Lima: Situasi

356 23 2
                                    

Chaca Indrawari

Sekarang aku sedang menunggu Alza beli minuman. Kami berdua berada di kantin. Baru saja menghabiskan semangkuk bakso masing-masing di istirahat kedua ini.

Dia memberikanku sebotol air putih sebelum duduk kembali di sampingku.

Saat mau aku buka, ternyata penutupnya mau sudah tidak segel. "Tadi udah gua buka duluan di sana."

Alza seakan bisa baca pikiranku, ucapannya membuatku tidak jadi bertanya. Melainkan berkata, "Makasih."

"Sama-sama." Aku langsung meminum air botolnya. Sedangkan dia menuangkannya ke dalam gelas sisa es batu bekas es teh tadi.

Setelah meneguk gelasnya dua kali, Alza bertanya padaku. "Jadi lo dua bersaudara, Cha?"

Aku menggeleng. "Tiga. Tapi, gua tetep anak terakhir."

Dari sebelum bazar dimulai, Alza sempat beberapa kali datang ke rumah untuk membahas soal bazar.

Awalnya karena aku lupa membawa laptop dan pas kembali pulang, laptopnya lowbat. Ayah yang sedang di rumah menyuruhku untuk mengejarkan bazarnya di rumah saja. Jadi, Alza bertemu dengan Ayah dan Bang Al.

"Satunya udah nikah, ya?"

"Belum." Aku menjeda ucapanku. Rasanya ingin sekali mengatakan keluargaku yang sebenernya. Aku belum pernah curhat ke Alza soal apapun.

Tapi, karena aku merasa kami makin dekat, aku mau setidaknya menceritakan satu hal ini. "Abang gua satunya ikut Ibu," lanjutku yang ditangkap cepat oleh Alza.

"Ikut Ibu?"

Aku mengangguk. "Keluarga gua misah sejak gua lulus SD. Bang Abi yang cuma ikut Ibu. Sisanya ikut Ayah." Aku menatap air yang sisa setengah sehabis kuminum tadi. Memegang botol tersebut dengan kedua tanganku di atas meja.

Sesaat kemudian suara Alza mengakibatkan kepalaku mendongak. "Gua sebagian paham rasanya. Karna yang gua alami juga cuma memilih mau ikut yang mana."

"Gua tinggal sama Ibu berdua aja udah tiga tahunan," lanjutnya. Aku hanya terdiam mengetahui Alza pun mengalami perceraian orang tua. "Karena anak tunggal, gua gak tau rasanya punya saudara sekeluarga dan rasanya berpisah sama mereka." Alza membalas tatapanku dan berhenti berbicara.

"Oh? Ternyata kita hampir sama, ya." Aku kembali menatap botol dan memainkannya pelan. Lalu melanjutkan ucapan, "Tapi, gua berharap orang tua kita walaupun pisah masih bisa berteman baik. Biar kita anak-anaknya kalau ketemu gak susah." Alza mengangguk.

"Bang Al abang lo yang keberapa?"

"Kedua. Yang pertama sama Ibu di Bandung."

"Oh... orang Bandung?" Aku mengangguk. "Pantes anak cewenya cantik manis." Aku menoleh mendapati Alza tersenyum lebar dan aku pun ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Kalau lo sendiri orang tua asli mana?"

"Jakarta dua-duanya. Cuma beda kota aja." Aku mengangguk paham. Lalu kami berlanjut mengobrolkan keluarga masing-masing.

Sampai beberapa menit kemudian, ada pesan masuk dari Friska. Dia memintaku untuk datang ke kelas. Jadi, Alza pamit lebih dulu sebelum aku menghabiskan minuman dan pergi ke yang lainnya.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 22, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Your LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora