"Benarkah?"
"Ya. Aku akan baik-baik saja. Jangan khawatir begitu."
Chelia menghembuskan napas lega lalu meraih beberapa blister obat di nakas. Hari ini libur akhir pekan dan ia menunggui Rean seorang diri saja. Edward sudah sibuk di HMJ sejak pagi, Naya tetap dengan urusannya sebagai panitia Dies Natalis, Cassy ada janji dengan ibunya, sementara Erva masih dijemput Rama. Sebelumnya Erva yang sudah membersihkan kamar memberi kabar untuk menggunakan bentor sebagai armada untuk ke rumah Rama, namun Rama maupun Rean tidak memberi izin.
"Sudah waktunya minum obat, Rean." Chelia menyodorkan segelas air juga beberapa tablet analgesik dan antibiotik. Sejujurnya, tinggal berdua dengan Rean membuatnya sedikit gugup. Chelia bukannya takut Rean macam-macam padanya. Rean bukan tipikal laki-laki yang seperti itu, hanya saja ia merasa sungkan berada di kamar Rean dan berduaan tanpa teman-temannya yang lain. Lagipula setelah Riva--kakak semata wayangnya, Rean, Rama, serta Edward adalah laki-laki yang sangat Chelia percaya.
Rean menurut saja dan meminum obatnya dengan tenang. Berbeda dengan Rama yang harus banyak drama dulu. Chelia merasa lucu mengingat negosiasi Rama dan Vian saat dokter penanggungjawab poliklinik itu memberikan obat berbentuk tablet. Rama meminta untuk diresepkan tablet kunyah, namun berhubung obat anti-nyeri yang diberikan Vian tidak diformulasikan dalam bentuk tablet kunyah karena sifat asli senyawanya yang pahit, Rama akhirnya memilih sediaan sirup meski harus meminum dua sendok sekaligus agar dosisnya tercapai. Itupun harus yang rasa stroberi. Rama bilang tidak suka rasa jeruk. Masa jeruk minum jeruk, katanya.
"Kenapa, Rean?" tanya Chelia saat Rean menggerakkan bahunya dan terlihat kurang nyaman.
"Perbanku terlepas. Sepertinya harus diganti."
"Ah, iya! Harusnya dari tadi!" Chelia bersegera membuka laci nakas dan mengambil plester steril. "Perbanmu harus diganti sebelum infeksi."
Rean mengangguk dan mengusap tengkuknya. "Tolong ya, Chelly."
Chelia mengangguk yakin, namun sedetik kemudian wajahnya langsung memerah begitu menyadari luka Rean berada di bagian punggung. Terlebih saat Rean mulai menarik ujung baju kaos yang dipakainya. Chelia sudah akan memalingkan muka bila saja Rean tidak mendesis karena bajunya yang tersangkut.
"Si-sini kubantu." Chelia mengangkat perlahan baju Rean hingga berhasil melewati punggungnya.
"Maaf ya, merepotkan."
"Ti-tidak! Tidak apa-apa!" Chelia mengalihkan pandangannya dari Rean yang sekarang bertelanjang dada dengan rambut acak-acakan. Tubuh Rean atletis khas seorang profesional bela diri. Pundaknya lebar, otot-otot lengannya pun terbentuk namun tidak terlalu kekar, proporsinya terlihat begitu seimbang. Chelia menunduk, tidak berani melihat lebih jauh dari itu. Ia mungkin sudah terbiasa melihat Riva dalam penampilan yang sama, namun tentu saja pada Rean hal tersebut berbeda. Untuk itu ia memilih menyibukkan diri dengan mengutak-atik kotak obat.
"Perbannya kubuka, ya." izin Chelia pada Rean yang mengambil posisi membelakanginya. Dengan perlahan ia membuka perban yang menutupi luka di punggung Rean. Tangannya sampai gemetar antara hati-hati, gugup, dan malu. Setelah membungkus perban bekas tersebut menggunakan plastik, Chelia mulai membersihkan area di sekitar jahitan dengan antiseptik lalu membalutnya kembali dengan absorbent pad.
"Terima kasih, Chelly." Tanpa aba-aba Rean berbalik, menampakkan bagian perutnya yang terbentuk sempurna. Chelia yang membersihkan tangannya menoleh dan terkesiap. Botol berisi cairan antiseptik yang digunakannya bergetar. Isinya tumpah tepat di atas celana Rean.
"Ah! Ma-maaf, Rean!" Chelia menutup matanya dengan kedua tangan. "A-aku ambilkan handuk dulu!" serunya lalu berlari keluar kamar dengan wajah merah padam. Sebentar kemudian ia muncul dan menyerahkan handuk serta sebuah boxer dari jemuran. Sebelah tangannya dibawa ke depan untuk menutupi mata.
"I-ini, Rean! Maaf ya, tapi ganti sendiri!" Chelia membungkuk pada Rean dengan mata tertutup lalu kembali keluar kamar, kali ini dengan menutup pintu.
Rean terdiam di tempat sambil memandangi boxer berwarna kuning dengan motif minion dan pisang yang diberi Chelia. Boxer milik Edward itu baru kemarin dicuci Rama.
"Dasar Chelly, menggemaskan sekali!" Bahu Rean berguncang menahan geli. "Mana mungkin juga aku minta digantikan."
☕☕☕
TBC
.
.
.
Prescriptio Notes 📑
Analgesik : Kelompok obat pereda nyeri. Terdiri dari golongan steroid, non-steroid, dan narkotika (dengan resep dokter)
KAMU SEDANG MEMBACA
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
09. Suspicio ☕
Mulai dari awal
