THE BLACK PRINCE

134 13 4
                                    

Alan tersenyum sendiri di ruangan kantornya yang mewah dan elegan. Kantor bernuansa krem yang cozy dengan furniture minimalis serta mengkilap, menambah kesan mahal pada barang-barang itu. Alunan musik klasik selalu terdengar sayup-sayup di ruangan itu. Alan merasa lebih bersemangat bekerja saat mendengarkan komposisi Chopin atau Beethoven menemaninya. Alan juga selalu memasang aromatherapy lavender yang membuatnya lebih rileks dan betah di kantornya. Hal ini karena Alan sering sekali tidak tahan berlama-lama di kantor dan ingin langsung pergi untuk bersenang-senang. Namun semenjak Claire memutuskan pertunangan dengannya, Alan merasa ini sudah saatnya ia sedikit berubah. Dia harus sedikit lebih betah di kantor. Well... sedikit saja.

Alan memilih kantor di lantai paling atas gedung perkantoran milik ayahnya yang kini diberikan padanya saat ulang tahun ke 27. Berbeda dengan Claire yang menyukai pemandangan kantor ke arah taman atau pohon besar, Alan lebih menyukai pemandangan hutan beton di sekeliling kantornya. Pemandangan sinar matahari sore yang membentuk bayang-bayang hutan beton adalah salah satu hal favorit Alan. Melihat lalu lalang kendaraan yang nampak seperti mainan dari jendela kantornya membuat Alan merasa jadi penguasa dunia.

Siang ini Alan membayangkan pesta ulang tahunnya yang akan diadakan di Horizon Hotel. Pihak event organizer yang dia sewa sudah beberapa kali menemuinya untuk mendiskusikan konsep pesta yang mewah dan elegan. Alan ingin pesta ulang tahunnya semeriah mungkin agar rencana yang sudah dia susun berjalan dengan baik.

Ya. Sebenarnya pesta ulang tahun itu hanya alasan Alan untuk dapat berjumpa dengan Claire. Alan masih tidak bisa melupakan Claire. Keunikan kepribadian Claire yang berbeda dengan semua wanita yang pernah dia dekati membuat Alan benar-benar jatuh hati.

Claire mempunyai harga diri yang tinggi dan dia selalu tampil berkelas. Claire juga wanita mandiri dan cerdas. Kecerdasan dan pengetahuan Claire yang luas membuat segala topik pembicaraan yang Alan mulai selalu mendapat tanggapan yang memuaskan. Claire seperti mengetahui hampir semua hal. Jarang sekali Claire berkata dia tidak mengetahui suatu topik pembicaraan. Mulai dunia bisnis, politik, hiburan, olahraga, hobby, sampai kepada pengetahuan tentang mesin mobil-mobil sport, mampu Claire pahami tanpa kesulitan berarti. Claire juga bisa memberikan opini dengan dasar yang jelas sehingga nampak sekali bahwa ia sangat memahami apa yang ia katakan.

Meski seorang wanita kaya raya, Claire sama sekali bukan wanita manja. Dia mampu mengurus dirinya dan kerajaan bisnisnya tanpa campur tangan Papanya yang sudah lebih dulu memulai usaha. Claire selalu pandai melihat peluang dan tidak pernah ragu saat mengambil keputusan.

Semua hal itu membuat Alan sangat menyesal telah menghianati Claire dengan pergi berlibur bersama Fiona si model super cantik tapi kosong otaknya. Fiona sama sekali bukan tandingan Claire. Fiona hanya bagus untuk pajangan. Membanggakan saat dipamerkan kecantikan fisiknya. Tapi saat benar-benar mengenalnya sebagai pribadi, Fiona hanyalah boneka cantik tanpa isi. Fiona menuntut untuk selalu dimanjakan. Terlebih lagi, ia sama sekali bukan teman diskusi dan ngobrol yang menarik. Fiona hanya tahu informasi gosip artis, dan tas-tas mahal keluaran terbaru. Selain hal itu, Fiona sama sekali tidak bisa menanggapi cerita Alan yang bervariasi.

Mendengar kabar bahwa Claire juga masih tetap melajang setelah memutuskan pertunangan dengan Alan, membuat Alan merasa masih mempunyai harapan untuk kembali bersama Claire. Karenanya, Alan merencakan pesta ulang tahunnya sebagai sarana agar Alan bisa mendapatkan hati Claire kembali.

Handphone Alan berbunyi.

Alan melirik layarnya untuk mengetahui siapa yang menelponnya.

Aluna.

Salah satu gadis manja anak dari rekan bisnis ayahnya yang akhir-akhir ini gencar sekali mendekati Alan. Gayanya yang manja, rambut keriting panjang yang selalu tertata sempurna, serta kemewahan benda yang tersemat di seluruh badannya membuat orang-orang langsung mengetahui bahwa Aluna berasal dari keluarga kaya yang tidak pandai mendidik anak-anaknya. Tapi Aluna memang sangat cantik dan semampai. Meski bukan seorang model profesional, Aluna beberapa kali dimintai tolong beberapa desainer pakaian untuk menjadi modelnya.

Alan memutuskan untuk menerima telpon darinya.

"Halo?" ujar Alan.

"Hai, Sweetie. Malam ini temani aku beli sepatu, dong! Semua sepatuku sudah nampak usang." cerocos Aluna dengan suara manja.

"Bukannya kamu baru beli sepatu 3 hari lalu?" tanya Alan heran.

"Iya. Tapi aku belum punya sepatu untuk datang ke pestamu, Sweetie." jawab Aluna polos.

"Ah, begitu rupanya. Tapi maafkan aku. Aku sedang banyak pekerjaan di kantor. Dan lagi persiapan pestaku membuat aku sering berurusan dengan event organizernya," jelas Alan beralasan. "So I'm sorry, Aluna. Aku nggak bisa menemanimu."

"Loh, kok gitu siiiih..." erang Aluna kecewa. "Beneran kamu lagi sibuk?"

"Yes." sahut Alan singkat.

" Bukan pergi sama model baru dari Uzbekistan itu, si Katrina?" selidik Aluna.

Alan terkekeh.

"Meskipun seandainya memang benar aku pergi bersama Katrina, bukankah itu bukan urusanmu, Aluna sayang?" jawab Alan santai.

"Kamu memang menyebalkan." sahut Aluna kesal lalu memutuskan pembicaraan.

Alan tersenyum sendiri setelah meletakkan handphonenya kembali. Alan cukup terkejut mengetahui bahwa Aluna ternyata sudah mendapat kabar tentang kedekatannya dengan Katrina, model bermata biru yang sangat cantik seperti boneka. Padahal tidak banyak yang tahu tentang hal itu. Rupanya Aluna benar-benar serius mendekati dirinya.

Bagi Alan, wanita yang membuat dirinya jatuh hati hanyalah Claire. Tapi itu bukan berarti Alan tidak lagi menikmati kesenangannya pergi makan atau berbelanja bersama gadis-gadis cantik yang dia temui di berbagai acara.

Alan sadar bahwa jika ia ingin mendapatkan kembali Claire di sisinya ia harus merubah kegemarannya dekat dengan gadis-gadis lain. Tapi untuk saat ini rasanya sulit bagi diri Alan untuk meninggalkan kegemarannya yang satu itu.

Handphone Alan kembali berbunyi.
Alan meraih handphonenya itu untuk melihat siapa peneleponnya.

Mario.

Alan langsung menerima telepon dari sahabatnya itu.

"Halo, Mario." sahut Alan.

"Hai. Bro, gawat bro!" jawab Mario buru-buru.

"Ada apa?" tanya Alan penasaran.

"Aku dengar kabar dari Ariana, bahwa Claire punya kekasih baru!" jelas Mario tanpa basa-basi.

Mendengar itu, Alan merasa dirinya baru tersambar petir. Rasanya dia tidak bisa berpikir jernih.

Claire... punya pacar?

CLASSY MEANS BEAUTIFULWhere stories live. Discover now