THE ICE PRINCESS

169 20 0
                                    

Rumah besar bercat putih dengan pilar-pilar raksasa mulai terlihat di jendela mobil Claire. Itu adalah rumahnya. Rumah tempat dia tinggal sendirian tanpa ditemani oleh keluarganya. Rumah besar itu hanya dihuni tujuh orang saja. Claire, Mbak Tun si juru masak, Bu Prap, Mbak Pur, Mbak Diah yang membersihkan rumah, Pak Eman si tukang kebun, dan Pak Darno si satpam.

Claire lahir dan besar di rumah itu. Saat masih kecil, Claire suka bermain di halamannya yang luas. Berlarian mengejar kupu-kupu atau mencari belalang di antara rerumputan. Meski Mamanya sering melarang Claire bermain di sana karena kuatir tersengat tawon atau digigit serangga, Claire tidak peduli. Karena bagi Claire  tidak ada lagi teman bermain paling seru selain kupu-kupu dan belalang di halamannya. Claire jarang bertemu teman-teman seumurannya saat itu. Karena mereka hanya bisa bertemu di acara-acara resmi orang tua mereka. Itu pun hanya satu sampai dua jam saja.

Akhirnya Claire kesepian. Karena Irene, kakak perempuannya yang lebih tua 5 tahun darinya, lebih suka bermain Barbie di kamarnya yang luas. Sedangkan Claire lebih suka bermain di luar rumah dan berpetualang.

Saat berusia 4 tahun, Claire pernah membikin Mamanya hampir kena serangan jantung karena menghadiahinya tiga ekor kecebong gendut yang dia tangkap di kolam ikan halaman samping. Claire memasukkan tiga ekor kecebong itu ke dalam gelas kristal kesayangan Mamanya dan menaruhnya di meja rias milik Mamanya.

Sebenarnya Claire sama sekali tidak berniat untuk membuat Mamanya takut. Karena Claire sangat menyukai dan menyayangi tiga kecebong gendut itu, maka dia menghadiahkannya untuk Mamanya.

Claire sangat kuatir karena Mamanya nyaris pingsan saat melihat kecebong-kecebong hadiah darinya. Sejak itu, Claire tidak pernah membelikan hadiah kejutan untuk Mamanya. Jika Claire ingin membelikan Mamanya hadiah, Claire selalu mengajak Mamanya ikut serta agar bisa memilih langsung hadiah yang diinginkan olehnya.

Hubungan Claire dengan ayahnya seperti tidak lebih dari hubungan antara pemilik modal dan karyawan kesayangannya. Claire tidak pernah bisa bercanda dengan ayahnya yang selalu sibuk. Yang mereka bicarakan selalu masalah kantor dan bisnis.

Makan malam keluarga dalam keluarga Claire tidak ubahnya seperti makan malam resmi dimana Claire harus mempraktekkan table manner yang sempurna seperti jika dia sedang makan malam bersama klien penting dari luar negri.

Ketidakdekatan Claire dengan keluarga intinya membuat Claire tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang dingin. Claire tidak segan mengkritik seseorang secara langsung dan cenderung tega dalam mengambil keputusan. Semua perintahnya adalah mutlak dan semua rencana harus berjalan sesuai apa yang dia tuliskan. Jika salah satu rencananya gagal, hal itu membuat Claire stress dengan mudah.

Seperti sekarang saat dia mengetahui bahwa coklat Belgia pesanannya bakal telat datang. Claire langsung bad mood seharian. Untung saja makan siang bersama teman-temannya bisa sedikit menghibur hatinya.

Mobil Jaguar putihnya berhenti tepat di depan tangga pualam yang menuju pintu utama rumah Claire. Egan membukakan pintu untuk Claire dengan gaya yang sopan. Saat memastikan Claire sudah turun dan mulai menaiki tangga, Egan menutup pintu mobil.

Claire sudah menaiki 3 anak tangga, saat kemudian Claire tiba-tiba balik badan ke arah Egan.

"Egan." panggil Claire dengan suara penasaran.

Egan menoleh dan mendongak untuk melihat Claire yang memanggilnya.

"Ya, Non?"

Claire menyipitkan matanya melihat ke arah mobilnya.

"Apa itu bekas tangan anak kecil?" tanya Claire sambil menunjuk noda bekas cap tangan anak-anak di dekat pintu belakang mobil Jaguarnya.

Egan terkesiap lalu memandang ke arah yang ditunjuk oleh Claire. Dia melihat bekas cap tangan anak-anak yang samar tapi rupanya mata Claire yang jeli mampu melihatnya dengan sangat baik.

Egan tersenyum canggung.

"Iya, Non. Tadi saya mampir ke kampung saya sebentar untuk sholat," jelas Egan hati-hati. "Anak-anak penasaran ingin memegang mobil ini karena biasanya hanya melihat mobil bagus di televisi. Jadi saya perbolehkan mereka untuk memegang mobil Nona."

Claire diam mendengarkan.

"Besok pagi noda itu sudah harus hilang." ujar Claire akhirnya.

Lalu dia berbalik menaiki tangga lagi. Sesampainya dia di tangga teratas, Claire berbalik lagi menghadap Egan.

"Egan!" panggilnya pada Egan yang hendak melangkah menuju tempat pengemudi.

Egan segera menghentikan langkahnya dan kembali balik badan menghadap Claire.

"Ya, Non?"

"Apa anak-anak itu menyukai mobilku?" tanya Claire tanpa ekspresi.

Egan mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Iya, Non. Mereka sangat menyukainya."

Claire tersenyum samar lalu bergegas masuk ke rumahnya melalui pintu utama.

Egan tersenyum. Ternyata Claire tidak marah mobilnya dipegang oleh anak-anak kampung Sirayu. Asalkan mobilnya tetap bersih dan kinclong.

Setelah sekian lama menjadi sopir Claire, Egan mulai menemukan bahwa di balik sikap dingin Claire, sebenarnya tersembunyi sikap hangat yang masih malu Claire tunjukkan pada orang lain.

Egan segera mengambil lap mobil di bagasi, lalu membersihkan noda bekas tangan anak-anak kampung Sirayu sambil tersenyum.

CLASSY MEANS BEAUTIFULWhere stories live. Discover now