1. Encounter

35.7K 2.1K 470
                                    

Encounter /ɪnˈkaʊntə,ɛnˈkaʊntə/

an unexpected or casual meeting with someone

.

.

.

.

.

.

Jungkook terduduk di depan 7 Eleven Hillsdale, map kuning besar diapitnya di tangan kiri. Ia sudah membawa-bawa map itu sejak pagi, berharap ada satu saja toko bersedia menerimanya sebagai pekerja part-time. Tapi tentu saja tidak satupun bersedia menerimanya. Ia belum lulus sekolah, meskipun itulah alasan kenapa Jungkook hanya menginginkan pekerjaan paruh waktu, karena ia tahu hanya tipe pekerjaan itu yang mungkin masih bersedia menerima pelajar tingkat dua sepertinya.

Tapi nyatanya...

Detroit memang bukan kota yang ramah pekerja.

Berbagai alasan diterimanya. Wajah yang tidak menarik, tinggi badan kurang, berat badan tidak cukup menakutkan, terlalu ringkih- dan sederet komentar rasis lainnya.

Aku sudah berusaha...

Jungkook menatap sekelilingnya sendu. Kota ini penuh debu, asap, sengak aroma rokok dimana-mana dan mungkin bau pesing di pinggir-pinggir jalan. Hillsdale bukan kota besar, tidak semaju Battle Creek, Forth Wayne, atau Michigan. Tingkat kriminalnya yang tinggi dan geng motor yang terkenal hingga ke Washington DC membuat kota ini dicoret dari map turis. Tidak ada yang menarik turis untuk datang ke kota ini.

Jungkook bahkan tidak paham bagaimana ia bisa berakhir di kota ini.

Ia tidak punya darah Amerika, Eropa, atau sedikit saja Australia. Dalam sekali kedipan mata, siapapun tahu Jungkook bukan orang Kaukasia. Dan namanya, Jeon Jungkook...

Sialan. Hanya 10 orang dari semua orang yang pertama kali berkenalan dengannya bisa mengeja nama itu dengan benar. Sisanya memutuskan untuk menulis Jeon sebagai John, dan Kook sebagai Cook. Meskipun jika dilafalkan terdengar sama, tapi Jungkook tetap jengkel bila seseorang melakukan itu padanya.

15 tahun lalu lembaga penampungan anak di Korea Selatan memutuskan untuk membuangnya ke Amerika. Negara itu tengah berkonflik saat Jungkook bahkan belum bisa bicara. Mereka melakukan itu dengan harapan bayi yatim-piatu bernama Jeon Jungkook bisa menemukan keluarga dan orangtua baru. Di Negara baru, di kota baru, yang lebih damai dan merdeka.

Mereka membuangnya kemari, dengan wajah Korea ini, nama Korea ini, tanpa sedikitpun pengetahuan dan kemampuan berbahasa Korea. Selama 15 tahun ia dirawat oleh Gereja Pemerintah Detroit, dan tidak satupun pasangan orangtua yang datang memilih Jungkook. Mungkin ada dua satu mata meliriknya, tapi saat melihat rambut emas dan wajah Kaukasia anak lainnya, rambut gelap Jungkook redam oleh cahaya mereka.

Selama lima tahun terakhir sebenarnya peminat akan anak-anak asia dan anak-anak Nigeria mulai meningkat. Sejak presiden Obama memerintah Amerika, tiba-tiba saja semua orang bicara tentang pluralisme. Tapi sudah terlambat bagi Jungkook, ia sudah tumbuh melewati usia favorit adopter. Ditambah lagi alasan lain tentang dirinya, membuat kesempatannya untuk diadopsi semakin punah. Tidak ada satupun pasangan suami-istri mau mengadopsinya setelah mengetahui fakta itu.

Sekarang tiga bulan sebelum ia ditendang dari Gereja, Jungkook harus menemukan pekerjaan yang tepat. Tidak sejahat itu sesungguhnya, tapi Pengurus Gereja sudah sangat lembut mengatakan bahwa tiga bulan lagi batas kewajiban Gereja untuk menampungnya akan berakhir. Jungkook harus menemukan pekerjaan sebelum tiga bulan, setidaknya cukup membayar kos untuk tempatnya hidup, dan cukup memberinya makan di luar makan siang sekolah. Pemerintah tetap akan membiayai sekolah Jungkook, hingga ia lulus SMA. Tapi Jungkook merasa seperti dipaksa mengalami dewasa sebelum waktunya, tepat saat teman-temannya masih menikmati Legend of Zelda dan Pokemon Go.

Criminal Minds - BravenWhere stories live. Discover now