Anja dan Ejak saling menoleh, maksudnya? Ibu itu meneriaki mereka atau bagaimana? "Buk, maksudnya apa?" Anja bertanya pada ibu itu, tapi sayangnya ibu itu sudah tancap gas.

"Biarin aja. Namanya juga ibu-ibu," kata Ejak menenangkan Anja setelah meredakan tawanya.

"Kesel gue."

"Elo juga kan nanti jadi ibu-ibu. Yaudahlah. Biar disanjung netijen." Ejak pun mengajak Anja untuk pulang karena matahari sudah mau tenggelam.

Sebenarnya rumah Anja tidak terlalu jauh dari sekolah, tapi kalau sore seperti ini lorong menuju rumahnya cukup sepi dan rawan begal juga jambret. Maka dari itu Ejak dengan senang hati mengantar Anja pulang ke rumah kalau Anja latihan paskib sampai sore. Daripada Ejak di rumah tak tenang, lebih baik dia memastikan sendiri kalau gebetan tak sampainya itu pulang ke rumah dengan selamat.

Sesampainya di depan rumah Anja, Ejak langsung pamit pulang pada Anja dan Ibunya---yang sedang menyapu teras rumah. Sepulang Ejak, Anja meletakkan tasnya di lantai lalu mengambil alih sapu yang dipegang ibunya. "Biar Anja aja, Buk. Ibuk pasti capek jualan."

"Bagus deh kalo ngerti. Makasih." Setelah mengatakan kalimat sinis itu, ibunya berjalan masuk ke rumah.

Tak apa, tak masalah, sudah biasa, begitulah Anja berusaha menyemangati dirinya sendiri. Wanita yang ia panggil dengan sebutan ibu itu memang tak seramah ibu-ibu lainnya. Bukan tidak sayang, tapi begitulah cara ibunya mendidiknya.

Dari kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. Lahir di keluarga sangat sederhana membuatnya menjadi anak yang tak manja. Ayahnya seorang kuli bangunan sementara ibunya berjualan nasi uduk dan aneka sarapan setiap pagi di depan rumahnya. Ia juga mempunyai seorang adik perempuan yang biasa ia panggil dengan Cicik.

Sejak SD ia membantu menjajakan dagangan ibunya ke sekolah. Seringkali ia dimarahi guru karena berjualan di kelas, padahal ia berjualan ketika sedang istirahat atau sebelum bel pelajaran pertama. Tapi, namanya sekolah memang bukan pasar melainkan tempat menimba ilmu, Anja bisa mengerti akan hal itu.

Selesai membersihkan debu di lantai, ia mengambil tas ranselnya lalu menggendongnya. Tangan kanannya membawa sapu sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menghapus keringat yang mengalir di wajahnya.

Selesai menyapu lantai, ia berjalan ke dapur untuk meletakakan sapu berwarna hijau mix kuning itu. Sebelumnya ia meletakkan asal tas ranselnya di dalam kamar.

Ia pun menggantung sapu si sudut dapur. Saat hendak kembali ke kamar, matanya melihat piring kotor dan alat masak bertumpuk di dekat tempat cuci piring. Sepertinya tugas lainnya telah menantinya.

Belum sempat ia mengganti baju seragam, tapi sudah beberapa tugas ia kerjakan. Mau menukar baju seragamnya dengan baju rumahan, takut Bapak keburu pulang, sementara rumah masih berantakan seperti kapal pecah.

Daripada memanjangkan tali kelambu, mending ia menyelesaikan apa yang menjadi prioritas. Masalah baju seragam, biar kepalang kotor. Toh, setiap hari juga ia mencuci seragam. Baik seragam dirinya atau pun seragam orang lain.

Dengan memakai celemek hadiah dari bogasari, ia mulai menuangkan beberapa tetes sabun cuci piring bermerk cahaya matahari ke wadah yang di dalamnya terdapat spons cuci piring. Lalu ia menuangkan sedikit air ke dalam wadah itu dan mulai mengocok spons dengan air yang dituangkan agar busa timbul banyak.

Anja mencuci bersih semua piring dan alat masak yang kotor hingga tak ada lagi noda yang tersisa. Selesai meniriskan piring yang masih basah, ia langsung menyusunnya di rak piring yang tak jauh dari tempat cuci piring itu.

Cuci piring selesai, lalu lanjut ke pekerjaan lainnya. Kakinya melangkah menuju kamarnya hendak mengambil pakaian ganti dan handuk kemudian ia berjalan ke kamar mandi. Ia berhenti di depan kamar mandi, di sampingnya sudah ada keranjang baju kotor yang sangat menumpuk seolah melambai minta dibersihkan.

Lagi-lagi ia hanya bisa menghela napas panjang. Pekerjaan rumah memang tidak ada habisnya. Lelah, sudah pasti. Tapi, beginilah risiko numpang di rumah orang. Harus tahu diri dan tidak boleh seenaknya sendiri.

 Harus tahu diri dan tidak boleh seenaknya sendiri

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Grup pembaca nyasar yang suka gonta-ganti nama sesuai keadaan wkwk btw semangat ya gengs, uasnya🖤 yang mau gabung ke grup Pembaca Nyasar Cerita Alipe bisa chat ke salah satu nomor ini yaa, Ismail: 088704055602 atau Ism Nabila: 085256589257

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Grup pembaca nyasar yang suka gonta-ganti nama sesuai keadaan wkwk btw semangat ya gengs, uasnya🖤 yang mau gabung ke grup Pembaca Nyasar Cerita Alipe bisa chat ke salah satu nomor ini yaa, Ismail: 088704055602 atau Ism Nabila: 085256589257. Ditunggu kedatangannya ehehe

Salam, Alipe, Duta Klepon.

SHELTER (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora