3

1.6K 177 3
                                    

Jam 6 sore Jihoon baru pulang ke rumah dan masih pakai seragam. Pulang sekolah tadi Jihoon ikut Hyungseob sama Daehwi buat jalan-jalan. Dan sekarang Jihoon pulang cuma buat mandi terus mau pergi lagi sama mereka berdua.

Jihoon udah wangi, udah seger dan udah rapi sehabis mandi.

"Kamu mau kemana?"

Guanlin ternyata udah nunggu di sofa ruang tengah.

"Eh, Alin. Diajak Hyungseob sama Daehwi pergi."

Guanlin menaikkan satu alisnya. "Kamu baru pulang, tadi juga pergi gak bilang. Sekarang mau pergi lagi, terus kamu anggep aku apa?"

Jihoon langsung diam mendengar nada dingin dari Guanlin.

"Kamu di rumah ini bukan hidup sendiri Ji. Kamu itu istri aku. Aku suami kamu. Kalo kamu kayak gini caranya, pulang cuma buat mandi terus pergi lagi, itu namanya kamu gak hargain aku sebagai suami kamu!"

"B-bukan gitu-"

"Terus apa?!"

Guanlin kelepasan bentak Jihoon. Guanlin sebenarnya tidak bermaksud membentak Jihoon, hanya saja Guanlin terlalu khawatir Jihoon kenapa-kenapa di jalan.

Jihoon sendiri bukannya sengaja tidak memberi kabar pada Guanlin. Jihoon lupa karena biasanya dia tidak pernah ijin ke orang tuanya yang selalu mengijinkan Jihoon pergi kemana pun dia mau.

"Kalau kamu gak bisa hargain aku sebagai suami kamu mending kamu keluar dari rumah ini."

Setelah bicara begitu, Guanlin masuk ke kamarnya dan membanting pintu membuat Jihoon terlonjak.

"Alin..." lirih Jihoon.











































































































Guanlin terbangun karena cuaca dingin yang menusuk kulit. Guanlin mau mengambil selimut tapi tidak menemukan Jihoon di sampingnya. Guanlin menghela nafas mengingat tadi dia membentak Jihoon dan meninggalkannya begitu saja.

Guanlin beranjak keluar dari kamar utama dan berniat untuk meneriksa Jihoon di kamar tamu namun Guanlin dikejutkan dengan Jihoon yang masih berdiri di ruang tengah sambil menundukkan kepalanya. Posisinya bahkan tidak berubah sedikitpun. Guanlin melihat jam dan ternyata sudah hampir tengah malam. Itu artinya sudah hampir 6 jam Jihoon berdiri di sana.

"Kamu ngapain disitu?"

Jihoon refleks mendongakkan kepalanya. "A-alin..." lirih Jihoon dengan suara bergetar, efek menangis dan juga kedinginan.

Guanlin mendekati Jihoon yang wajahnya sudah pucat.

"Alin m-maafin Jihoon. Maaf..."

Jihoon memang masih berdiri tapi matanya yang sembab itu setengah terbuka. Jihoon bergumam 'maaf' seperti orang mengigau.

"Ji?" Baru saja Guanlin mau menyentuh pundak Jihoon, tubuh Jihoon sudah limbung terlebih dulu. Beruntung Guanlin sempat menangkap tubuh Jihoon.

"Ji?? Astaga! Badan kamu panas banget Ji!"

Guanlin panik dan langsung mengangkat tubuh Jihoon, membawanya ke kamar, membaringkan tubuh Jihoon di atas kasur dan menyelimutinya hingga leher.

Guanlin kemudian bergegas ke dapur, menghangatkan sup ayam yang tadi sempat dibelinya dan juga mengambil obat penurun demam beserta segelas air. Semuanya ditata di atas nampan dan dibawa kembali ke kamar.

Guanlin menepuk pelan pundak Jihoon.

"Ji, bangun dulu."

"L-lin..."

"Iya ini aku. Bangun ya. Makan dikit terus minum obat."

Jihoon menurut ketika Guanlin membantunya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang, menyuapinya dengan telaten dan juga membantu Jihoon meminum obatnya.

Guanlin membereskan mangkuk dan juga gelasnya setelah membantu Jihoon berbaring.

"Alin udah gak marah sama Jihoon?" Lirih Jihoon sambil menatap Guanlin dengan sayu. Guanlin langsung duduk di tepi kasur sambil mengusap-ngusap rambut Jihoon.

"Alin gak marah, Alin cuma khawatir Jihoon ada apa-apa. Maaf ya tadi Alin bentak Jihoon."

Mata Jihoon berkaca-kaca. Jihoon langsung menggeser badannya. Kepalanya diletakkan di paha Guanlin sedangkan kedua tangannya memeluk erat pinggang Guanlin.

"Maafin Jihoon. Jihoon janji gak gitu lagi. Tapi Alin jangan bentak Jihoon lagi ya, Jihoon takut."

Guanlin terkekeh pelan dan mengecup kepala Jihoon.

"Iya iya. Ya udah tidur gih yang bener. Aku beresin ini dulu sama ambil kompres."

Jihoon menggelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Guanlin.

"Maunya tidur sama Alin." Rengek Jihoon.

"Iya aku ambilin plester kompres dulu ya. Bentar aja kok."

Akhirnya Jihoon melepas pelukannya dan kembali berbaring dengan posisi yang benar sambil menunggu Guanlin kembali.

Guanlin kembali 1 menit kemudian sambil memegang sebuah plester kompres penurun demam. Guanlin mengangkat poni yang menutupi kening Jihoon dan menempelkan plester kompres itu di kening Jihoon. Guanlin pun menyusul berbaring di samping Jihoon yang langsung disambut pelukan dari Jihoon.

"Cepet sembuh ya, sayangnya Alin." Ucap Guanlin sambil mengusap lembut kening Jihoon yang tertutup plester kompres dengan ibu jarinya sampai terdengar dengkuran halus dari bibir pink Jihoon yang sedikit terbuka.





















































































"I love you Lai Jihoon, now and forever."

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now