9.

1.1K 160 15
                                    

Seneng banget ini FF mulai rame dikomen sama vote~
Bahagia sekali baca komen kalian yang bikin author ngakak sendiri. ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ








































Jihoon sedang terbaring lemas di atas kasur rumah sakit dengan jarum infus menancap di punggung tangannya. Matanya sembab karena sedari tadi menangis akibat tangannya sakit ketika ditusuk jarum infus.

"Kamu sih. Kan udah aku bilang jangan jajan sembarangan. Gak nurut kan? Sekarang kena diare." Guanlin bicaranya lembut tapi terkesan menyindir di telinga Jihoon.

Iya, Jihoon terkena diare akut sehabis makan jajanan yang dijual dipinggir jalan. Padahal Guanlin sudah melarang tapi namanya Jihoon kadang masih suka bandel jadi Jihoon mengabaikan larangan Guanlin.

"Masih sakit perutnya?" Tanya Guanlin sambil menatap Jihoon namun tangannya tidak berhenti mengusap perut Jihoon.

Jihoon menggeleng pelan. "Tapi masih mual dikit." Jawab Jihoon lemas.

"Mau pake minyak telon?"

Jihoon mengangguk kecil mendengar tawaran Guanlin. Sang suami pun mengambil minyak telon yang berada di atas nakas, menuangkan secukupnya ke telapak tangannya dan mengoleskannya pada perut Jihoon setelah menyingkap baju rumah sakit yang dikenakan Jihoon.

Setelah selesai, Guanlin kembali menggenggam tangan Jihoon yang terbebas dari infus.

"Tidur gih. Dokter bilang kan harus banyak istirahat biar cepet sembuh. Alin tungguin disini."

Jihoon kemudian memiringkan tubuhnya menghadap Guanlin yang sedari tadi duduk di kursi di samping kasurnya.

"Alin pulang aja. Jihoon gak papa kok sendirian. Nanti kasian Alin kecapekan kalo nungguin Jihoon disini."

Guanlin memajukan tubuhnya dan mengecup kening Jihoon.

"Aku gak capek kok sayang."

Jihoon kembali mengerucutkan bibirnya. "Alin bohong. Itu bawah matanya Alin udah item gitu."

Guanlin terkekeh gemas. Sejujurnya Guanlin memang sedikit lelah karena sudah mendekati masa-masa ujian. Banyak penilaian yang harus diselesaikan karena sudah mendekati deadline dan Guanlin harus kerja ekstra memberi penilaian pada murid kelas 12 juga karena guru bahasa mandarin kelas 12 mendadak harus kembali ke tanah airnya karena urusan pribadi yang mendesak.

Tapi Guanlin mana bisa meninggalkan Jihoon sendirian di rumah sakit?

"Masa aku ninggal kesayangan aku disini sendirian sih?"

Jihoon sendiri sebenarnya tidak mau ditinggal. Dia takut sendirian apalagi ini di rumah sakit. Jihoon kan penakut. Tapi Jihoon juga tidak ingin Guanlin kelelahan. Jihoon jadi menyesal karena tidak menuruti perkataan Guanlin.

"Maafin Jihoon ya Alin."

"Kenapa minta maaf sayang?"

"Ya abisnya Jihoon nakal. Gak nurut sama Alin. Jihoon jadi ngerepotin Alin kan."

Guanlin mengusap lembut rambut Jihoon sambil tersenyum menenangkan.

"Jangan bilang gitu. Aku gak ngerasa direpotin kok sayang. Kamu itu istri aku, udah kewajiban aku buat ngejaga dan ngelindungin kamu. Jadi jangan pernah ngerasa kalo kamu ngerepotin aku lagi ya."

Jihoon mengangguk kecil kemudian tersenyum sambil menatap Guanlin.

"Alin...ssshh..." Jihoon meringis kecil membuat Guanlin panik seketika.

"Ji?? Ada yang sakit?? Mana?? Aku panggilin suster ya??"

Jihoon segera menahan tangan Guanlin yang hendak menekan tombol panggilan itu dan menggeleng pelan.

"Gak sakit kok Alin, cuma..."

"Cuma apa sayang?"

Jihoon mengeluarkan cengiran khasnya dan menatap Guanlin dengan tatapan puppy eyes nya.



















































































































"Jihoon laper~"











































Dan Guanlin hanya bisa menggelengkan kepalanya, gemas dengan tingkah sang istri yang terkadang bisa dibilang absurd.

"Yaudah, aku beliin bubur dulu ya."

"Hehe, makasih Alin~"

"Iya sama-sama sayang."

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now