Menjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka.
Ketika persahabatan diuji oleh...
Rama menyengir. "Habis tulang rusuknya genap, Sweetheart. Kalau laki-laki kan kurang satu."
Chelia mendengar dirinya tertawa. "Memang tulang rusuk kamu kurang satu?"
Rama mengangguk mantap. "Iya, Sweetheart, kan satunya dipakai untuk menciptakan kamu."
Rean mengetuk kepala Rama dengan gulungan kertas. "Sembarangan! Memangnya kamu itu Nabi Adam!"
"Lho, jadi tulang rusuk kita nggak kurang satu, ya?" Rama bertanya pada Rean sambil meraba-raba bagian dada dan perutnya yang rata, mencoba menghitung tulang rusuk di sana.
"Kamu benar-benar percaya ungkapan itu?!" Rean menghela napas frustrasi. "Tulang rusuk manusia itu jumlahnya dua belas pasang, baik laki-laki maupun perempuan!"
"Makanya jangan tidur kalau kuliah!" cela Naya.
Rama hanya meringis lalu kembali berusaha menghitung rusuknya, namun nihil karena terhalang oleh otot abdomen perutnya yang terbentuk.
"Kira-kira Kak Vian masih ada di Poliklinik nggak, ya?"
Rean yang mulai mengatur sediian semisolid menoleh, Alvian atau kerap disapa dokter Al itu adalah kakak sepupunya. Meski jam kantor hanya sebatas pukul 4 sore, dokter muda kebanggan keluarganya itu biasanya menunggu kampus ditutup sampai semua mahasiswa pulang.
"Mungkin. Kak Vian biasanya pulang sehabis sholat magrib berjamaah di mushollah, kenapa?"
"Aku mau coba rontgen tulang rusuk, nanti beneran kurang satu!"
"Demi Tuhan, Rama!"
Chelia menikmati alur perbincangan tersebut sambil sesekali cekikikan. Setelah meletakkan tulang pergelangan tangan terakhir, Chelia merasakan dirinya berjalan menuju kardus berisi obat kedaluwarsa yang dipisahkan Edward dan Rean dari lemari. Chelia mengamati obat yang terbuang sia-sia itu.
Ini adalah momen yang Chelia tunggu, saat tangannya bergerak mengambil sebuah kotak obat penenang berisi berisi dua strip tablet. Chelia menilik kotak berwarna putih dengan bis kuning tersebut. Ia bisa melihat bekas segel yang sedikit merusak kemasan, persis seperti gambar di foto tadi.
Chelia membalikkan kemasan tersebut, terdapat nomor registrasi beserta barcode dua dimensi berisi informasi nomor batch, tanggal kedaluarsa, dan nomor produk. Meski tidak bisa menerjemahkan infromasi di dalamnya, Chelia bisa merekam sempurna pola dari titik dan persegi QR kode tersebut. Mulai dari kemasan, nomor registrasi, sampai matriks dalam barcode, semua menunjukkan kesamaan dengan obat di artikel tadi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Chelia membuka mata dengan napas memburu. Untuk memperkuat praduganya, Chelia membuka lemari arsip, berniat menemukan catatan stok obat. Sayangnya berdasarkan keterangan Naya, obat kedaluwarsa tidak dimasukkan dalam pencatatan lagi.
Chelia kemudian menuju laboratorium kimia dan mengeluarkan satu per satu obat dari kardus. Semua ada, kecuali kemasan dengan bis kuning tersebut. Chelia membuka daftar bahan yang telah digunakan, namun obat hipnotik tersebut pun tidak ada dalam list. Tidak salah lagi, obat yang dikatakan Edward hilang kemarin adalah obat yang diminum korban.