihoon perlahan-lahan meletakkan tangannya di atas tangan Guanlin yang melingkar di pinggangnya, membuat pemuda bermarga Lai itu tersenyum dan mengecup pipi Jihoon sekali lagi.

"Terus tadi itu si Somi nunjukkin undangan nikahnya. Dia bilang lita harus dateng di nikahannya dia."

Okay, sekarang Jihoon lega. Ternyata wanita tadi sudah mau menikah. Jihoon tanpa sadar menghela nafas lega dan Guanlin kembali tersenyum karena Jihoon.

"Udah gak marah?"

Jihoon terlihat menggembungkan pipinya kemudian menggeleng pelan.

"Alin."

"Kenapa sayang?"

Jihoon mengambil tangan kanan Guanlin dan memainkan jari-jari lentik sang suami.

"Alin... pernah nyesel nda nikah sama Jihoon?"

"Kenapa tanya gitu?"

"Abisnya kan Jihoon sering nakal, sering gak nurut sama Alin. Jihoon juga ngerepotin Alin trus, bikin Alin capek ngurusin Jihoon yang bandel gini. Jihoon... Jihoon cuma takut kalau ternyata Alin nyesel tapi terpaksa nikah sama Jihoon."

"Gak ada kata nyesel  karena nikahin kamu di kamus aku. Aku malah bersyukur banget punya istri kayak kamu Ji."

Guanlin menjeda sebentar kalimatnya.

"Kamu tahu? Bahkan nikah sama kamu itu salah satu impian aku."

"Kok bisa?"

"Ya, waktu aku baru mulai ngajar kelas 11, aku liat kamu buat pertama kalinya. Dan waktu itu Somi minta putus karena harus LDR tadi. Aku gak nyegah dia karena aku sendiri sadar kalo aku udah tertarik sama murid aku yang namanya Park Jihoon."

"Dan ternyata kita udah dijodohin sama orang tua kita. Hari pernikahan kita itu adalah hari yang paling membahagiakan buat aku Ji karena itu adalah hari dimana salah satu impian aku jadi kenyataan."

"Aku berterima kasih banget sama orang tua kamu Ji. Sama mama kamu yang udah ngelahirin kamu. Sama papa kamu yang udah ngejaga kamu. Aku berterima kasih karena mereka, aku bisa ketemu kamu."

Jihoon terpana mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Guanlin. Jihoon lagi-lagi sudah menangis karena terharu. Guanlin menghapus air mata yang mengalir di pipi Jihoon dan mengecup bibir merah Jihoon.

"Aku sayang kamu, Lai Jihoon ku."

"A-aku juga sayang kamu, Lai Guanlin ku."

Keduanya menghabiskan waktu di taman dengan Jihoon yang berada di dalam dekapan Guanlin, saling melemparkan candaan yang tidak ada habisnya.























































































Bahkan keduanya tidak menyadari ada seseorang yang menatap interaksi mereka dengan tatapan benci.

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now