"Hanya sementara, Arya. Sampai ayahmu tenang, kasihan adikmu."
"Tapi lusa ulang tahunku, Bu!"
"Ibu tahu, Sayang. Ibu sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk pesta nanti. Ibu juga sudah--"
"Aku tidak butuh pesta! Aku butuh ibu!" Arya tergemap, kali ini air matanya tidak terbendung lagi. "Bagaimana mungkin ibu ingin pergi di saat aku butuh dukungan?! Ibu lebih menyayangi Rama daripada aku?!"
Rama yang berada dalam pelukan sang ibu terbangun. Matanya yang sembab dan sayu seketika berbinar melihat Arya di hadapannya.
"Kakak! Kakak sudah pulang? Kakak capek? Kakak sudah makan?"
Seolah disayat sembilu, Arya diam tanpa kata. Ia memalingkan wajah, menghapus sisa air matanya. Rama kemudian turun dan menarik-narik lengan almamaternya. "Ibu belikan aku buku cerita baru, Kak! Ayo baca sama-sama! Hadiah posternya untuk kakak saja. Kakak jangan marah lagi, ya?"
Arya menatap Rama dengan pilu, rongga dadanya terasa sesak. Di satu sisi, ia benar-benar menyayangi Rama. Namun menyadari keluarga harmonisnya yang hancur karena status adiknya tersebut, sisi lain di hatinya turut menyesalkan kehadirannya. Ditambah dengan keberpihakan ibunya barusan.
"Kakak masih marah? Kalau begitu bukunya untuk kakak juga, tapi nanti Rama pinjam sebentar. Boleh ya, Kak?"
"Cerewet! Berhenti memanggilku kakak! Kamu bukan adikku!" Arya menggertak.
Rama yang terkejut langsung meringsut kembali ke pelukan ibunya, membenamkan wajahnya dalam-dalam sambil sesunggukan. "Huhuhu ...! Ibu, kakak marah lagi! Kakak sudah tidak sayang Rama juga!"
Sang ibu menenangkan Rama kemudian menahan Arya yang sudah siap mengambil langkah.
"Sayang, dengarkan ibu dulu. Ibu tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Ibu menyayangimu kamu dan Rama lebih dari diri ibu sendiri. Tapi Rama masih kecil, adikmu ini butuh ibu."
"Lalu ibu pikir aku tidak butuh ibu?! Ibu tega meninggalkan aku dan ayah demi anak haram ini?!"
"Adikmu bukan anak haram, Arya! Dia anak ibu juga!"
"Dari orang lain yang bukan ayah?!"
"Aryatama Krishna!"
"Cukup, Ibu! Kalau ibu ingin pergi, pergi saja! Tidak usah kembali lagi!" Arya melepas tangan ibunya, emosi telah berhasil membuatnya melawan kata hati untuk meminta sang ibu agar tetap tinggal dan tidak pergi.
Arya tidak tahu, perkataannya saat itu akan menjadi penyesalan terbesar baginya seumur hidup. Sebab setelah itu, ibunya benar-benar tidak pernah kembali lagi.
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛
Chelia menatap Arya tanpa berkedip, mengabaikan sensasi panas yang mulai merebak di permukaan kedua netranya yang gersang akibat penguapan berlebihan. Chelia tidak menyangka bahwa Arya benar merupakan kakak dari Rama. Dengan begitu, ada hubungan persahabatan sekaligus ikatan persaudaraan antara dirinya, Rama, dan Rean, dengan Riva, Arya, dan Vian. Suatu takdir yang sempurna.
Belakangan ini Chelia memang sudah menduga ada sesuatu yang ganjil antara Rama dan Arya. Chelia sudah beberapa kali mendapati Rama menjahili Arya, termasuk mengetuk pintu ruang kerjanya kemudian kabur begitu saja, meriasi pamflet wajah dekan tersebut dengan kumis dan brewok menggunakan spidol permanen, bahkan mengambil alih lahan parkirnya. Jelas tidak akan berani dilakukan oleh tipikal mahasiswa manapun, tanpa hubungan khusus. Ditambah dengan sepatu Arya yang ada di mobil Rama kemarin.
ESTÁS LEYENDO
Prescriptio☕
Misterio / SuspensoMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
12. Notix ☕
Comenzar desde el principio
