BRANDED

674 38 6
                                    

     Claire masih berkeliling di antara etalase butik tas yang harganya bisa digunakan untuk membeli sebuah mobil Kijang Innova terbaru. Sambil mengetuk-ngetukkan jari lentiknya ke lengan tangannya yang bersendekap, dia memandangi dua buah tas Hermes Birkin berwarna coklat tua dan salem muda di depannya.

     "Mas Ditya, bisa minta tolong diambilkan dua tas itu untuk saya lihat?" ujar Claire pada pelayan toko yang sedari tadi menunggu di dekatnya dengan sabar. Claire sudah mengenalnya beberapa lama karena Claire adalah pelanggan tetap toko mewah itu.

     "Baik, Kak." sahut Ditya dengan ramah.

     Ditya segera mengenakan sarung tangannya. Tas mahal mengkilap itu haram disentuh langsung oleh tangannya. Hanya pelanggan seperti Claire yang boleh menyentuhnya langsung. Pelanggan yang rela mengeluarkan uang hingga satu milyar lebih untuk sebuah tas.

     Claire mengambil tas yang berwarna coklat tua dan mencoba membawanya sambil bercermin di sebuah cermin besar di toko itu. Dia mencocokkan tas itu dengan high heels Christian Louboutin miliknya yang dia beli dengan harga 12 juta rupiah. Claire ternyata tidak terlalu menyukainya.

     Maka dia mengambil tas warna salem muda dan kembali membawanya untuk bercermin. Kali ini Claire tersenyum puas. Dia melangkah kembali menuju mas Ditya yang masih menunggunya dengan sabar dengan senyum yang nampak seperti disetting default berada di wajahnya yang bulat.

     "Saya ambil yang ini, mas." ujar Claire mantap sambil menyodorkan tas salem muda yang diterima Ditya dengan takzim.

     "Kak Claire memang selalu bisa memilih yang terbaik," puji Ditya. "Tas ini sangat terbatas jumlahnya. Warna rose indienne ini sudah tidak akan keluar lagi."

     Claire tersenyum bangga pada dirinya sendiri lalu mengibaskan rambut lurus sepundaknya dengan gaya elegan. Claire memperhatikan betapa Ditya sangat berhati-hati membungkus tas barunya.

     "Harganya 125 ribu dollar, Kak." ujar Ditya ramah.

     Claire dengan santai mengeluarkan kartu saktinya yang berwarna emas. Dengan kartu itu dia bisa membeli apa saja yang dia mau. Ditya menerima kartu emas itu dengan kedua tangannya.

     "Ini kartunya, " ujar Ditya sambil memberikan kartu emas Claire setelah memproses pembayarannya. Ia lalu mengambil tas belanja mewah yang di dalamnya berisi tas baru Claire yang limited edition. "Ini tasnya. Terima kasih banyak, Kak."

     Claire menerimanya sambil tersenyum. "Terima kasih juga, mas Ditya."

     Claire melenggang dengan anggun keluar dari toko mewah itu. Sebagai pengusaha kuliner yang sukses, Claire selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk dirinya.

     "Jika aku harus memilih untuk diriku sendiri, tentu saja aku akan memilih yang terbaik di antara yang terbaik."

     Itu adalah kalimat kesukaan Claire jika dia ditanya mengapa dia hobi membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang mewah.

     Dia menelpon sopirnya agar segera menjemputnya di lobby mall mewah yang dia kunjungi. Claire sangat menyukai sopirnya yang parlente dan selalu tepat waktu. Teman-teman Claire juga menyukainya karena menurut mereka sopir Claire seperti oppa di drama Korea. Banyak yang menyayangkan mengapa wajah setampan itu hanya bisa menjadi sopir. Tapi Claire sama sekali tidak menganggap sopirnya istimewa. Bagi Claire yang selalu mempunyai motto untuk memberikan yang terbaik diantara yang terbaik buat dirinya, adalah mustahil menganggap sopirnya istimewa. Claire pasti akan memilih seorang putra CEO besar jika dia sudah ingin menikah nanti. Claire berusia hampir tiga puluh tahun. Tapi dia masih betah melajang karena sangat menikmati hidupnya. Dia bisa melakukan apa saja yang dia mau. Maka menikah bukanlah opsi utama bagi Claire dalam waktu dekat.

     "Halo, Egan. Jemput saya di lobby utama sekarang." ujar Claire singkat dan padat lalu memutuskan pembicaraan. Dia tidak peduli sopirnya ada di mana dan apa jawaban sopirnya. Perintah Claire adalah mutlak.

     Tak seberapa lama, Mobil Jaguar putih melintas di depannya. Seorang sopir tampan keluar untuk membukakan pintu agar Claire bisa masuk ke dalam mobil. Beberapa wanita memandang kagum padanya. Dan hal itu membuat Claire semakin mendramatisir proses dia masuk dan duduk di dalam mobil.

     Claire sama sekali tidak menyadari bahwa tatapan kagum para wanita di sekitarnya bukan ditujukan untuk dia.

     Tapi untuk sopirnya.

CLASSY MEANS BEAUTIFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang