Masa Lalu 02

4.1K 313 3
                                    

Terimakasih telah berlangganan dengan game kami~

"Dimana Albertine?"Tanya Hydralia sesampainya ditempat pengungsian kedua sahabatnya.

Kondisi kota saat ini benar-benar sudah kacau. Kerajaan Albert ayahnya Albertine mengalami perpecahan besar. Kerajaan Allendra benar-benar licik, ia memanfaatkan kelemahan Albert dan berusaha mengalahkannya.

"Aku tidak tahu, yang ku tahu ia telah di bawa pergi dari sini ke tempat yang jauh" Ujar Farline

⌚⌚⌚

"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi dari sini!" Teriak Allexandrina meskipun begitu hirauannya tak pernah di hiraukan.

Dengan frustasi gadis itu jatuh terduduk tak berdaya, airmatanya tak berhenti semenjak tadi. Mendengar bahwa kakaknya berlaku kejam pada kerajaan Albert membuat gadis itu merasa dilanda rasa bersalah yang amat besar.

Sebuah ide tiba-tiba muncul dibenak Allexandrina, cara agar ia bisa lepas dari sini.

⌚⌚⌚

"Kakak! Apa yang kau lakukan!" Teriak Albertine saat ia melihat sang kakak dengan sengaja ia melukai tangannya dengan pedang yang ia bawa dihadapan Albertine.

"Ayah sedang butuh bantuan saat ini, Allexandra melakukan hal licik kepada kerajaan kita"Ujar Albertstone kepada sang adik.

"Kak" Ujar gadis tersebut lirih, menahan tangisan. Ia merasa bersalah kepada semua orang. Ayah, Kakak, serta para penduduknya saat ini.

Tahu adiknya merasa sedih, Albertstone tersenyum lembut kepada sang adik dan beralih memegang kedua pipi sang adik dengan salah satu tangan yang berlumur darah.

"Semua akan baik-baik saja, kau tahu aku merasa beruntung memilikimu. Meski aku sebenarnya harus kehilangan ibu dengan kedatanganmu Albertine" Ujar sang kakak sambil mengusap kedua airmata adiknya yang telah mengalir deras.

Memang, Ibunya Albertine. Ratu kerajaan Albert meninggalkan dunia agar sang putri Albertine lahir ke dunia. Salah satu pengorbanan besar seorang ibu untuk anaknya.

"Aku merasa kehadiran ibu selalu ada berkat kau Albertine, maka dari itu aku tak ingin kau merasakan kesedihan, meski nanti–" Albertstone menggantungkan kata-katanya.

"Meski nanti Aku dan Ayah tak bisa kembali lagi" Ujar pria tersebut dengan senyuman tulusnya. Membuat hati Albertine terasa tersayat lebih mendalam. Ia tidak kuasa jika nantinya ia juga akan kehilangan sang kakak yang selama ini selalu menjaganya.

"Tidak! Mengapa kau berbicara seperti itu! Berjanjilah padaku kau akan kembali dengan selamat kak!" Tegas gadis itu dengan airmata yang mengalir dari kedua mata biru yang bercampur dengan warna cokelat indah yang diturunkan oleh ibunya.

Albertstone langsung memeluk sang adik dengan kuat, membawanya kedalam pelukan, yang mungkin saja ini akan menjadi akhir darinya.

"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku pasti akan datang untuk melindungimu setiap saat" Ujar sang kakak sambil melepaskan sebuah kalung permata berwarna hijau terang kegelapan yang tergantung di lehernya dan memberikannya kepada Albertine.

"Jaga ini baik-baik. Meski bukan sekarang, dikehidupan selanjutnya aku akan datang kembali untukmu adikku" Ujarnya sambil memegang tangan sang adik.

"Kak, ku mohon apapun yang terjadi, bertahanlah demi aku, kak" Ujar gadis tersebut dan menggenggam tangan sang kakak dengan kuat.

"Dan kakak mohon apapun yang terjadi, bertahanlah demi kakak, ayah, dan ibu. Kau berhak untuk bahagia Albertine" Ujar sang kakak sambil mengusap kepala sang adik.

"Pergilah ke arah timur, kau akan bertemu dengan desa Sannarga. Aku mempunyai salah seorang yang sangatku segani dan berikan ini padanya" Albertstone memberikan sepucuk surat.

"Katakan kau adalah adikku, Albertine. Dan tinggallah bersamanya, kau aman dari Allexandra jika berada dibawah kendalinya" Ujar Albertstone. Ia memeluk gadis tersebut sebagai tanda perpisahannya.

Sesuai perintah Albertstone, beberapa pelayan wanita membawa Albertine pergi dan diiringi dengan beberapa pengawal.

Setelah kepergian Albertine, sebuah panah menusuk punggung tegapnya Albertstone. Dan yah, saat ini yang ada didepannya adalah Allexandra. Calon adik ipar yang menjadi musuhnya saat ini.

"Hai kakak ipar, sepertinya kau lengah dan tidak menyambutku, ngomong-ngomong dimana Albertine? Kenapa kau selalu menyusahkanku untuk memiliki adikmu?" Tanya Allexandra secara beruntun.

Albertstone langsung mencabut panah tersebut dan beralih mengeluarkan pedang panjangnya dengan mata yang bekobaran api Albertstone berteriak yang menjadi awal peperangan tersebut.

Tbc
Hailohaaa Author gaje back lagi dengan cerita gaje nya. Maafkan Author kalau tidak suka dengan cerita nya.
Jangan lupa Vote, Comment, dan follow akun Author ya:) Arigato.

REINKARNASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang