14

968 131 3
                                    


Maaf ya baru di update, ini author bru pulang kerja jam 23.38 😭 WOW
bukan karena lembur tp emg author kerja jd Event Organizer🎉🎉🎉
Itu, yg ngurusin nikahan org melulu, tp nikahan sendiri gak tahu kapan #curhat

Sesuai janji!!!!
Chapter 13 vote nya udah nyampe 30🎉🎉🎉
Jd ini chapter 14 author update😚😚

Author udah g revisi lg yaa, capek mau tidur abis 2 hari berturut job nikahan, jd kalo ada typo mohon dimaafkan.

😚😚😚


























































Guanlin mengusap rambut seseorang yang memeluk lengannya dan bersandar di bahunya dan sesekali mengecup puncak kepalanya.

"Aku udah lama ngimpiin ini Lin. Aku sama kamu, berduaan kayak gini."

"Oh ya?"

Orang itu mengangguk dengan semangat dan menegakkan duduknya kemudian menghadap Guanlin.

"Dari dulu Lin. Dan aku harap kali ini gak akan ada yang halangin kita untuk bersama." Termasuk Park Jihoon sialan itu!

























































Jihoon sedang berjalan gontai sendirian setelah menolak tawaran Hyungseob untuk pulang bersama. Jihoon merindukan Guanlin-nya. Bahkan tadi di sekolah pun, Guanlin sama sekali tidak melirik ke arah Jihoon.

"Jihoon kangen Alin..." lirih Jihoon sambil mengeratkan genggamannya pada tali tas ransel yang dikenakannya. Matanya sudah berkaca-kaca dengan hidung memerah antara kedinginan dan juga menahan tangisnya.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap hidung Jihoon dari belakang menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Jihoon sempat berontak tapi tak lama, Jihoon sudah tak sadarkan diri.

Orang yang membekap Jihoon tadi mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Aku sudah mendapatkannya. Aku akan sampai di sana dalam 30 menit."



















































































Kelopak mata Jihoon pelan-pelan bergerak dan akhirnya Jihoon membuka matanya. Tubuhnya terasa sangat lemas, bahkan hanya untuk sekedar menggerakkan kepalanya saja Jihoon tidak sanggup. Jihoon mengedarkan pandangannya dan mendapati ruangan lusuh yang hanya diterangi oleh sebuah lampu bola lampu yang bergoyang tertiup angin.

"Sudah sadar, Park bodoh Jihoon?"

Jihoon berusaha mencari sumber suara dan matanya menyipit kala mendapati seseorang sedang berjalan menuju ke arahnya. Jihoon hendak bergerak namun dirinya tersadar jika kedua tangan dan kakinya terikat pada kursi.

"K-kau..."

Orang itu tersenyum remeh kemudian melayangkan sebuah tamparan keras ke pipi kanan Jihoon.

"Yah, ini aku. Apa kabar Jihoon?"

Jihoon mengerutkan kening, merasakan bau anyir di dalam mulutnya. Jihoon yang tidak pernah merasakan kekerasan sebenarnya ingin menangis namun sekuat tenaga ia tahan karena bagaimanapun juga dirinya adalah lelaki.

"Aku baik-baik saja jika kau ingin tahu."

Orang itu tertawa sinis mendengar jawaban Jihoon kemudian menjambak kasar rambut Jihoon.

"Akh!"

"Sepertinya kau memang baik-baik saja dan tidak membutuhkan Guanlin."

Mendengar nama Guanlin disebut, Jihoon segera menghentakkan kepalanya dengan kasar, berusaha melepaskan cengkraman orang itu pada rambutnya.

"Berhenti menyebut nama Guanlin dengan mulut kotormu!"

PLAK!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi kanan Jihoon.

"Kau masih mencintainya bukan?? Hahaha! Sayangnya sebentar lagi aku akan menikah dengan Guanlin! Kau dengar itu Park Jihoon?! Aku yang pantas bersanding dengan Guanlin! Bukan dirimu!"









































































































































"Memangnya siapa yang ingin menikah dengan mu, huh?"





































































"G-Guanlin??"

LaJi in one [PankWink]Where stories live. Discover now