Satu: Temu

1.4K 62 11
                                    

Hi!
Baru baca atau baca ulang?

Ada gak sih yang agak kecewa sebelumnya cerita ini aku unpublish? Aku pesimis soal ini, kayaknya gak ada.

Ini revisi pertama dari kisah Chaca. Meski banyak adegan yang aku ubah, garis besar konfliknya masih sama. Soal ending? Aku hanya mau ngasih spoiler kalau ending kali ini bukan di bab 30.

Itu aja yang mau aku katakan di bab ini. Selamat membaca! ^^

+++

Chaca Indrawari

"Kenapa lo kemarin gak masuk?" Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh lelaki yang berjalan di sampingku.

Dia Alza. Aku gak tahu nama lengkapnya dan selama bertemu denganku dia gak make nametag. Entah hilang atau sengaja dicopot. Tapi, aku tahu dia kelas IPA dan sama sepertiku kelas sebelas.

Pertama kali aku mengenal Alza di acara bazar empat bulan lalu sebagai panitia.

Aku kira setelah urusan bazar selesai, hubungan kami pun berakhir. Namun, Alza selalu saja menyapaku di sekolah ketika kita bertemu, lalu mengajakku mengobrol. Hingga sekarang kita menjadi teman.

"Kemarin badan gua panas dan kadang bersin-bersin jadi gua gak diizin masuk sekolah." Aku menjawab pertanyaan sesaat setelah dia bertanya.

"Terus sekarang udah mendingan?" Aku mengangguk. "Syukurlah. Kalau lo ngerasa masih gak enak badan, izin aja ke UKS, ya." Entah mengapa aku bisa merasakan detak jantungku.

Aku tidak ingat sejak kapan ketika aku bersama Alza terkadang jantungku tidak berdetak seperti biasanya. Padahal aku baru mengenalnya. Tapi, mengapa seakan ada yang merubah dari diriku? Dan sebelum itu benar-benar berubah, aku akan mencegahnya karena aku tahu hal apa yang akan berbeda.

Aku mengerling Alza. Detak jantungku tak kunjung normal. Aku harus berusaha, kalau perlu berusaha lebih keras agar tidak ada yang berubah antara aku dan Alza.

"Gua ke kelas duluan, ya," tambahku. Kemudian kembali melangkah sambil membatin, "Ca, ingat gak boleh bawa perasaan. Jangan sampai terjun ke pesona Alza. Dia khawatir wajar karena lo tuh temannya. Jangan geer dan baper ...."

Celotehanku dalam hati terhenti ketika berbelok ke kiri pandanganku menemukan siswa yang berdiri beberapa meter di depanku. Kedua kakiku dan dia seakan kompak berhenti. Bahkan manik mata milik aku ataupun dia saling bertubrukan. Saat siswa tersebut melangkah, aku malah diam di tempat.

Aku benar-benar bergeming memandangnya yang terus berjalan ke arahku sehingga jarak beberapa meter tadi kian mengecil.

Apa ini halusinasiku? Sebab yang aku lihat pemuda itu adalah Boy, lelaki yang satu SMP denganku dan cinta pertamaku.

Entah mengapa terasa begitu cepat pemuda tersebut telah berdiri dua langkah di depanku. Kemudian aku menangkap suaranya memanggilku.

Astaga aku sungguh ingat itu suara khas milik Boy dan dalam pandanganku, dia terlihat jelas Boy karena keberadaan sudah dekat padaku. Tapi, apa ini sungguh nyata? Aku masih belum percaya bahwa setelah lebih dari setahun aku kembali bertemu dengannya di tempat tidak terduga ini.

"Lo anak baru di sini?" suara tersebut menamparku sampai aku sadar ini adalah sungguhan, bukan bayangan yang kubuat-buat.

"Gak. Sejak awal gua sekolah di sini."

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang